[02. Aku, Kamu dan Hujan]

188 147 43
                                    

- Happy Reading! -

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Hyuna tersadar. Menampakkan langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Kepala dan seluruh badannya terasa sakit. Bukan sakit lagi, tapi sangat. Sangat sakit. Itulah yang dirasakan oleh Hyuna saat ini.

Mengingat-ingat kejadian Ayahnya membenturkan kepalanya kearah meja. Cairan bening terjatuh membasahi pipi gembulnya.

"Sakit bun..."

"Yuna capek bundaa..."

tok tok tok

Bunyi ketukan pintu. Secepat kilat ia menghapus kasar air matanya.

"Masuk," ujarnya.

"Ada apa bi?" tanya Hyuna.

Bibi menatap sendu anak dari majikannya tersebut. "Nggak papa non, bibi cuma mau nganterin makanan," balasnya. Menaruh nampan berisi makanan diatas nakas.

"Makasih ya bi, yuna jadi ngerepotin bibi lagi."

"Sama-sama non, non udah bibi anggap anak sendiri kok. Jadi jangan sungkan sama bibi," ucapnya mengelus pucuk kepala Hyuna.

Hyuna tersenyum hangat.

"Yuna boleh peluk bibi tidak?" tanya Hyuna dibalas dengan anggukkan.

Tanpa aba-aba Hyuna memeluk bibi erat. Hyuna ingin merasakan pelukan hangat dari bunda dan ayah. Tidak lebih.

"Lukanya masih sakit non?"

Hyuna menggeleng.

Sebelum bibi meninggalkan kamar Hyuna, bibi melontarkan kata-kata untuk Hyuna.

"Hyuna anak baik, jangan nyerah ya. Bibi yakin bunda kamu bangga punya anak kuat seperti Hyuna.." ucap bibi tersenyum.

***

Srett

Tema menarik tangan seorang gadis yang hampir saja tertabrak mobil.

"Lo gila?" tanyanya dengan sedikit ngegas.

Hyuna menoleh kearah sumber suara tersebut. "Lo lagi?"

"Gua tanya, lo gila?"

"Nggak!" sahutnya ketus.

Menatap langit malam yang hitam pekat, rintikan air hujan jatuh. Dengan cepat tema menarik tangan Hyuna untuk segera berteduh sekarang juga.

Rintikan air hujan itu berubah menjadi hujan deras.

Hyuna dan Tema berteduh disebuah halte yang tidak jauh dari mereka berdiri.

Menatap sendu air hujan. Hyuna teringat dengan kenangan manis bersama ayah dikala hujan. Bermain hujan sambil membersihkan sepeda kecil miliknya. Simple, namun belum tentu waktu itu terulang lagi.

Sekarang ayahnya sibuk dengan keluarga barunya. Mungkin saja Junwo melupakan putri kecilnya yang sudah beranjak dewasa ini.

Tanpa aba-aba Hyuna berjalan kecil dengan guyuran air hujan. Tema sontak melotot dengan apa yang dilakukan dengan gadis didepannya.

TEMALIO [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang