Bagian XVI: Puding Pendistraksi

Comenzar desde el principio
                                    

Mas-mas KFC pun menjadi pendukung squad Ashton dan memperlihatkan album-album lainnya selain Umay untuk menyemangati Ashton dkk.

Dan setelah ketiga lawan ku membujuk Calum dengan mengatakan mereka bisa mendapatkan CD album yang lain, yang bukan anak kecil yang bernyanyi, Calum pun pindah squad dan aku kalah telak.

"Hm," Ashton berdeham, "Ganis, because you lose, you have to buy us one cd per person," ia meringis, "because I still want that happy birthday kid album".

"No," jawabku cepat. "Its a waste of money".

"No its not," Luke membantah, "we love music".

"We could hear it all day all night," dukung Michael.

"I want these Slank dudes," Calum mengangkat satu album setelah daritadi sibuk milih-milih. "They have a cool cover," gumamnya lalu memberikan kepada si mas.

Luke berlari kecil ke arah Calum untuk memilih satu album bersama Michael diantara lainnya yang tertumpuk.

"I was telling you guys not to be idiots," kata ku mendongakkan kepala kepada Ashton yang berdiri di hadapanku, menunggu dua kawannya sibuk memilih sementara Calum asyik nontonin iklan-iklan KFC di teve, mulutnya mangap.

"Its not idiotism, its music-loving," elak Ashton.

Luke pada akhirnya memilih album Nikita Willy karena katanya cantik, dan Michael memilih album Blink berkenaan dengan adiksinya pada JKT48. Memang, aku sudah mengatakan pada Michael bahwa mereka bukan sesuatu yang Jepang, tapi Michael bilang itu bukan apa-apa dan ia akan tetap mendapatkan album Blink itu. "Its not like Blink 182 as well," aku mengingatkan Michael sekali lagi sebelum membayar semuanya.

"You know what, dude?," Ashton berkata kepada si mas KFC, "I used to work in here as well. No, not in this place exactly, but in there, in Australia, my ho-". Aku menarik lengan kaos Joy Division yang Ashton kenakan sebelum ia membacakan satu pidato penuh tentang pekerjaan lamanya. "Keep it up, brother, keep itu up," kata Ashton untuk yang terakhir.

Mulut udah bebusa juga mending mas-masnya ngerti, ton.

Untung aja nih KFC sepi, jadi gak terlalu malu lah.

"Why you don't eat again?," tanya Michael setelah kembali duduk dari mengambil saus sambal.

"Cause the moneys dying for those albums," jawabku cepat, menyindir.

"No its not, youre ordering before we took the album," Luke setelah itu menyuapkan satu gumpal nasi yang kelihatannya masih panas setelah ia membuka mulutnya dan menghembuskan udara untuk mendinginkan nasi yang terlanjur ada di dalam mulutnya.

"I've told you, Lucas, girls don't eat much, so shut up!". Suara Michael cukup keras untuk ukuran restoran yang masih hanya dihuni orang dalam hitungan dibawah belasan.

Calum masih nontonin tv KFC-sekarang sambil makan, tidak mempedulikan teman-temannya dan aku.

"Don't talk to much cause we got under fifteen minutes before the check in," kataku.

"Have you seen the cover of us?," Michael sengaja bertanya.

Jujur saja, aku sangat suka bagaimana mata Michael akan menyipit karena terkena silauan matahari saat berbicara padaku. Sangat manis.

"For real?," aku memutar-mutar bola mata, muak dengan keidiotan mereka.

Pada akhirnya mereka harus memakan dessert mereka sambil berjalan karena kami dikejar waktu.

"Ganis?!!". Seseorang memanggil ku dari belakang.

Aku yang mendengarnya pun langsung ngerem mendadak. Diikuti keempat bule yang daritadi asoy makan puding dan tidak melihat aku ngerem di depan mereka pun, akhirnya harus menabrak ku. Tabrakan beruntun pun tak terhindari dengan pertumpahan puding dimana-mana.

Ialah Khansa. Teman SMA ku yang memang kini kuliah di Bandung, menghampiri ku dengan keempat bule yang sekarang lagi mungutin puding yang udah pecah-pecah buat dimasukin lagi ke dalem gelas.

