Chapter 7

1.6K 79 4
                                    

Makan siang berdua bersama ve gagal terlaksana. Aku di usir mentah-mentah oleh papanya. Perasaan yang teramat ini sungguh tak bisa ku tahan lagi. Aku ingin berkata jujur pada nya. Tapi ketika keinginan itu muncul aku malah di halang batu besar yang sepertinya tak bisa ku hancurkan. Semua yang di rencanakan di awal kini berubah hancur berantakan.

Aku duduk sendirian di sebuah cafe yang tak jauh dari kantor ku. Aku duduk melihat ke arah jendela. Langit yang mendung seakan melukiskan setiap kegundahan ku. Langit akan menangis. Tapi aku tak boleh lemah, biar kan langit ini yang menjadi diriku. Kini hujan turun, aku masih terus terpaku dengan rintikan hujan yang membasahi jendela ini.

"Hei nal" sahut teman ku yang baru saja tiba

"Hai" jawabku tak bersemangat

"Loh, kenapa nal?"

"Gpp"

"Lo lagi galau ya?"

Seketika aku melihat menatap wajah nya tajam sambil mengkerutkan dahi ku.

"Eeits... Santai bro, gw kan cuma beranggapan aja" jawabnya gugup. "Oiya nih pesenan lo, untung aja temen gw yang di amerika bisa di andelin, pas banget nih novel tinggal satu2 nya" lanjut nya

"makasih yah" jawabku tak bersemangat

"Lo kenapa? Kok murung gitu" tanyanya heran

"Harapan gw pupus seketika rey" ucapku mengendus pelan

"Pupus? Apa yang terjadi dengan lo dan ve?"

"Foto itu telah membuat gw putus dengan nya di tengah jalan"

"Foto apa?" tanya nya. Aku pun langsung memberikan amplop berisi foto-foto itu.

"Nal, ini bukan lo kan?"

"Itu gw rey"

"Astagah :o bukannya lo udah putus dengan dhike?"

"Iya gw udah putus, tapi malam itu dia menjebak gw"

"Nal nal, karma berlaku buat lo nal. Lo selingkuh dan diketahui oleh dhike. Di dunia ini mana ada cewek yang mau nerima gitu aja"

"Iya gw yang salah rey, gw yang udah biarin hati ini terbagi menjadi dua :("
"Sebenarnya apa yang terjadi nal?"

Aku ceritakan semua yang terjadi tadi siang itu. Detail hingga akhirnya rey begitu kaget merasa tak percaya. "Rumit gile nal x_x" ucap nya

"Gw bingung harus ngapain lagi rey"

"Nal, waktu lu masih banyak. Luluhkan lagi hati orang tua ve seperti dulu, gw yakin. Soal dhike gw bs bantu lu selesaiin semua nya"

"Hati orang tua nya ve udah tertutup buat gw rey, semua gara-gara foto itu!" ucapku menggeprak meja

"Eh nal, santai x. Di lihatin orang tauk" sambil melihat di sekeliling cafe

Aku hanya mengusap wajah ku dengan kedua telapak tangan ku. Rey hanya menatap ku geleng. Aku bingung dengan semua permasalahan ini. Harapan papa kini sudah ku hancurkan. Aku berdosa, sungguh berdosa. Maafin rinal pa.

Malam menjelang. Akhirnya aku memilih pulang. Sudah lama aku duduk berdua bersama sahabat karib ku. "Makasih udah mau denger dan bantu gw rey" ucap ku menepuk pundak nya

"Sama2 nal, gw sebagai sahabat lo akan terus bantuin lo kok ;)" jawab nya. "Ingat nal, masih ada waktu, temui kembali orang tua nya" lanjutnya menepuk pundak ku.

Jalanan yang hanya terlihat oleh sinar lampu ini menghantarkan aku hingga sampai ke rumah. Aku masih saja dengan sikap gundah ku. Tertunduk. Tanpa memperdulikan orang di sekitar ku. Ku lihat mama yang hanya fokus menatap layar tv tanpa memperdulikan ku. Aku tahu, mama kecewa. Janji ku untuk merahasiakan semua nya kini pecah begitu saja di ketahui oleh orang tua ve. Aku benar-benar terpuruk saat ini. Di dalam kamar aku hanya termenung. Duduk menatap lurus kosong.

Bukan Kisah Siti NurbayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang