01. The First Daugther

Start from the beginning
                                    

"Tuan pencuri, masih ada banyak didalam. kau pasti melakukannya untuk keluargamu kan? kau tau, itu tidak apa-apa.. untung saja ini hanya aku, ayo ku tunjukan dapurnya"

anak laki-laki itu memegang jubah kain si sosok tersembunyi dan membawanya, sosok itu bisa merasakan tarikan tanpa getaran sedikitpun. sesaat ia sibuk berfikir apakah anak ini sebegitunya tidak memahami apa artinya orang jahat dan tidak menyimpulkan dengan cepat bahwa semua pencuri itu kelaparan atau tidak semua orang yang pergi sembunyi-sembunyi itu pencuri.

Pikiran nakal mulai mengekspansi kepala kain itu. ia dengan sigap menangkap si anak laki-laki dan pergi dari sana, pikirnya ia akan menakuti anak itu sedikit dan mengajarinya apa itu ketakutan dan betapa pentingnya kewaspadaan, sosok itu sudah bertekad akan mengembalikan anak ini besok pagi sebelum siapapun menyadarinya. kue dan remahannya terjatuh begitu saja diantara rerumputan, tanpa teriakan tanpa perlawanan, sekilas sosok itu bisa melihat pantulan langit dimata anak laki-laki yang jernih ini.

"Oh, kau tidak butuh makanan? apa butuh uang sehingga menculikku? kau tahu? tak apa.. aku akan memberitahumu pada siapa kau harus mengirimkan suratnya, ku jamin keluargamu bisa makan enak seumur hidupnya, hanya pastikan orang itu membacanya"

sosok ini cukup jengah dengan ke optimisan anak ini. apa dia harus menjahilinya lebih jauh? bagaimana dengan menakut-nakutinya dengan badai hijau disebelah sana. Itu bukan ide buruk.

dengan pikiran itu sosok berbalut kain hitam yang kemudian dapat terlihat sebagai jubah dan penutup wajah berlarian diantara pohon, sosoknya mulai terlihat karena beberapa awan bergantian menghalangi dan membuka cahaya bulan berbeda dengan sisi utara yang menggelap menggundah gulanakan hati siapapun yang melihatnya. sosok itu sadar da ia ingin anak ini juga melihatnya. ia akan menemukan tempat terbaik itu. sesekali ia menaiki bangunan dan berlarian diatasnya tak butuh waktu lama hingga mereka sampai diwajah awan badai utara.

Sosok itu menurunkan si anak laki-laki dari pangkuannya, sedikitnya ia menyadari anak itu mulai nyaman dan menempelkan wajahnya didadanya.

"Kau seperti perempuan, apa kau sedang menyusui seperti ibuku? pasti ada banyak air susu disana, kau pasti melakukan ini untuk anakmu kan? tidak apa-apa ayo buat suratnya"

sungguh bisakah anak ini berhenti bicara tidak apa-apa? sosok itu membalikan tubuh si anak menghadap kearah utara, mereka berada diujung jurang dan apa yang tersaji didepannya adalah pemandangan seperti kumpulan awan hitam bertakjub hijau yang berkerumul bergulung dan terpecah menjadi sambaran-sambaran petir hijau terang.

anak itu diam. itulah yang dilihat si sosok kain dari belakangnya, ia membayangkan betapa merah dan berairnya mata anak itu sekarang. Sosok itu mulai tertawa dan mundur, ia ingin menjahilinya aga jauh.

mendapati suara langkah kaki, anak itu berbalik menatap wajah yang sebenarnya tidak terlihat sedikitpun.

"Jadi awan ini yang dari tadi berisik, aku tidak bisa tidur karnanya"

...

"Tuan eh-nyonya pencuri mana kertasnya ayo tulis surat untuk seseorang agar dia bisa menebusku dan kau dapat uang banyak"

sosok itu menampar wajahnya sekarang. bayangan anak laki-laki dengan latar belakang badai gelap tergulung petir dan wajah polos itu bahkan lebih mengerikan daripada mimpi buruknya.

"Apa kau tidak mengerti situasinya? siapa yang mengajarimu jadi anak bodoh seperti ini?"

suara itu, si anak tertegun. ia mengenalnya.

si sosok penculiknya kini membuka penutup wajah dan kepalanya, seketika angin menerbangkan untaian dengan untaian rambut kelamnya, kilatan akhirnya dapat memperlihatkan warna asli rambut itu, hijau tua.

"Kakak? Kakak?!" si anak memanggilnya dengan 2 nada berbeda, wajahnya berubah dari bertanya-tanya menjadi senang bukan kepalang. matanya berbinar meski situasi badai bahkan menjadi lebih buruk sekarang. si anak berlarian dan memeluk kaki sosok itu, Yseult.

