03 - Desire

1.7K 361 90
                                    

"Peace only comes from accepting the inevitable and taming our desires

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Peace only comes from accepting the inevitable and taming our desires."

𓆩ᥫ᭡𓆪

Pagi hari di mana waktu yang tepat untuk melakukan segala hal produktif, kali ini digunakan [Name] untuk bermain game.

"Hm cacing ini cukup menyebalkan." Gumam [Name] menatap cacing besar berwarna hijau di layar ponselnya dengan kening yang mengerut, frekuensi berkedipnya pun berkurang dalam tiap menitnya karena terlalu fokus mengalahkan musuh di dalam game.

"[Name], berkediplah!" Zin tiba-tiba datang menghampiri [Name] dan duduk di meja si gadis.

"Diam."

"Aku kesal." Suara Zin yang terdengar merengek berhasil membuat [Name] menghentikan game-nya dan menaruh ponselnya di meja, lalu menatap Zin dengan tatapan 'si bodoh ini, kenapa lagi?'

"Hei, semuanya terbaca di wajahmu!" Protes Zin.

"Haa... kali ini kenapa?" [Name] menghela napasnya.

"Sepatu-"

Belum sempat Zin menyelesaikan kalimatnya, terpotong oleh beberapa kroco yang tiba-tiba bicara dengan lantang.

"Hei aku baru beli motor, mau pergi bersama tidak?"

"Oke nanti aku minta uang ke ayahku, pasti diberikan."

"I-iya nanti aku juga beli deh."

"Uwahh Namsoo, merek apa? Crb? Merek helm apa saja sih?"

[Name] yang mendengar itu tanpa sadar memasang ekspresi jijik.

"Hei, lihat lagi-lagi wajahmu!" Zin menunjuk [Name] yang kedua kalinya mengekspresikan sesuatu hanya dengan wajahnya.

"[Name], bagaimana? Mau ikut kami?" Tiba-tiba ketiga kroco yang tengah menyombongkan kekayaan mereka yang tak seberapa itu melibatkan [Name].

"Uh? Tidak, terima kasih." [Name] hanya menjawab singkat setelah beberapa saat terkejut, lalu kembali berkutat dengan ponselnya.

"Oh ayolah, nanti kami bawa motor baru. Bagaimana? Kau nanti kubelikan tas deh, atau mau dompet? Apapun kami belikan, ya kan Namsoo?" Ya, beberapa orang memang sulit peka terhadap sekitar berkat kepercayaan diri yang melampaui batas.

[Name] tak membalas omong kosong ketiga kroco itu dan memilih diam, matanya masih fokus pada ponsel miliknya.

"Hei! Kalian mau kuhajar ya?" Zin yang sejak tadi menonton akhirnya angkat suara, memasang wajah kesal yang membuat ketiga kroco itu ketakutan dan seketika bungkam.

Tak sempat Zin memberikan pukulan, Hyungseok yang masuk ke dalam kelas dengan sambutan heboh dari siswa-siswi di kelas membuat Zin menghentikan niatnya. Ia berdecih. Salah satu yang mendasarinya untuk berhenti adalah ingatan ketika berada di tempat yang sama dengan Hyungseok dan ada Mijin di sana, hal yang ia lakukan dengan sembrono hanya akan membuat dirinya terlihat tak lebih baik dari Hyungseok. Apalagi tatapan [Name] yang tertuju padanya seakan mengatakan, 'Sekali bergerak, kubunuh kau!'

𝐈𝐍𝐅𝐋𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ‧₊ lookism Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang