BITTER BEGINNING

2.4K 232 4
                                    


"FREEN! bisa tidak berhenti menyetel music tidak keruan seperti ini?" sahut Rose dari luar kamar Freen.



Freen tidak menggerakan satupun anggota tubuh nya untuk menuruti permintaan Rose. 'Saint Anger' masih berkumandang dikamar nya dengan volume maksimal.



Rose menggedor-gedor pintu kamar Freen dengan sekuat tenaga.



"Freen aku sedang belajar!" seru nya lagi.



Freen memutar bola matanya, tapi tetap tak melakukan apapun. Freen memejamkan matanya lagi sambil menggerak-gerakan tangan nya sesuai irama drum.



"FREEN!" teriak Rose bersamaan dengan terbukanya pintu dengan paksa.



Freen melirik kesal ke arah Rose. Rose menghela nafas sebentar, lalu berjalan kaku kearah sound system dan menekan tombol stop. Seketika ruangan menjadi sepi.



Freen bangkit dan terduduk di tempat tidur nya.



"Kamu tau, yg kamu bilang music tidak keruan itu Metallica. Dan aku masih tidak mengerti, kalau ada yg tidak paham dengan music nya Metallica" kata Freen sengit.



"Oh, aku jelas-jelas bisa mengerti musicnya corn kalau dipasangnya sesuai batas ambang pendengaran manusia," balas Rose dengan tangan terlipat di dadanya.



"Ah, bahkan kamu tidak bisa membedakan korn dengan P.O.D." Freen bangkit dari tempat tidur nya dan mulai mencari handuk.



Rose memperhatikan saudara kembar nya dengan sesaat.



"Aku bisa dengan jelas melihat masa depanmu." katanya setelah melihat Freen yg tak kunjung menemukan handuk nya.



"Maksudku, lihat saja tempat ini. Tempat ini bahkan tidak pantas disebut kamar. Kandang sapi masih lebih pantas dapat penghargaan dekorasi." Rose menendang handuk yg sedari tadi berada tepat didepan kakinya. Handuk itu mendarat mulus di kepala Freen.



"Aku juga bisa melihat masa depanmu," kata Freen dingin sambil beranjak keluar kamarnya.



"Atlet hebat, penerima beasiswa, mahasiswi populer dikampus...ups, itu bukan masa depan ya? Cuma sayang nya kau pernah salah membedakan Marilyn Manson dan Marilyn Monroe.."



Rose menatap masam kakak kembar nya yg keluar tanpa memandang nya, lalu kembali menatap kamar yg dipenuhi segala macam barang milik Freen. Dinding nya sudah tak terlihat lagi warna aslinya, karna sudah penuh ditempeli poster-poster bintang rock dan alternative mulai dari Kurt Cobain, Queen, sampai Metallica. Lantai nya pun bernasib serupa. Baju-baju kotor atau bersih, Rose tidak bisa membedakan nya. Rose menghela nafas sebentar, lalu memutuskan untuk pergi dari kamar itu, karna aura yg dikeluarkan dari poster-poster itu membuat Rose tidak nyaman.



===============================



Freen melangkah cepat menuruni jalan kompleks nya. Tak seperti Rose yg memiliki mobil, Freen selalu menaiki Bus saat pergi kuliah. Bukan nya Freen tak pernah meminta, tapi dia tak mau meminta apapun dari Ayah, juga apapun yg dimiliki Rose. Ayah nya memberi mobil itu kepada Rose karna dia lulus UAN dengan nilai rata-rata delapan, bukan karna Rose meminta nya. Dan Freen tak bisa berbuat apapun kecuali diam dan menelan bulat-bulat nilai rata-rata merah nya.



Tiba-tiba Freen melihat ke sebuah taman yg terletak tak jauh dari kompleks rumah nya. Freen berhenti sebentar, dan menatap taman yg tak pernah berubah dari sejak dia masih kecil. Taman yg asri dengan lapangan basket di tengahnya dan beberapa kursi taman di pinggirannya. Taman yg menyimpan banyak kenangan. Terlalu banyak kenangan.



Freen memustuskan untuk memasuki taman itu. Entah kekuatan apa yg menariknya ke sana. Terakhir kali dia kesana adalah ketika umurnya masih sembilan tahun. Sejak itu, dia tak pernah kesana lagi, untuk menunggu janji sepuluh tahun yg pernah dibuat nya dengan gadis kecil berkepang dua.



Freen memaksakan diri untuk berjalan ke sebuah pohon, tempat janji itu dipahat. Setelah bertahun tahun berlalu, tulisan itu masih disana. Tulisan Freen-Becca-Rose. Freen menatap nya tanpa ekspresi. Baginya, janji ini hanya kekonyolan. Gadis itu tak akan pernah muncul lagi. Tak akan pernah lagi setelah dia mengingkari janji nya sendiri.



BECCA. Gadis kecil itu pergi ke Inggris sebulan tepat setelah mereka berjanji untuk selalu bersama. Dia pergi begitu saja setelah mereka membuat surat permohonan. Dan sekarang, sudah sepuluh tahun lebih semenjak perjanjian itu dibuat. Tanggal 14 November bahkan masih terpahat disana.



Tidak mungkin kalau tulisan itu tulisan Becca yg dulu, pikir Freen. Rose pasti sudah memahatnya kembali selama sepuluh tahun ini. Rose masih saja percaya bahwa gadis itu akan datang.



Dulu, anak bodoh itu bahkan pernah menyebut nama Becca muncul di sebuah forum di dunia maya. Benar-benar penuh imajinasi. Benar-benar sebuah lelucon. Gadis itu tak akan pernah datang. Becca tak mungkin datang lagi.
Freen yakin, Becca bahkan tak ingat lagi dengan perjanjian ini.



Freen menatap pohon itu benci, lalu memukul nya dengan keras hingga buku-buku jarinya terasa sakit.
Freen tak peduli lagi pada masa lalunya. Tak ada lagi yg bisa diharapkan dari masa lalu nya. Bahkan, kenyataan, tak ada lagi yg bisa di harapkan dari masa kini maupun masa depan nya. Semuanya omong kosong.



Freen meninggalkan taman segera setelah menendang pohon itu.










THAT SUMMER BREEZE (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن