[07. Main]

132 125 39
                                    

- Happy Reading -

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Niat hati ingin bersantai seharian dikamar dengan membaca beberapa komik yang ia pinjam minggu lalu. Namun, niatannya gagal total.

Tema mengingat jika disini—dirumahnya ada Adiba yang mungkin nanti akan mengacak-acak kamarnya.

Jadi mau tidak mau niatan itu Tema urungkan, dan memilih untuk menyembunyikan barang-barang berharga miliknya agar tidak terkena korban kejahilan Adiba.

Tidak lama suara kakaknya terdengar seperti memanggilnya.

"MALIO!"

"Malio!"

Teriakan itu membuat telinganya panas sendiri, dan baru saja ia sadari jika kakaknya memanggil dengan panggilan normal.

"Ada maunya pasti,"

"Yo, jagain Adiba sebentar ya. Kakak mau pergi, mungkin sore baru pulang." ucap Derren.

"Emang Bunda, ayah sama kak Fanni mana? Kenapa nggak nitipin ke mereka?"

"Mereka ikut, semisal bawa Adiba takut dia rewel."

"Kok aku nggak di ajak?"

"Ngapain kamu diajak, mending jagain Adiba lagian kamu nggak ada jadwal kan."

"Jahat banget,"

***

"Ini dimana om?"

"Ini dirumah temen om, nanti kamu bakal dapet temen. Jadi kita nggak perlu jalan-jalan kemana-mana." jelas Tema menggandeng Adiba masuk kedalam rumah sikembar—Jefran Naren.

Mereka disambut hangat oleh Naren yang berada didepan pintu dengan senyuman tak lupa mata-nya yang ikut tersenyum.

"Halo dek." sapanya berjongkok didepan Adiba.

"Om dia siapa?" tanya Adiba mendongak menatap Tema.

"Kamu lupa? Itu om Naren."

"Parah banget lo dek, sama abang Naren masa lupa. Nggak gue beliin jajan lagi mampus."

"Emang kita pernah main bareng om?"

"Astaga, kamu masih kecil loh. Masa udah pikun aja," ucap Naren frustasi.

Tema hanya terkekeh melihat wajah frustasi Naren, ia beralih menatap Jefran yang tengah mengerjakan tugas adiknya.

"Tumben banget lo mau ngerjain tugasnya Zidan," Ia terkekeh, sebab Jefran jarang sekali kau mengerjakan tugas adiknya—Zidan.

"Terpaksa."

"Terus bocahnya mana?"

"Halo bang." Zidan menghampiri Jefran yang sedang mengerjakan tugasnya, dengan tangan mungilnya membawa sebotol susu.

"Anjir, tambah ganteng aja."

"Iya dong, Idan gitu." jawab Zidan dengan nada sombong sesekali mengibaskan rambutnya yang lumayan panjang.

"Om, dia nakal." adu Adiba menunjuk kearah Naren. Sedangkan Naren hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Jangan gangguin Adiba, nanti nangis mau tanggung jawab?"

"Alo, kamu cantik banget." Zidan mendekati Adiba yang duduk disamping Tema. "nama kamu siapa?"

"Adiba."

"Namanya cantik kaya olangnya." ucap Zidan malu-malu.

"Abang sama adek memang sama aja ya." batinnya.

"Waduh kacau bree, gue mencium bau-bau playboy dari jati diri adek gue." Naren merasa bangga kepada adiknya, sedikit demi sedikit. Zidan mulai menyerap ilmu-ilmu yang diberikan setiap ada waktu senggang.

Jefran meraih mainan Zidan lalu melemparkan mainan tersebut kearah kembarannya. "punya adek bukannya diajarin belajar atau gimana, malah diajarin gombalin cewe."

Naren mengusap kepalanya yang terkena korban. "itu harus bang, biar nanti Zidan pas gede nggak jomblo mulu kaya abangnya."

"Awas aja kalau diajarin gombalin cewe segala macem, gue aduin mami."

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

TEMALIO [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang