Dan kebahagiaannya bertambah dengan berita buruk Yoselin. Meskipun sekarang berita itu sudah tidak ada, tapi siapapun yang melihat tidak akan di bodohi lagi oleh wanita itu.

Memikirkannya membuat senyum Tara semakin cerah. Tapi sayangnya senyum cerah itu segera luntur saat melihat ekspresi khidmat Alarick. Pria itu terlihat sedang berpikir keras, terbukti dengan dahinya yang mengerut.

Tara mengerucutkan bibirnya kala Alarick tidak sadar akan gerakannya yang menaruh makanan di meja.

Melangkah lebih dekat ke arah Alarick. Tara mengusap kerutan di wajah Alarick.

"Ada apa? Kau bahkan tidak sadar akan kehadiranku" Tara berujar sedih

Rasa bersalah terlintas di mata alarick. Pria itu menangkup tangan Tara yang masih di wajahnya dengan kedua tangannya.

Alarick menciumi tangan mungil Tara bolak-balik "maaf"

Tara tersenyum manis "tidak apa-apa"

Melihat senyum yang akhir-akhir ini sering dia lihat, ekspresi Alarick terlihat ling-lung.

Kesadaran Alarick seakan tidak pada tempatnya. Matanya terlihat bingung dan tidak percaya.

Menarik Tara dalam dekapannya. Alarick menekan kepala Tara untuk lebih dekat dengannya.

Tanpa di duga, pria itu menggigit telinga Tara hingga membuat perempuan itu meringis pelan.

"Maaf. Ini masih terasa tidak nyata untukku" Alarick akui terkadang dia takut jika ini hanya mimpi, atau bahkan sikap patuh Tara akhir-akhir ini hanya sekedar untuk bisa pergi darinya. Nyatanya itu hanya ketakutannya saja.

"Bisakah kau selalu seperti ini?"

Mendengar pertanyaan Alarick yang seperti memohon, tenggorokan Tara tercekat. Rasa bersalah semakin kuat di hatinya, membuatnya terasa sesak dan tidak bisa bernapas.

Tidak mendengar jawaban Tara. Jakun pria itu menggulung keatas dan kebawah, seakan baru saja menerima kenyataan pahit.

"Tidak harus mencintaiku. Cukup bersamaku"

"Aku..."

"Apa cintaku membuatmu takut?" Potong Alarick. Pria itu sekaan tidak ingin mendengar jawaban Tara.

"Tidak. Apa ini cinta? Terkadang aku ingin kamu selalu berada di dekatku setiap detik, aku merasa marah saat kamu berdiri dekat dengan pria lain, aku tidak suka perhatianmu teralihkan dariku bahkan dengan benda. Aku berpikir, aku ingin menyentuhmu sampai ketulang" Alarick tidak tau, setiap kata hari ini akan membuat Tara mengingatnya bahkan saat di melupakan semuanya.

Pernyataan cintanya yang tidak normal dan gila membuat Tara menggigil dalam pelukan pria itu.

Tanpa sadar, Tara menggigit bahu Alarick. Bukannya merasa sakit, ekspresi Alarick seakan merasa kepuasan oleh sentuhan hangat di bahunya. Dia selalu ingin menempatkan tubuh tara di dekapannya, hingga dia selalu bisa merasakan nafasnya.

"Bahkan aku berpikir. Mungkin baik bagi kita untuk mati bersama, agar tidak ada yang bisa memisahkan kita. Dan aku tidak akan melihatmu tersenyum dengan pria itu lagi"

"Tidak!" Refleks Tara berteriak

Mendengar suara melengking Tara, mata alarick kembali jernih. Seakan embun dan kegelapan di matanya menghilang begitu saja.

Pria itu menggertakan giginya. Tangannya mengepal erat. Matanya yang kembali ketenangan seperti biasanya berkilat dengan sinar panik di dalamnya.

Binatang yang selalu dia kekang dalam dirinya lepas kendali. Sepertinya dia sudah terlalu terlena akhir-akhir ini, hingga tanpa sadar dia mengungkapkan semua yang ada di dalam hatinya.

I Live Again For My HusbandWhere stories live. Discover now