Chapter 5

101 18 9
                                    

Ron mendahului mereka keluar kamar menuju bordes, tetapi sebelum mereka bisa menuruni tangga...

"Tunggu!" bisik Ron, merentangkan lengan untuk mencegah yang lain maju. "Mereka masih di aula, siapa tahu kita bisa dengar sesuatu."

Mereka semua berhati-hati melongok lewat pagar tangga. Aula suram di bawah dipenuhi para penyihir, termasuk pada pengawal Melody serta Harry. Mereka berbisik-bisik seru. Di tengah kerumunan itu, terlihat kepala berambut gelap berminyak dan hidung bengkok Snape.

Benang tipis berwarna daging terjulur turun di depan mata Harry. Mendongak, Melody melihat Fred dan George di bordes di atas mereka, berhati-hati menurunkan Telinga Terjulur ke arah kerumunan gelap di bawah. Tetapi sesaat kemudian kerumunan penyihir mulai bergerak ke pintu dan menghilang dari pandangan.

"Brengsek." Terdengar Fred berbisik, ketika dia menarik kembali Telinga Terjulur ke atas.

Mereka mendengar pintu depan terbuka, kemudian tertutup.

"Snape tak pernah makan di sini," Ron berbisik memberitahu Melody dan Harry. "Syukurlah. Ayo."

"Dan jangan lupa memelankan suara kalian di aula." Bisik Hermione.

Selagi melewati deretan kepala peri rumah di dinding, mereka melihat Remus, Mrs Weasley, dan Tonks di balik pintu depan, menutup kunci dan gerendelnya yang banyak sekali dengan sihir, setelah para tamu pulang.

"Kita makan di dapur," Mrs Weasley berbisik, menemui mereka di kaki tangga. "Harry, Melody, kalau kalian berjingkat menyeberang aula lewat pintu ini..."

GUBRAK.

"Tonks!" seru Mrs Weasley putus asa, berpaling untuk melihat ke belakang.

"Maaf!" ratap Tonks yang tertelentang di lantai. "Gara-gara tempat payung konyol itu, ini kedua kalinya aku tersangung..."

Tetapi sisa kata-katanya ditenggelamkan oleh jeritan-jeritan mengerikan yang memekakkan telinga.

Tirai yang sudah dimakan ngengat yang dilewati Melody dan Harry tadi kini terbuka. Ada perempuan tua memakai topi hitam di baliknya, berdiri di dalam sebuah pigura. Dia menjerit-jerit seolah sedang disiksa. Lukisan itu realistis sekali, sekaligus tidak menyenangkan dilihat, jika Melody tidak melihat piguranya lebih dulu, dia akan mengira perempuan tua itu manusia betulan.

Air liur perempuan tua itu menetes-netes, matanya berputar-putar, kulit wajahnya yang menguning tertarik kencang sementara dia menjerit, dan di sepanjang dinding aula di belakang mereka, lukisan-lukisan lain terbangun dan mulai ikut menjerit. Melody menutup telinga dengan kedua tangannya, memandang si perempuan tua dengan heran juga jengkel.

Remus dan Mrs Weasley melesat maju dan berusaha menarik tirai untuk menutupi si perempuan tua, tetapi tirai itu tak mau menutup, dan perempuan itu menjerit lebih keras lagi, menggapai-gapaikan tangannya yang berkuku panjang seakan ingin mencakar wajah mereka.

"Kotor! Sampai! Hasil-sampingan kotoran dan keburukan! Turunan campuran, mutan, orang aneh, pergi dari tempat ini! Berani-beraninya kau mengotori rumah lelu..."

Tonks berkali-kali minta maaf, susah payah mendirikan lagi kaki troll yang besar dan berat itu di lantai. Mrs Weasley meninggalkan usahanya menutup tirai dan bergegas berjalan sepanjang dinding aula, mendiamkan semua lukisan dengan tongkat sihirnya, dan seorang laki-laki berambut panjang bergegas muncul dari pintu di depan Harry.

"Diam, perempuan jahat, DIAM!" dia meraung, menyambar tirai yang ditinggalkan Mrs Weasley.

Wajah perempuan tua itu memucat.

"Kauuuu!" lolongnya, matanya terbelalak memandang laki-laki itu. "Darah pengkhianat, biang kebencian, tukang bikin malu!"

"Diam, kataku—DI—AM!" raung laki-laki itu, dan dengan susah payah dia serta Remus berhasil memaksa tirai itu menutup lagi.

Melody Potter and the Order of the PhoenixNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