Tapi...

Ternyata, Yadi mendaftar di waktu yang tidak tepat. Karena ternyata anggota mereka sedang kekurangan dan ia dimasukkan langsung pada tim tersebut. Yaitu, mengikuti pertandingan antar  sekolah yang di adakan besok. Sialan! Padahal ia belum berlatih sama sekali, dan ia tidak mengenal satupun orang di tim tersebut.

Rian dan Diki saat ini duduk berdua di sebuah kantin sepi, di temani dua cangkir teh dingin yang tidak di minum sama sekali sedari tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rian dan Diki saat ini duduk berdua di sebuah kantin sepi, di temani dua cangkir teh dingin yang tidak di minum sama sekali sedari tadi. Karena mereka sedang memikirkan, apa yang harus dikatakan kepada kedua sahabatnya nanti. Helaan napas yang sudah berapa kali mereka hembuskan tidak memunculkan ide satupun di otak mereka.

"Gara-gara lo nih! Lo bilang bakal gampang bujuk mereka."

"Lo kok malah nyalahin gua?! Gua mana tau mereka bakal susah di bujuk." Sangkal Rian sambil meneguk habis teh dingin, dengan es batu yang sudah habis mencair menjadi air.

"Lo kan ngajak gua main game tadi, kalau kita gak main itu gak bakal begini. Kalau kita kasi tau mereka lebih awal mereka bakal mau, berarti ini salah lo kampret!"

"Lo jangan malah nyalahin gua anjing, lo juga mainin tu game sampe lupa waktu. Lo bilang nanti-nanti terus dan gak tau bel udah masuk."

"Lo kok malah nyalahin gua asu!!" Teriak Diki sambil berdiri dengan tubuhnya yang di depankan sedikit,

Rian yang juga tidak terima langsung berdiri dan mendorong dada si Diki dengan dadanya, "lo jangan seenaknya malah nyalahin orang! Kalau lo aja nikmatin game itu tadi!"

"Tapi yang ngajak duluan lo sialan!" Balas Diki dan mendorong kuat dada Rian sampai membuat tubuh Rian terdorong jauh mengenai meja yang ada di samping mereka.

"ANJING LO DIKI!" Sulut Rian dan langsung berdiri melangkah untuk menarik kerah seragam Diki.

Tapi saat Rian yang hampir menarik kerah baju Diki, Rako tiba-tiba sudah berada di samping mereka dengan wajah dingin.

"Rako!" Ucap Rian dan Diki bersamaan dan menghampiri ke arah Rako.

"Kenapa kantin sepi?" Tanya Rako sambil melihat sekitaran kantin tersebut, seakan tidak peduli dengan kejadian yang dilakukan oleh Rian dan Diki tadi.

"Gua gak tau, yang penting disini lo mau masuk ke tim basket kami kan? Lo di lantik jadi kaptennya sementara, gimana?!" Mohon Diki langsung dengan Rian mengangguk, mengiyakan ucapan Diki.

Rako menghela napas sambil perlahan duduk, "males." Ucap Rako sambil memanggil bibi kantin untuk membawakannya minuman.

"Ayolah Ko! Ini demi sekolah. Lo gak mau mengharumkan nama basket sekolah?" Ucap Diki sambil tersenyum mengerjapkan matanya, sambil ikut duduk di kursi depan Rako.

Rako menatap ke arah Diki, "bukan urusan gua."

Diki dan Rian menghela napas bersamaan mendengar jawaban Rako, sahabatnya yang satu ini memang sangat susah dibujuk. Apapun imbalan yang akan diberikan juga tidak akan membuat hati beku Rako cepat luluh. Dan mereka tidak tahu harus mencari pengganti siapa lagi, karena mereka hanya tau kalau Rako sangat jago dalam basket apalagi Raken. Tapi dua sahabatnya itu malah memilih untuk fokus dalam belajar. Sialan! Mereka harus melakukan apa?

YAKEN [21+] (on going)Where stories live. Discover now