Chapter 2 She's name Reine

4 0 0
                                    

Kesokan harinya seperti biasa aku harus menjalani aktifitas orang normal yang menurutkan membosankan tetapi entah mengapa hari ini aku agak sedikit bersemangat ke sekolah. Awalnya aku juga tidak tahu kenapa dengan pikiranku ini dan setelah aku pikirkan kembali ternyata.... ya Reine aku sedikit bersemangat ke sekolah karena sepertinya aku ingin melihat lagi senyum Reine yang kemarin menyapaku.

"Ahh siapa peduli dengan senyum itu aku hanya berangkat ke sekolah karena itu memang kewajibanku bukan karena Reine ataupun senyumanya" aku mencoba membohongi pikiranku sendiri.

Aku pun terus berjalan menuju gerbang sekolah hingga sampai beberapa meter sebelum aku sampai didepan gerbang aku dikagetkan dengan suara klakson mobil yg cukup keras. Ternyata aku berjalan terlalu ketengah tanpa aku sadari. Aku memang berjalan sambil melamun seperti biasanya. Terlihat mobil yang mengelaksonku dengan keras tadi berhenti di depan gerbang sekolahku dan menurunkan seorang anak perempuan yg berseragam sama denganku.

Whatz.. ternyata dia adalah Reine yang kemarin aku ketemu di ruang guru. Haah... aku baru tahu kalau ternyata Reine itu selalu diantar jemput oleh ayahnya ke sekolah menggunakan mobil yang menurutkan sangat mewah bermerk Mercy entah seri berapa aku tidak tahu. Sialnya bukan hanya karena dia turun dari sebuah mobill mewah saja tetapi penampilannya pagi ini juga benar membuatku terbengong2 dibuatnya. "Perfect" itulah kata yang ada dalam pikiranku saat masih terpaku melihatnya.

"Woy biasa aja liatnya !" tiba2 anton berbicara kepadaku sambil menempiling kepalaku dan membuat aku sadar dari lamunanku.

"ah gak koq biasa aja dia" jawabku berbohong kepada anton.

Jujur saja seperti yang dikatakan Anton aku memang sedikit tertarik dengan gadis yg mereka sebut Reine itu tapi aku tidak terlalu mempedulikan perasaanku ini karena menurutku itu bukanlah hal yang penting.

---------

Di dinding kelas kami terpasang sebuah jam bergaya kuno yang saat ini menunjukan pukul 08.20 wib, yang artinya mapel Ipa akan segera dimulai. Hanya berjarak beberapa menit pasca guru b.indonesia keluar kelas, guru Ipa pun masuk ke kelas kami. Dan seperti dugaan kami beliaupun langsung menayakan tugas yg kemarin diberikan.

"Gimana tugasnya silakan dikumpulkan sekarang juga!" kata beliau.

"baik bu! Jawab kami serempak.

"Levie dan Toni tolong ambilkan alat peraga tata surya di dalam laboratorium sekarang yah !" pinta Ibu Lidya kepada kami.

Aku dan Toni pun bergegas keluar kelas untuk menuju Laboratorium sekolah yg terletak di sebelah selatan sekolah kami. Untuk menuju ke ruangan tersebut, kami harus melalui beberapa kelas dan lapangan basket yang secara kebetulan saat itu sedang diadakan pertandingan basket antara sekolah kami melawan sekolah Redfield. Banyak sekali anak2 sekolah kami yg menonton pertandingan tersebut dari sudut2 sekolah, mulai dari lantai 1 sampai 3. Apakah mereka semua sedang bolos jam pelajaran?? Tanyaku dalam hati. Kebanyakan dari mereka yg menonton adalah siswa perempuan yang menurutkan sangat parno. Mereka berteriak2 gak jelas yng membuat suasana benar2 berisik setiap kali sekolah kami berhasil mendapatkan poin. Bener-benar keterlaluan menurutku padahalkan ini hanya pertandingan basket biasa, tapi mereka berekspresi seolah-olah mereka akan mati kalau tim sekolah kami sampai kalah.

"eh lev, kita nonton basket bentaran yuk kayaknya rame nih! Ajak Toni.

"yeh ntar kita dimarahin bu Lidya kalo kelamaan. Jawabku.

"bentaran doang ini, ntar kita bilang aja labnya dikunci. Heheeh.

"terserah lo ja dah Ton tapi jangan lama2 yk" jawabku sambil kami berjalan mencari celah diantara keramain itu untuk dapat menonton.

Reine and Leive StoryWhere stories live. Discover now