"Ayah tidak pernah mengajarimu untuk selalu waspada terhadap orang lain? bagaimana jika kau benar-benar diculik, siapapun ingin menculik anak laki-laki seorang bangsawan bahkan tanpa berfikir sekalipun. kau benar-benar, instingmu sama sekali tidak terlatih. mau jadi apa kau dewasa nanti? kacung tuan tanah? bagaimana jika kau diminta menikahi anggota kerajaan? kau hanya membuat malu"

si anak hanya tertawa mendengarnya. ia mengusak-ngusak wajahnya pada kain itu, ia tidak lagi mengenali aroma kakaknya itu karna saat ini jubah maupun dirinya dipenuhi aroma hutan dan lumut, untuk itu awalnya ia menyangka sosok itu pencuri dari daerah pedalaman di hutan. bukan hal langka mereka terkadang pergi ke ibukota untuk mencuri.

"Aku bersungguh-sungguh, Keegan. Kau harus berlatih denganku di hutan, kau dengar? aku akan memaksa pada ayah"

anak laki-laki yang sekarang diketahui sebagai Keegan itu mendongkak kan wajahnya.

"Kenapa baru bilang itu sekarang? Aku sudah menantikan kakak pulang sepanjang tahun, kau bahkan tidak pernah lagi mengunjungiku"

Yseult melihatnya, Keegan tidak tahu apa artinya tatapan itu. namun ia membalasnya dengan tertawa dan kembali mengusak wajahnya. Yseult sangat ingin mengigit pipi halus itu, tetapi jadi tidak karena kalimat yang Keegan ucapkan berikutnya..

"Lagian apa kakak punya bayi, kenapa sekarang jadi gemuk seperti ibu"

Yseult melepaskannya dan pergi darisana. Keegan yang tidak tahu apa artinya hanya tertawa dan mengkutinya tanpa terganggu.

Baru beberapa langkah suara gema petir sekaligus menyambar tanah diujung jurang tempat mereka tadi berada, sekilas cahaya merah berkilat menyusur langit dan tanah membentuk dinding-dinding. Yseult segera berbalik dan mengangkat tangannya dari balik jubah, seketika kumpulan debu hijau dan noktah berkelip hijau memenuhi tangannya.

"Kemari, cepat!"

Yseult sadar ia terlalu lama disana, ia tadinya hanya akan berkunjung lalu melakukan perjalanan kilat kembali ke rumah mereka.

namun ketika Keegan mulai berlari ia menabrak sesuatu diudara.

Dinding.

Yseult dalam sekejap mengganti debu hijau dan noktah ditangannya menjadi suatu bola mengkristal yang berkilau dan menghantamnya ke dinding tak kasat mata itu.

dinding yang kemudian terlihat memantulkan cahaya merah samar retak dan membekas lubang seukuran Keegan. Yseult segera meraih tangan itu dan menariknya namun tidak bisa, ia yakin ia lebih cepat dari apapun saat menangkap keegan malam itu. empunya masih tidak sadar akan apa yang terjadi dan hanya melihat yseult penuh tanya, hingga sesuatu mengusiknya.

"Kak, seseorang menangkapku semenjak aku terbentur tadi"

dan benar saja yseult bisa melihat sebuah tangan raksasa menggenggam punggung keegan dengan lengan setipis rambut yang hanya terlihat ketika cahaya kilat menyinarinya. perlahan lengan itu menancapkan kuku-kukunya ditubuh keegan membuatnya meringis dan berpeluh.

Yseult melihatnya dan tetap memegang tangan itu, ia aga kesulitan membuat sihir yang sama dengan tangan kanannya namun ia mencoba tak sedetik pun kehilangan akal karna tekanan. namun tarikan tangan besar itu semakin kasar, keegan tidak menangis tetapi ia mulai meringis dan itu tidak hanya untuk lukanya tetapi untuk luka di tubuh yseult yang mulai tergesek pecahan kaca tak sempurna untuk mempertahankannya.

Keegan melihat mata itu.

"Kak, kau tidak bisa menyelamatkanku tanpa lengan. aku ingin melihat bayimu jadi pastikan untuk menyelamatkanku, kau juga sudah janji akan mengajariku di hutan" keegan mulai melepaskan genggaman tangan yseult dengan tangannya yang lain.

yselut yang tidak rela langsung menyerang dinding itu dengan sihir yang belum siap alhasil tak ada yang berubah.

"Tenang saja kak, kau yang terkuat"

Yseult tidak mengatakan apapun dan tetap ingin bertahan tetapi setelah suara robekan mulai terdengar ia melepaskannya.

Lengannya baik-baik saja, saat itu ketika ia tidak mendapati dirinya sakit sedikit pun ia sadar siapa yang terluka. yselut melepaskannya da melihat keegan ditarik kearah badai begitu saja.

satu.dua.dan tiga.

Yseult membutuhkan 3 detik untuk kemudian menghancurkan dinding dengan tangan kirinya dan melesat kearah badai.

The Origin Of King KaanWhere stories live. Discover now