Bab 16.

15 7 1
                                    

"Aku, tak ingin melakukan 'itu' denganmu." Ucap Allen membuat Lili yang sebelumnya memejamkan mata kembali terbuka.

Memahami maksud Allen. 'Itu' yang di maksud adalah penyatuan mereka sebagai soulmate. Seharusnya, sejak awal mereka bertemu, penyatuan itu tentu harus segera di lakukan. Saling bertukar darah dan mengikat satu sama lain. Jika tidak melakukannya dan terus menunda, akan membuat mereka mudah lepas kendali dan menggila.

"Sebelum ingatanmu benar-benar pulih. Aku, akan menunggumu. Hingga kau benar-benar kembali ke dirimu sendiri. Dan dengan kesadaran diri sepenuhnya, kau mau menerimaku." Lanjutnya membuat Lili tenggelam dalam bunga tidur.

Tak mendapati pergerakan lagi dari tubuh kecil yang tengah memeluknya. Allen menghela napas panjang. Sembari memastikan Lili tak terganggu karenanya, ia mencoba untuk melepaskan pelukannya. Alih-alih lepas, pelukan itu semakin erat. Seketika, Allen tersentak begitu kepala Lili bergerak menyandar di pinggangnya.

Setelah memastikan tak ada lagi pergerakan dari gadis itu, Allen kembali mencoba melepaskannya, namun tak bisa. Jika ia terus memaksa untuk melepaskannya, tentu akan membuat Lili terbangun. Alhasil, dengan pasrah ia meluruhkan tubuhnya yang sebelumnya duduk beralih merebahkan diri tanpa melepaskan pelukan dari Lili.

Sedikit memiringkan tubuhnya menghadap gadis yang tengah tertidur pulas sembari memeluknya. Tangan kanannya terangkat menyelipkan surai pirang yang menutupi sisi wajah Lili ke belakang telinga. Kemudian menangkup pipi gadis itu. Ibu jarinya mengusap-usap ringan pipi Lili dengan lembut.

"Aku akan menyembuhkan ingatanmu secepatnya." Batin Allen lalu menutup matanya.

oO0Oo

"BAGAIMANA?? BAGAIMANA??.." Suara teriakan Pechel menggema hingga penjuru lorong.

Merunduk, menghindari buku yang melayang padanya. Sembari membuat ekspresi wajah menyebalkan di barengi kalimat-kalimat ejekan, ia terus menggoda Allen. Sejak pertama kali Allen melangkahkan kakinya keluar kamar, ia terlebih dahulu sudah berada tepat di samping pintu. Menunggu pujian dari Allen karena berkat dirinya, hubungan Allen dengan Lili semakin dekat.

Tentu keberadaan sosok Pechel tepat di samping pintu di sadari oleh Allen. Dengan perlahan-lahan ia menutup pintu, tak ingin membuat Lili terbangun. Kemudian dengan kecepatan kilat ia mencengkram kerah baju Pechel lalu menariknya pergi ke perpustakaan masion.

Terlepas dari cengkraman kuat itu, Pechel melesat menjauh. Sembari terus melontarkan kalimat-kalimat ejekan, ia melesat kemana-mana menghindari buku-buku yang melayang. Suara kalimat-kalimat umpatan dan sumpah  serapah yang keluar dari bibir Allen kalah dengan suara Pechel yang begitu memekak telinga.

"Ayolah, aku sudah membantumu. Setidaknya beri aku sesuatu walaupun tak seberapa." Ucap Pechel dengan kesal.

"BODOH!." Maki Allen.

"Astaga, lihatlah dia!. Cepat ceritakan, apa saja yang sudah kalian lakukan semalam?." Ejek Pechel.

"Ekkhem.." Damian berdehem.

Aura kelam yang menguar kembali terasa. Seketika, ruang perpustakaan kembali hening. Damian melangkah mendekati deretan buku yang tertata di depannya. Karena begitu sibuk bertengkar, membuat  keberadaan Damian sebelumnya sama sekali tak di sadari. Jika mereka tahu Damian ada di sini, tak mungkin dengan berani membuat kegaduhan di perpustakaan yang seharusnya tenang.

Seketika, Allen dan Pechel mematung di tempat. Tak berani meneruskan kegaduhan mereka. Tentu suara Damian membuat ke duanya diam tak berkutik. Damian akan membuat mereka mati dua kali jika tak menghiraukannya. Setelah meraih buku di rak, Damian melenggang pergi meninggalkan perpustakaan. Sebelum itu, ia berbalik.

MY SOULMATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang