(5) beginning.

21.9K 2.9K 168
                                    

Jeo terduduk lesu di halte depan sekolahnya. Memandangi langit sore serta sesekali memperhatikan kendaraan yang berlalu-lalang.

Jeo sedang menunggu Jay menjemputnya. Karena Panji sedang ada kegiatan lain hingga harus pulang malam.

Sambil memandangi langit yang perlahan-lahan mulai berwarna jingga, Jeo kembali bernostalgia dengan kehidupan lamanya.

Dimana dirinya menjalani hari-hari normal sebagai Justin dengan keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal apapun.

Walaupun dirinya dahulu dirundung oleh teman-teman sekelasnya dan tidak memiliki seseorang pun teman, tetapi ia punya keluarga.

Sekarang sebagai Jeo ia merasa sendiri. Walaupun ada kedua kakaknya, Jay dan Panji, namun ia merasa tidak memiliki hak untuk menganggap mereka berdua keluarganya.

Walaupun Jeo 'asli' menyatakan bahwa tubuh ini sudah sepenuhnya diberikan kepadanya, tetap saja semuanya terasa canggung.

Ia rindu dengan keluarga yang membesarkan dirinya.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

"Kenapa belum pulang Je?" tanya Doni yang menghampiri Jeo setelah melihat teman sekelasnya itu duduk sendirian di halte.

"Lagi nunggu jemputan, lo sendiri kenapa belum pulang?" tanya Jeo basa-basi.

"Lagi nunggu jemputan juga, tuh udah dateng." ujar Doni menunjuk mobil hitam yang menepi di depan halte.

"Mau bareng gue?" tawar Doni.

Jeo menggeleng, "ga usah Doy, kakak gue udah otw. Makasih tawarannya." sahut Jeo seraya tersenyum.

"Ya udah deh gue tinggal duluan gapapa nih?"

"Gapapa elah lo kira gue bocil apa?"

Doni terkekeh lalu selesai berpamitan si ketua kelas itu langsung masuk kedalam mobilnya.

Jeo menatap mobil Doni yang perlahan menjauh.

"Sejak kapan si Doni perduli sama Jeo?" monolog Jeo.

"Perasaan di novel ga ada yang perduli sama Jeo selain Yandi, bahkan si Doni di diceritakan ga suka sama Jeo." ujar Jeo berbicara sendiri.

Ia bertanya-tanya apakah alurnya sudah berubah. Namun siapa perduli jika alurnya berubah. Jeo hanya ingin hidup sesuai kehendaknya dengan kesempatan yang diberikan ini. Ia hanya harus memastikan dirinya tidak terlibat dengan Hares maupun Jane.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Suara klakson membuat Jeo yang sedang melamun sedikit terperanjat kaget.

"Ayo pulang." ujar Jay tanpa turun dari motornya.

Jeo menatap gugup ke arah motor Jay. Jujur saja ia sedikit trauma setelah kematiannya.

"Gapapa Je, kakak yang bonceng aman kok." ucap Jay menyadari wajah pucat sang adik.

Entah mungkin karena nada tulus yang keluar dari mulut Jay itu membuat Jeo sedikit lebih tenang.

Ia perlahan mendekati Jay dan naik ke jok belakang dengan ragu. Rasa gugup masih ada, namun ia berusaha mempercayai Jay.

"Pegangan." ucap Jay.

"Ga usah kak, gue gapapa." sahut Jeo menolak. Akan sangat canggung jika dirinya yang seorang lelaki berpegangan pada kakaknya sendiri.

"Yakin? kalo lo takut pegangan aja gapapa." ujar Jay meyakinkan Jeo.

"Benerr kak, gapapa gue ayo buruan balik." Jeo memukul-mukul pelan pundak Jay.

Jay tertawa pelan. Adiknya setelah kehilangan ingatannya benar-benar lucu.

ANTAGONISWhere stories live. Discover now