Duh, ada-ada aja deh, padahal lagi buru-buru.

"Khansa!!," aku pun memeluk Khansa formalitasisasi.

"Mau kemana kamu? Duh, mainnya sama bule nih sekarang," goda Khansa.

Aku meringis sambil penasaran dengan apa yang Khansa pikirkan saat melihat ada empat bule lagi mungutin puding KFC pada pertemuan pertama. "Ehehe, iya nih".

Michael yang terlebih dahulu menyelesaikan pemungutan pudingnya lalu mengulurkan tangan ke arah Khansa, "hi, my name is Michael, I'm Janice's boyfriend".

Aku membelakakkaan mata.

Eh apanih.

"Woow, nice to meet you, Michael," balas Khansa. Ia memang tak tahu kalau aku mempunyai pacar, jadi ia mungkin percaya saja.

Saat aku akan mengelak, Ashton lalu melakukan hal yang sama, "I'm Ashton, I'm also her boyfriend".

Yaallah, udah pada gila.

Khansa memasang wajah bingung dan mengangguk pelan.

"I'm Calum Thomas Hood, I'm her third boyfriend," Calum mengangguk, meyakinkan Khansa tapi tanpa menjabat tangannya.

"Okay?," khansa tambah bingung.

"Guess you've known it already that I'm Ganis' fourth lover. And plus, we are heading to Bali!," Luke menambahkan dengan senyum di akhir kalimat.

Ini pada ngapain, Ya Allah.

W tau w cantik luar biasa, membuat kalian memperebutkan w, tp ga gini juga.

Khansa menggeleng, "whoa, its a plenty number of Boyfriend, Ganis," ia meringis.

"Ih buka-".

"Do you want some pudding, Khensa?," tanya Calum. "Its hella delicious".

"Oh, no, thank you," Khansa kembali menggeleng, dengan senyum palsu. "Um, Ganis, aku duluan deh ya, soalnya papa ku udah nungguin di mobil, hehe".

Khansa pun pergi dengan kebingungan dan ketakutan luar biasa akan bule-bule psiko ini.

"Khensa, where are you going? Let me feed you, Khensa!" Michael berteriak memanggil Khansa yang diakhiri dengan tawanya dan tiga lainnya.

"What are you guys doing again??," tanya ku kepada mereka bingung.

Mereka bertatapan satu sama lain dengan puding di masing-masing tangan. Dan seketika mereka mengepungku dalam lingkaran kecil dan memelukku dengan tiba-tiba.

"What is this??". Suara ku tertahan karena posisi wajahku di ketek Ashton.

Karena tidak bisa bernapas, aku pun meluncurkan diriku ke bawah, keluar dari pelukan berjamaah itu.

Maap nih.

Bukannya nolak.

Tapi engap banget cuy.

Aku terduduk di bawah, diantara kaki-kaki besar dan jenjang mereka. "Oh my god, what the hell was that?," tanya ku sambil mencoba berdiri, menatap mereka heran.

"Its called, a group hug, twat," Michael menekankan.

"Look, Ganis, we were just being idiots again, right?," Ashton sang juru bicara berkata. "So, we were deciding to hug you for apology everytime we unconsciously being idiots".

Luke mengangguk, setuju pada peryataan sahabatnya.

Aku tersadar seulas senyum mengembang di wajah ku, tapi masih dengan kebingungan. "But you guys did it consciously," elakku.

"That one was counted as a self-defense, cause now we are running out of time," kata Calum sambil berlari.

Benar. Calum benar. Kita sudah terlambat dan aku baru saja menyadarinya.

Luke berjalan cepat di samping ku, memperlihatkan barisan giginya yang seperti biasa ia lakukan saat kami beradu mata dengan awkward.

"You know what? Next time Get me a flashmob for apology, so that would be difficult for you for being idiot again," kata ku pada Luke dan Ashton yang juga di samping ku karena Michael dan Calum sudah cukup jauh di depan kami.

"Its not being idiot, its just a distraction cause just like what Calum said, we are running out of time and we would be late because of your girls chit chat going to be," elak Ashton sekali lagi.

AUSTRALIANS [5SOS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora