Cerita tentang Atin..................

1 0 0
                                    

Bertemu dengan Atin sebenarnya membuat sebuah kenangan lama yang pahit menjadi tergali kembali.

Nama lengkapnya Atin Rosliatin. Dari namanya saja sudah bisa ditebak kalau dia tuh orang Sunda. Aku jadi ingat Hanung, teman kuliahku dari Tulungagung, dia pernah bertanya kepadaku, “Kenapa sih nama orang sunda kebanyakan begitu, seperti kata majemuk dan kata ulang aja, gotong-royong, tolong-menolong, bantu-membantu?”

Sebagai orang sunda, terus terang aja aku tersinggung dengan pertanyaan itu. Tapi kujelaskan saja selogis mungkin :”Begini loh, Nung, aslinya itu mungkin namanya Sudrajat, nah orang manggil dia Ajat, jadilah Ajat Sudrajat. Atau namanya Musaddad, tapi orang manggil dia Adad, jadi aja Adad Musaddad. Kan lebih enak didengernya. Sama aja dengan orang jawa, misalnya Joko Sujatmiko, atau Toto Suprapto.” Tapi meskipun sudah panjang lebar kujelaskan, tetep aja temen2 “jawa”ku masih suka menjadikan nama sunda sebagai bahan olokan. Untung saja namaku ga menggunakan nama yang berulang.

Atin memiliki wajah mungil yang sangat aristokrat, menunjukkan kalau dia itu dilahirkan dari keluarga bangsawan sunda. Sulit buatku mencari padanan wajah yang bisa menggambarkan wajah Atin. Pernah sih aku membayangkan, seperti ini mungkin wajahnya Dewi Drupadi, wanita cantik yang bersuamikan pandawa lima. Atin bertubuh mungil, kalau dia berdiri tingginya paling hanya sehidungku. Penampilannya sangat modis, terawat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rambutnya hitam tebal dibiarkan tergerai sampai ke punggung. Selalu memakai rok, dengan paduan atasan yang matching. Gerakan tubuhnya sangat teratur dan enak dilihat. Kalau dilihat secara keseluruhan orang akan menilai bahwa Atin itu anggun dan lembut.

Itu pula kesan pertamaku ketika mengenal Atin. Suatu pagi seperti biasa aku berkendara motor pergi kuliah. Melewati pertigaan jalan Tamansari dan jalan Sulanjana, tiba2 aku dijegat cewek cantik yang berdiri melambai-lambaikan tangannya di sebelah mobil starlet yang terparkir di pinggir jalan. Aku berhenti, dia berjalan dengan anggun ke arahku. “Kamu dari i-ef kan?”tanyanya

“Iya. Ada apa?” Aku balik bertanya, heran, kok tau? sambil menilai anggun banget cewek ini.
“Saya dari te-el, mobil saya mogok, mau ada kuis nih sebentar lagi. Boleh ga saya ikut kamu? Tempat kita kan deketan aja.” Dia menjelaskan dengan suara yang bening dan merdu.
“Trus mobil kamu?” tanyaku
“Ga papa, sudah saya aktifkan pengamannya.”
“Ya sudah, naik aja kalo gitu.” Sebenernya bingung juga aku waktu itu menilai Atin, kok, cewek seanggun dan secantik dia berani banget nyegat cowok ga dikenal. Kalau saja aku ini cowok straight mungkin sudah kubawa kabur nih cewek.

Begitulah perkenalan pertamaku dengannya. Dia mahasiswi Teknik Lingkungan satu angkatan dengan aku. Kebetulan memang tempat kuliah jurusan TL berdampingan dengan jurusan IF, meskipun lain fakultas. Sebelumnya aku ga pernah perhatikan dia. Karena memang ketertarikanku lebih banyak ke cowok. Begitu kami berjalan bersama sambil berbincang dari tempat parkir timur ke tempat kuliah, temen2 kuliahku yang 90% cowok langsung ribut meneriaki aku. “Suittttt....suiiiiiw........, oooiii Andiiii, ternyata kamu tuh ya diam-diam!!” atau “Diiiii, salamin dong dari gue.....!!” dan teriakan-teriakan kurang-ajar lain yang bikin aku jengah. Aku langsung saja meninggalkan Atin, setelah sebelumnya meminta maaf atas kelakuan teman-temanku. Heru teman akrabku berbisik :”Hebat kamu ya, Di, bisa jalan bareng si Atin. Arif aja yang ngecengin dia sejak semester satu, ga pernah berhasil.” Arif itu memang terkenal ke-playboy-annya.

Dari situlah kemudian keakraban kami terjalin. Sampai beberapa temanku mengira aku pacaran dengan Atin. Kubiarkan saja anggapan itu, sebab ini keuntungan bagiku untuk menutupi keadaanku yang sebenarnya.

Semakin aku mengenal Atin, semakin aku tau kalau keanggunannya itu hanya kesan lahiriah saja. Aslinya itu dia berani, cuek, manja dan keras kepala. Berani dia nolak kiriman pesan2 cinta dari para pengagumnya, padahal cowok2 yang berani melakukan itu bukanlah cowok yang ga berarti. Mulai dari dosen-dosen muda, ketua senat mahasiswa sampai ke playboy tajir macam si Arif. Dengan cueknya dia bisa saja menciumku secara demonstratif didepan teman2ku seperti tadi itu. Tapi aku sudah wanti2 sama dia supaya jangan melakukan itu, karena aku sering dijadikan bahan olokan. Lewat dia aku jadi mengenal teman2nya yang rata2 cantik2. Memang di kampusku sudah terkenal gudangnya cewek cantik adalah jurusan Teknik Lingkungan dan jurusan Biologi.

Dari ceritanya, ternyata dia tahu banyak tentang aku lebih daripada yang aku perkirakan. Rupanya dia sudah memperhatikanku sejak kuliah semester satu. Rasa ge-erku muncul, sehingga aku sempat curiga kalau 'mobil mogoknya' itu cuman rekayasanya aja, supaya bisa membuka perkenalan dengan aku. Sebenarnya sih kalau dipikir secara logis mungkin juga, sebab rumahnya kan di daerah Tubagus Ismail, so, kenapa harus lewat Tamansari? Kan lebih dekat kalau lewat jalan Dago kalau mau ke Ganesha. Tapi aku ga pernah menanyakannya, sebab bagiku itu ga penting.

Kenangan pahit muncul ketika melihat Atin adalah karena mengingatkan aku akan sosok Hendro, teman kuliahku ........ Ceritanya cukup panjang, jadi kutunda dulu dalam bab tersendiri kalau sempat.

MY PARTNER - jantung hatiku ....  Where stories live. Discover now