Rena bergegas bersiap. Setengah jam kemudian kembali turun beserta tas yang ia jinjing di tangan kiri.

“Ayaaah!”

Reno menyahutnya dari arah dapur. “Ayah di dapur!”

Tidak berselang lama, sosoknya terlihat memasuki area dapur. “Aku berangkat dulu, Yah,” katanya, seraya memasukkan dua kotak bekal ke dalam tas.

“Sarapan dulu, sekalian nunggu Sigit.”

“Aku gak akan sama Sigit hari ini, jadi naik ojol aja.” Gadis itu meraih satu lembar roti dan melipatnya jadi dua untuk kemudian ia jejalkan ke dalam mulut.

“Yaudah, hati-hati di jalan.”

Rena mencium punggung tangan juga pipi kanan sang ayah sebelu pergi. Kebetulan, motor yang dinaikinya sampai di depan gerbang bersamaan dengan vespa Raja yang masuk melewatinya.

“Kak Raja, bentar!”

Rena berseru dan tatapannya beradu dengan Raja yang segera menoleh. Tidak ada kata maupun gestur yang kentara, cowok itu hanya diam menurut sampai Rena berdiri di sampingnya.

“Kenapa?”

“Aku buat bekal.”

“Apa?”

“Singkong keju. Nanti makan bareng, ya? Aku bawa sandwich buatan ayah juga.”

Diamnya Raja selama beberapa saat, membuat Rena memiringkan wajah. Takut-takut ia lantas bertanya dengan nada pelan. “Kak Raja gak suka, kah? Atau alergi keju?”

“Nggak. Gue suka. Gue... keinget mendiang nenek.” Senyumnya berubah muram. “Nenek gue rutin bikinin itu setiap minggu. Dulu....”

“..., maaf.”

“Buat?”

“Karena udah bikin Kak Raja inget sama almarhumah nenek Kakak.”

Raja terkekeh. “Jam istirahat gue jemput ke kelas lo.”

•••

“Itu buatan siapa?”

“Singkong keju?”

“Iya.”

“Aku, kenapa?”

“Lo?” Alis Raja naik, sorot matanya seakan ragu dengan jawaban Rena barusan, membuat si gadis mengembuskan napas dengan mata berotasi jengah.

“Kenapa? Nggak percaya?” tanyanya. “Mentang-mentang setiap bekal masih dibuatin ayah, Kakak kira aku nggak bisa masak?”

“Tadinya. Soalnya tampilannya cantik....”

Kontan ia mendaratkan satu pukulan di bahu laki-laki itu. “Mau taruhan? Kakak cobain ini, kalau enak Kak Raja mesti ngabulin satu permintaan aku. Kalau nggak, sebaliknya. Gimana?”

Raja tertarik, maka tanpa pikir panjang ia menerima tantangan itu. “Deal.”

Gigitan pertama yang Rena bagi dengannya membuat Raja langsung setuju. Singkong keju ini memang tidak seenak buatan Nenek, tapi rasanya pantas untuk dipuji. Raja akan menghabiskan satu potong dulu sebelum memberikan jawaban.

“Gimana?” Gadis itu bertanya dengan wajah harap-harap cemas.

“Kayaknya... kayaknya...” Masih dengan mulut mengunyah makanan, Raja berkata. Sengaja mengulur waktu dengan raut seperti berpikir lama. “Kayaknya—”

“Kayaknya apa?!”

“Kayaknya... gue harus makan satu potong lagi, deh.”

Meski mendengus kesal, Rena tak bisa untuk tak mengembangkan senyum. Kalimat Raja barusan seperti jawaban lain dari, ini enak, gue mau lagi, menurut Rena. Perasaan bangga langsung menyesaki dada.

Glacier | Renjun ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu