Chapter #7

525 109 6
                                    

  Doyoung berusaha memegang benda apapun yang bisa menyangga tubuhnya dari tenaga Zivan yang kuat. Namun semuanya sia-sia, kepala bagian belakang Doyoung terbentur meja makan yang panjang dan kokoh, terbuat dari batuan dan semen berlapis kaca tebal. Membuat Doyoung merasa pusing dan tatapannya nanar. Zivan pun, sudah tidak terlihat bersama Doyoung, cepat sekali perginya anak itu.

  Doyoung menggelengkan kepalanya berkali-kali, mengucek matanya dan hendak berdiri dari posisinya yang telentang sedikit bersandar. Namun, Doyoung malah dikejutkan dengan kehadiran Zivan yang berdiri di atas meja, tangannya memegang ujung tali yang ternyata melingkar di leher Doyoung—membuat anak itu panik dan memanggil nama Junkyu berulang kali.

  Langkah kaki yang tak serempak bergaung di dapur Mansion, cukup jauh Junkyu dan ke-dua sepupunya mengejar Zivan yang membawa Doyoung. Saudara sepupu, berbaris memanjang, menatap Zivan yang pucat dan terlihat menyedihkan. Matanya yang sayu dan kosong hanya menatap ke depan.

"Ada apa dengan ku?" Zivan bersuara pelan, menghasilkan gaung di dapur yang temaram karena lampunya yang tidak dinyalakan—hanya beberapa lampu saja yang menyala dan tak menghasilkan cahaya yang cukup. Mashiho menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Zivan. Haruto terlihat meneguk salivanya, mata sayu Zivan tepat mengarah pada Haruto.

"Kau tidak ingin menghajarnya?" Zivan bertanya pada Haruto, tangan kanannya mengulurkan ujung tali yang mengikat leher Doyoung, Zivan menawarkan hal bagus—karena bisanya Haruto selalu mencari waktu untuk menganggu Doyoung dengan kenakalannya, entah secara fisik ataupun verbal.

  Junkyu mendengus, dan maju selangkah berdiri membelakangi Haruto. Junkyu berbalik badan dan kedua matanya menatap wajah Haruto yang pucat, jari-jarinya saling bertaut karena rasa takutnya yang begitu besar.

"Sudah cukup perlakuan mu beberapa tahun terakhir, jangan terima tawarannya." Junkyu bersuara keras memarahi Haruto yang masih diam, sedangkan Zivan maju beberapa langkah, matanya berkedip merayu Haruto agar segera menyambut ujung tali yang di ulurkan pada Haruto.

  Suara kompor gas yang menyala membuat semua perhatian tertuju pada tempat memasak, suara air mendidih mendominasi dapur yang sunyi. Hanya suara deru napas mereka yang terdengar, meskipun tidak begitu nyaring. Zivan tidak lagi berdiri di atas meja makan, di kesempatan itulah Mashiho melepaskan ikatan yang melingkar di leher Doyoung namun urung dilakukan, karena Zivan menarik ujung talinya dan berhasil menyeret Doyoung mundur dari hadapan Mashiho, Doyoung sendiri merasakan lehernya yang tercekik meskipun hanya sebentar.

  Gemuruh air mendidih semakin terdengar, lampu temaram kini sudah menyala terang, semua lampu sudah menyala karena Mashiho menekan saklarnya. Semua mata tertuju pada Zivan, sedangkan Junkyu jongkok di depan Doyoung yang duduk seperti seekor anjing peliharaan.

  Suara tutup teko steenlis di lempar ke lantai dengan keras oleh Zivan, para saudara ber—sepupu panik dan takut. Di momen itu, Doyoung sudah terbebas dari tali yang melingkar di lehernya. Junkyu memberikan pelukan penenang untuk Doyoung, apalagi setelah suara tutup teko steenlis itu di lempar. Zivan mengangkat teko panas dari atas kompor, Haruto dan yang lainnya tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Zivan. Mashiho mundur, takut jikalau air panas yang baru mendidih itu di siram padanya.

  Zivan mengangkat teko tinggi ke atas kepalanya, lalu membuka mulutnya dan menuangkan air panas yang baru mendidih itu ke dalam mulutnya. Minum air panas itu dengan sangat nikmat, apalagi asap tebal itu mengepul dari mulutnya. Mashiho mendekatkan diri kepada Junkyu dan Doyoung, Haruto pun ikut bergabung. Wajah mereka terlihat panik namun tidak berani bertindak, Zivan benar-benar aneh.

BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓On viuen les histories. Descobreix ara