๑'•. Mawar Putih

Start from the beginning
                                    

"Astaga bu, kenapa tidak di kamar?"

Abel bergegas mengambil selimut dan menaruhnya di atas tubuh sang ibu karena hawanya cukup dingin.

Dia berganti pakaian yang tadi lalu duduk memojok di tepi tempat tidurnya.

Tiba tiba Abel tersenyum tipis kala mengingat Saka mengungkapkan perasaannya di bukit tadi.

"Cinta itu aneh dan tiba tiba" gumamnya.

Gadis itu menatap ke arah gantungan kupu kupu yang merupakan hadiah dari Saka.

Keesokan harinya Saka bersiap untuk berangkat ke sekolah lebih awal.

"Saka, kamu tidak sarapan?" tawar Eliza sibuk menata meja makan.

"Boleh ma."

Laki laki itu meneguk susu dan juga memakan rotinya cukup terburu buru.

"Pelan pelan."

"Maaf ma, Saka berangkat dulu."

Dia berpamitan dengan Eliza dan menuju ke parkiran untuk mengambil mobil yang sudah disiapkan.

Sementara itu Abel masih menyantap sarapan nasi kuningnya di meja makan.

"Seperti ada yang berbeda dari putri ibu."

"Aku masih sama kok."

"Kemarin kamu ada apa dengan Saka?"

Abel belum bisa menceritakan soal hubungannya dengan laki laki itu saat ini.

"Dia hanya ingin mengobrol."

"Oh begitu, cepat sedikit nanti terlambat."

Abel lalu bersalaman dengan Ratmi setelah menyelesaikan sarapannya.

Gadis itu mengayuh sepedanya pelan dan setengah jam kemudian sampai di sekolah.

Setibanya di kelas Abel melihat Ajeng dan Dian tengah melakukan sesuatu.

"Eh Abel, duduk sini!" ajak Dian.

"Kalian sedang apa?"

"Lihat ini."

Ajeng menunjuk ke arah berita yang sedang hangatnya di koran.

"Sekolah kita dapat penghargaan adiwiyata dari walikota."

"Wah, kabar yang bagus."

Ketiganya pun tersenyum bangga dan kembali menyimak berita lain di koran tersebut.

"Kalian serius sekali."

Rachel baru saja datang dan duduk melengkapi ketiganya.

"Ini lagi baca berita terbaru" balas Dian.

Tak lama kemudian guru sudah tiba di kelas dan memulai pelajaran.

Pagi ini kelas X1 IPA 1 belajar tentang pewayangan.

Raden SakaWhere stories live. Discover now