[ BONCHAP : So...? ]

Start from the beginning
                                    

DUK DUK DUK.

Persidangan selesai.

Johnny dan Haechan saling berpelukan dan menangis. Akhirnya kasus kematian ini berkahir walaupun tidak berkahir memasukkan kedua tersangka itu pada sel penjara.

Dalam hukum jika tersangka sudah meninggal dunia tidak bisa menjadi tersangka. Tapi Jordan pun ikut dalam kasus ini, secara pasrah pun sang Hakim memutuskan untuk menambah hukuman untuk Jordan sesuai dengan peraturan yang ada.

"Aku yakin Ibu pasti akan senang". Ujar Haechan dengan suara purau.

"Thanks God...".

Sedangkan Mark berdiri menyaksikan semuanya sambil tersenyum tipis. Kasus nya sudah selesai, jadi tuhan.. apakah dia boleh memiliki Haechan kembali?

🍂🍂🍂🍂

"Ini untukmu, aku tahu kau menyukai ini kan?". Mark membawa kue brownies coklat lumer buatan Taeyong.

Ah, kenapa Taeyong? Karena... Taeyong sudah menjadi keluarganya juga, ekhem. Jaehyun memutuskan bercerai dengan sang istri karena sang istri lah yang meminta, katanya tidak sanggup hidup berpas pasan dengan nya. Baiklah jika itu maunya, Jaehyun hanya bisa mengiyakan. Dia tidak mau perempuan itu hidup tersiksa dengannya.

Haechan sedang mengerjakan skripsi untuk kelulusan kuliahnya dikantin sekarang, tapi malah di datangi oleh alien. Tentu saja Mark.

"Ya, terimakasih". Balasnya melirik sekilas pada Mark.

"Bisa aku membantumu?".

"Tidak, ini pekerjaan ku. Kau pergilah jangan menggangguku sialan!".

Bibir tipis Mark tersenyum lebar, kemudian dia mencubit gemas pipi gembil itu dan dia dapati hanya pelototan dari Haechan.

Haechan berdecak, "Aku bilang pergi dari sini, Mark!".

"Tapi cobalah kue yang aku bawakan untukmu, aku membuat nya dengan penuh cinta". Bohong nya.

"Kau bodoh dalam urusan dapur". Cetus Haechan. Dan membuat Mark menyengir tak merasa bersalah, "Aku akan memakan nya tapi nanti, sekarang kau pergi dan jangan menggangguku".

"Setidaknya beri aku kecupan di pipi atau di bibir". Mark malah melunjak.

Dengan sigap Haechan mengangkat kotak makan itu dan berpura pura melemparkan ke arah wajah Mark.

"Sinting". Gumamnya saat melihat Mark lari terbirit-birit.

"Hei Haechan, kau di suruh ke ruang resepsionis. Tadi ada menelfon dan menyebut namamu, pergilah". Kata salah satu perempuan yang dia tidak kenal.

Mungkin Ayah nya yang menelfon. Itu pikirnya, kebetulan ponselnya mati karena habis baterai. Lalu dia memasukkan laptop miliknya ke dalam tas.

Setelah sudah sampai ruang itu, Haechan tidak lupa membawa sebuah kotak bekal yang berisi kue brownies tadi yang diberikan oleh Mark.

Sembari menunggu giliran mendapatkan telefon, dia lebih memilih untuk duduk di sofa sambil menyantap brownies.

"Tunggu sebentar, telefon nya masih dipakai". Ucap orang itu dan diangguki olehnya.

Dia mengunyah brownis nya dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya kebelakang. Matanya terus melihat ke arah jendela menikmati taman untuk tempat belajar diluar kelas.

Jika dipikir-pikir sepertinya tidak buruk dia mengerjakan skripsi disana. Ditambah angin menghiliwir begitu membuatnya menjadi tenang dan lebih santai mengerjakannya.

"Permisi apa ini kertas milik mu?".

"Oh? Bukan, aku tidak tahu".

"Tapi.. kertas ini ada noda coklat seperti yang kau makan itu".

"Oh, mungkin. Berikan". Haechan mengucapkan kata terima kasih, lalu membaca kertas itu.

Aku memang tidak berani tapi kau tahu kan seberapa besar cintaku padamu?
— Mark Lee.

Haechan berdecih geli. Apa apaan yang dilakukan oleh lelaki itu?

Dan lagi pula soal apa yang berani atau tidaknya, tentang memberikan kue ini? Atau hal yang lain?

"Haechan ini telfonnya tadi Ayah mu ingin bicara. Tapi kalau tidak tersambung mungkin karena diangkat, ditunggu saja".

"Kau terlalu banyak berbicara".

Sebelum dia mengambil telfon itu. Dia menyempatkan satu suapan lagi kue brownies dengan berukuran lumayan besar, saat gigitan ketiga kunyahan nya terhenti.

Dia mengeraskan rahangnya sambil memejamkan mata dengan erat. Kemudian langsung berputar membelakangi orang itu dan mengambil sesuatu dari dalam mulutnya.

"Si brengsek Mark Lee". Dia menemukan sebuah satu cincin didalam mulutnya, lebih tepatnya ada tercampur pada adonan kue brownies itu.

"Berikan mic speaker itu padaku". Tak menunggu waktu lama dia menyalakan tombol speaker itu yang bisa didengar oleh setiap kelas, ruang dosen atau setiap ada speaker semuanya bisa didengar oleh orang lain!

"MARK LEE MENGHADAP KE RUANG RESEPSIONIS SEKARANG JUGA KALAU TIDAK DATANG DENGAN CEPAT MAKA AKU AKAN MENOLAK LAMARAN MU!!!".

🍂🍂🍂🍂

BTW;

NOTE  ; Jadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NOTE  ; Jadi.. ada yang paham😭

My Ex || Markhyuck [ End✓ ] Where stories live. Discover now