27

6.1K 576 23
                                    

Jantung Jeno ingin jatuh rasanya, saat mendengar bahwa kakaknya itu akhirnya membuka matanya setelah tiga minggu lamanya terbaring lemah di ruang ICU. Jeno dan Haechan pun segera mengunjungi Mark, tapi saat mereka sampai di ruangan Mark, Mark tiba tiba panik dan berteriak histeris saat melihat mereka berdua, Mark bahkan sampai kembali pingsan karenanya.

Melihat hal itu, Jeno pun meminta Wendy untuk melihat kondisi Mark, dan apa yang mereka takutkan terjadi, Mark takut dan tidak bisa bertemu dengan Jeno maupun Haechan, karena mereka berdua, mengingatkan Mark akan luka dan pengalaman yang begitu menyakiti hatinya. Haechan mengingatkan Mark akan luka dimana ia terpaksa membunuh anak mereka, dan Jeno membuat Mark merasa bersalah karena telah membunuh ibu Jeno karena kecelakaan itu.

"Ta-tapi i-izin kan aku untuk bertemu dengannya....a-aku hanya ingin meminta maaf..." Ucap Jeno berderai air mata, setidaknya ia harus bersujud dan mencium kaki kakaknya itu sebelum terlambat.

" Tenanglah.... Mark baik baik saja, kondisi tubuhnya semakin hari semakin membaik, hanya saja mentalnya masih terguncang, bagaimana pun saat itu ia ingin mengakhiri hidupnya, dan saat itu juga Mark berusaha setengah mati untuk bertahan hidup demi menyelamatkan putra mu, karena itu membuatnya sedikit trauma.... Tapi perlahan aku yakin Mark pasti bisa bertemu dengan kalian"

Jelas Wendy mencoba untuk menenangkan Jeno dan Haechan.

" Untuk saat ini Mark tidak ingin bertemu dengan siapapun, saat ini ia hanya mau berbicara dengan ku, untuk saat ini biarkan seperti ini, karena jika Mark percaya padaku, aku bisa membujuknya..." Tambahnya lagi

" Ba-baiklah... la-lakukan apapun, a-aku hanya ingin kakakku sembuh...." Ucap Jeno berusaha menahan tangisnya dan Wendy hanya tersenyum tipis.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mark menatap langit biru dari jendela ruangannya, langitnya benar benar cerah, seakan dunia menyambut dirinya dengan baik. Tapi Mark tidak mengerti rasanya benar benar hampa, Mark tidak merasakan apapun, sedih, marah, bahagia, tidak satupun emosi keluar dari dalam dirinya.

Mark tau, sudah dua minggu semenjak ia kembali sadar dan dipindahkan ke ruang inap, Haechan terkadang setiap malam mengunjunginya dan menangis, meminta maaf padanya. Tidak hanya Haechan, Jeno pun terkadang sering mengunjunginya disaat ia berpura-pura tidur, Mark tidak mengerti kenapa Jeno menangis seperti itu. Mark tau mungkin adiknya sadar dan menyesal, mungkin adiknya merasa bersalah, lalu apa? Kenapa Jeno harus meminta maaf? Mark tidak pernah meminta Jeno untuk meminta maaf padanya, Mark juga tidak pernah menyalahkan adiknya itu, bahkan Mark tidak pernah dendam sedikitpun pada adiknya itu. Mark tau selama ini adiknya itu telah jahat padanya, telah melukainya, mengutuknya sejak dulu, tapi sungguh saat ini Mark tidak peduli lagi.

" Kau menatap apa?" Tanya Wendy menyadarkan Mark dari lamunnnya. Mark pun hanya membungkuk pelan menyapa Wendy.

" Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?"

Mark menganggukkan kepalanya

" Dokter bilang, besok gips di kakiku sudah bisa dilepas, tapi aku belum boleh keluar dari tempat tidur"

" Baguslah aku senang mendengarnya...."

Setelah itu tidak ada yang berbicara, Mark kembali menatap langit, sedangkan Wendy membiarkan Mark sejenak kalut dalam pikirannya.

" Mark... boleh aku bertanya?" Mark menganggukkan kepalanya

" Kau marah pada adikmu?" Mark menggelengkan kepalanya

[Complete] Home || MarkhyuckМесто, где живут истории. Откройте их для себя