Chapter 17

46 9 0
                                    

Perahu mereka berhenti di pinggir pantai yang suram dan mengerikan. Pasir di sana bewarna kehitaman dan ada banyak kerikil tajamnya. Si pria berjubah hitam turun lebih dulu, ia mengaitkan tali perahu ke tiang jembatan lalu membantu Dumbledore turun ke pantai. Melody mengikuti satu langkah di belakang Dumbledore. Ketika kakinya menginjak pasir yang dingin, seluruh tubuh gadis itu langsung gemetar dan lolongan para tahanan di penjara Azkaban tiba-tiba terdengar semakin keras. Bulu kuduk Melody berdiri, jantungnya berdegup dengan kencang, dan dia merasa tertekan. Padahal mereka belum benar-benar memasuki Azkaban tetapi rasanya sudah sangat mengerikan.

"Ke sini." Kata si pria.

Pria itu mengajak mereka mendekati sebuah pos penjaga kecil di dekat sebuah gerbang tinggi berwarna hitam. Seorang pria yang juga berjubang hitam dengan tuduh menutupi sebagian wajahnya duduk di kursi reyot di depan meja yang ada di dalam pos. Pria itu menoleh dengan perlahan, menunjukkan kulit wajahnya yang sepucat kertas.

"Pengunjung," kata pria yang membawa Melody dan Dumbledore dengan datar. "Sel nomor 55."

"Sel 55." Ulang pria di dalam pos sambil menuliskan nomor sel di sebuah perkamen, lalu setelah itu ia mengulurkan perkamen dan pena bulunya kepada Dumbledore. "Tanda tangan."

"Untuk apa ini?" tanya Dumbledore, tetapi ia tetap mengambil perkeman dan pena bulu itu.

"Sebagai jaminan bahwa Anda tidak keberatan untuk bertanggung jawab atas apa pun yang akan terjadi kepada Anda di dalam sana nanti. Sebab bagaimana pun juga, kunjungan ini adalah atas kesadaran Anda sendiri." Jawab pria di dalam pos.

Dumbledore mengangguk kemudian membubuhkan sebuah tanda tangan palsu di ujung kanan perkamennya lalu mengembalikan perkeman serta pena itu kepada si pria. Pria di dalam pos mendekatkan perkamen ke wajahnya, meneliti tanda tangan Dumbledpre. Setelah itu ia pun mengangguk, melipat perkamennya, dan memasukkannya ke dalam laci mejanya.

"Tongkat." Kata si pria, menguluarkan tangan kanannya yang kurus kering dan berkuku panjang.

Dumbledore mengangguk lalu memberikan tongkat sihirnya, namun kemudian Melody sadar bahwa itu bukan tongkat sihir yang biasa Dumbledore gunakan. Tongkat sihir yang ini lebih pendek dan warnanya coklat muda.

Si pria mengambil tongkat itu lalu meletakkannya di atas sebuah timbangan emas yang mirip dengan timbangan yang ada di Kementerian Sihir. Timbangan itu bergetar pelan selama tiga detik dan secarik perkamen muncul dari celah di bawahnya.

Si pria mengambil dan membacanya, "inti rambut unicorn, 25 cm, fleksibel. Sudah 55 tahun digunakan, betul?"

"Betul." Jawab Dumbledore dengan lancar.

"Aku simpan ini, Anda boleh ambil setelah kembali." Kata si pria. Ia melemparkan tongkat sihir dan perkamen itu ke dalam sebuah kotak kayu di tepi meja.

Setelah itu si pria berdiri dan menunduk menatap Melody. Bibirnya kering sekali, membuat Melody bertanya-tanya apa dia tidak merasa kesakitan ketika membuka mulut untuk bicara.

"Ini anjing yang Anda sebutkan dalam surat?" tanyanya.

Dumbledore mengangguk, "ya." Jawabnya.

"Anjing biasa?" tanya si pria curiga.

"Anjing biasa. Saya mengadopsinya dari pusat pelatihan anjing untuk orang tua yang ada di dunia Muggle." Jawab Dumbledore dengan lancar. "Anda butuh melihat sertifikat adopsinya?"

"Tidak," kata si pria, kembali duduk. "Hanya ingin memperingatkan bahwa di dalam sana mungkin akan terlalu keras untuknya."

Dumbledore tersenyum tipis, "kami akan saling menjaga." Katanya.

Melody Potter and the Order of the PhoenixUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum