"Lanjutan 5" Akhir Juni 2006 .... LIBURAN KENAIKAN KELAS

2 0 0
                                    

Hari ke-5, petang hari menjelang magrib dia mencoba ke kamar mandi sendiri tanpa bantuanku. Tiba-tiba dia memanggilku dari dalam kamar mandi : “Di, tolong aku dong…” katanya agak keras.

Aku yang sementara berbaring sambil mengetik di laptop segera saja berdiri, khawatir terjadi apa-apa dengannya. Kubuka pintu kamar mandinya yang tidak terkunci dan kulihat tubuh indah yang berdiri di depanku, full naked dengan tongkat kruk dikepit oleh tangan kirinya, karena kakinya belum bisa terlalu diandalkan. Sarung dan kausnya berserakan di lantai kamar mandi. Sementara itu tangan kanannya yang belum sembuh benar berpegang erat pada pinggiran bak. Pertama kalinya aku melihat dia telanjang dalam keadaan berdiri. Terlihat lebih indah dan gagah, seperti sebuah patung yang berkilau.

“Ada apa?” tanyaku, tak kuasa menahan degup jantungku yang begitu kencang dan mataku yang tidak mau kompromi menatap tubuhnya yang indah itu.

“Kayaknya aku masih belum bisa mandi sendiri nih, kakiku belum kuat berdiri terlalu lama, masih ngilu sekali kalau kuinjakkan ke lantai, jadi tanganku gak bisa pegang gayung. Help me pliiiis…..,” katanya memohon.

“Ngga’ salah nih?” batinku, kok aku seperti mendengar nada manja dari suaranya.

“Jadi maunya kamu gimana nih? Balik lagi ke tempat tidur?” Tanyaku.

“Ga lah, udah terlanjur disini, kok. Kamu mandiin aja aku disini.” Jelasnya.

“Oke” kataku agak gemetar. Segera saja kubuka bajuku supaya tidak basah. Aku masuk hanya dengan celana gombrang selutut. Kusingkirkan kain sarung dan baju kausnya yang berserakan di lantai.

Aku berdiri di belakangnya. Tubuhnya lebih tinggi beberapa senti dariku. Aku mulai menyiram tubuhnya, kemudian menyabuninya mulai dari belakang. Kusabuni punggungnya yang licin, pinggangnya yang ramping kemudian pinggul dan buah pantatnya yang seksi, terakhir paha dan kaki. Ketika menyabuni daerah antara pantat dan paha kadang-kadang tanganku nakal juga menyentuh lubang silit dan buah zakarnya yang menggantung. Tidak ada rasa canggung sedikitpun aku melakukan itu, karena sudah terbiasa selama beberapa hari sebelumnya membersihkan seluruh tubuhnya – kecuali bagian penisnya yang selalu kuserahkan padanya untuk membersihkannya. Sudah hafal aku dengan lekuk tubuhnya, jadi kupikir menyentuh bagian-bagian sensitif tidak akan jadi masalah baginya.

Setelah itu kubilas bagian belakangnya dengan air bersih.

Pindah ke bagian depan, aku terperanjat melihat batangnya yang tegang kira2 16 cm panjangnya, lebih besar dari punyaku. Begitu indah menantang. Aku lihat wajahnya, lalu aku berkata :” Kok bangun Nick?” tanyaku sambil nyengir.

Profesiku adalah guru pada saat itu. Begitu juga Nicky. Kami sama2 guru di sekolah yang sama, sebuah sekolah yang cukup bonafid. Banyak pejabat negara yang mengasramakan anak mereka di sekolah kami dan mereka membayar mahal. Artinya aku sebagai seorang guru harus sedapat mungkin menjaga nama dan kredibilitas sekolah.

Itulah salah satu pertimbanganku untuk tidak melakukan pemaksaan kehendak kepada Nicky. Salah satu kemungkinan buruk yang akan terjadi jika aku berlaku kasar pada Nicky adalah dia akan marah. Dan tidak hanya sampai disitu, mungkin dia akan mengadukan perilaku aku ke manajemen sekolah, sehingga aku akan dipecat. Sebenarnya kalau hanya sekedar dipecat saja aku ga terlalu takut, banyak pekerjaan lain yang bisa kulakukan. Yang aku takutkan adalah reputasiku akan jatuh sebagai seorang guru, sebab mungkin saja berita ini tersebar di media dengan judul “Seorang guru pria melakukan pelecehan seksual kepada temannya sesama guru pria di sebuah sekolah bonafid yang beralamat di Parung – Bogor.” Wow! Jangan sampai deh itu kejadian. Seperti apa tanggapan keluargaku jika membaca berita itu.

Pertimbangan kedua adalah berdasarkan pengalamanku sebagai seorang guru pula. Ketika menangani anak-anak yang bermasalah, biasanya itu akan selesai kalau aku bisa mengambil hatinya. Saat kita sudah memegang hatinya, maka apapun yang kita katakan pada anak, maka si anak akan menerimanya. Nah, prinsip ini yang sementara kugunakan kepada Nicky. Aku mencoba memegang hatinya dengan cara yang elegan. Menjajaki apa yang ada didalam hatinya. Kalau dia punya kecenderungan yang sama denganku, apa salahnya kalau bisa diselaraskan. Tapi kalau ternyata tidak, ......, yah, ..apa boleh buat, that was my fate.

MY PARTNER - jantung hatiku ....  Kde žijí příběhy. Začni objevovat