Chapter 18

81 10 3
                                    

Seluruh tubuh Melody gemetar hebat ketika ia berjalan cepat di sepanjang koridor sekolah lalu menaiki tangga untuk kembali ke menara Gryffindor. Semua ketakutan serta rasa tegangnya selama berada di Azkaban tiba-tiba menyerangnya sampai gadis itu merasa dia pasti akan tumbang jika sudah sampai di ruang rekreasi asramanya.

Tempat itu sangat mengerikan. Anginnya yang dingin dengan tidak wajar, suara ombak serta lolongan tahanan yang memekakkan telinga, tempat yang gelap serta lembap, dan jumlah Dementor yang tidak bisa dihitung jari, semua itu sangat mengerikan. Melody tidak pernah ingin kembali ke tempat itu dan berharap di pencarian selanjutnya mereka tidak akan butuh untuk pergi ke sana lagi.

Kakinya lemas saat Melody akhirnya tiba di depan lukisan si Nyonya Gemuk. Ia bahkan terkejut ketika mendengar suaranya begitu lemah dan gemetar saat menyebutkan kata kunci. Melody memanjat lubang lukisan dengan sisa-sisa tenaganya, menghela napas berat setiap tiga detik, lalu bersandar pada dinding dengan pasrah. Semua kekuatan di tubuhnya menghilang.

"Melody! Kau kembali!"

Melody mendongak lemas ke arah depan, menemukan Chere, Daniel, Ginny, dan Pierre berbondong-bondong menghampirinya dengan khawatir.

"A-apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Melody ketika Chere dan Daniel membantunya berdiri. "Kukira aku sudah bilang kalian bisa tidur duluan?"

"Kami khawatir hal ini akan terjadi, jadi kami semua terjaga." Jawab Chere.

"Kami tidak bisa tidur." Kata Ginny.

Melody pun dibantu untuk berjalan ke depan perapian. Gadis itu duduk di kursi nyaman, Chere langsung menyelimutinya dengan dua selimut hangat, dan Pierre menuangkan teh hangat yang didapatnya entah dari mana—Melody tebak mereka sudah menyiapkan semua ini sejak tadi.

"Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" tanya Chere, menyetuh dahi serta pipi Melody bergantian untuk memeriksa suhu tubuhnya. "Kau dingin sekali... wajahmu juga pucat."

"Tidak ada hal buruk yang terjadi, kan?" tanya Ginny, menatap Melody dengan khawatir.

"Mari tenang..." kata Daniel, mengangguk kepada Chere dan Ginny untuk menenangkan mereka. "Biarkan Melody bernapas dulu."

"A-ah, ya," Chere mengangguk gugup. "Kau benar. Maaf..."

Melody menerima gelas teh dari Pierre, menggenggam gelas itu dengan erat, kemudian menghela napas pelan. Ia pun meminum tehnya, rasanya yang agak manis serta airnya yang hangat merambat dengan nyaman ke tenggorokan lalu ke dadanya. Dalam hitungan detik gadis itu pun merasa lebih tenang, tubuhnya menjadi hangat dan tidak terlalu mengigil lagi.

"Terima kasih," katanya, memandang keempat temannya bergantian. "Aku baik-baik saja..."

Chere, Daniel, Ginny, dan Pierre menghela napas lega.

"Sungguh?" tanya Chere untuk meyakinkan.

Melody mengangguk, "ya... tidak ada hal buruk yang terjadi kecuali kenyataan bahwa tempat itu sangat mengerikan." Katanya.

"Semengerikan itu?" tanya Pierre penasaran.

Melody menganggukkan kepalanya lagi kemudian menceritakan apa saja yang terjadi dalam perjalanannya bersama Dumbledore malam ini. Teman-temannya mendengarkan dengan serius serta ngeri, Chere bahkan menutup mulut dengan kedua tangannya setelah mendengar bagaimana kondisi Morfin yang ada di dalam sel tahanan. Cerita itu berakhir setelah Melody menyebutkan bahwa dia dan Dumbledore langsung kembali ke sekolah begitu mereka mencapai bukit karang serta tidak ada obrolan penting apa pun di dalam kantor selain Dumbledore yang berkata bahwa Morfin tidak membunuh keluarga Riddle.

"Jadi ini yang Dad lihat saat dia pergi ke Azkaban untuk urusan pekerjaan..." gumam Ginny, menatap perapian sambil setengah melamun, mulutnya ternganga. "Mengerikan sekali..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Melody Potter and the Order of the PhoenixWhere stories live. Discover now