Kala ~ 9

23 4 1
                                    

Beberapa kali Kala melirik kearah jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 8 lebih 3, seharusnya ia sudah sampai rumah, jika tidak...

Kala menghela napas, ia teringat lagi dengan kalimat Regrian, hukuman itu sudah tidak ada lagi.

Hukuman yang mengharuskan Regrian untuk menorehkan segaris luka baru di punggungnya, hukuman agar ia bisa merasakan penderitaan yang dialami Regrian ketika dipenjara, hukuman agar Kala juga tahu bahwa bekas luka itu karena kesalahannya.

Hukuman itu sudah hampir dua tahun lamanya, dimulai ketika Kala bertemu kembali dengan Regrian.

Kala berjalan pelan, melihat Regrian yang baru melangkah keluar dari pagar besi hitam setinggi 4 meter dengan gulungan kawat besi yang berada dipuncaknya.

Ia tampak ragu, mengingat Regrian tidak pernah ingin melihatnya ketika Kala berinisiatif untuk menjenguk, rahang tirus dengan perawakan jangkung, badan yang tampak lebih kurus, kumis dan jenggot tipis serta rambut gondrong yang diikat kebelakang.

Kala bukannya tidak tahu, pun bukan pertama kali Kala melihat penampilan Regrian yang seperti ini, ia pernah memohon kepada petugas penjara untuk memotret bagaimana keadaan Regrian, dan itu tidak hanya sekali sampai ada petugas baru yang ternyata penggemar film Kala, foto bersamanya membuat permohonan itu terkabul, dan Kala sangat bahagia karenanya.

"Kak Re" Kala tersenyum ketika ia sudah berada didepan Regrian, namun lelaki itu tidak tampak menunjukkan raut bahagia ketika bertemu dengannya, wajar saja, Kala tahu pasti, ia sudah memperkirakannya.

Alih alih membalas perkataan Kala, Regrian melangkah menjauhinya, dan dengan cepat pula Kala meraih jemari Regrian, ia sangat bersyukur Regrian tidak memaksa melepaskannya.

Kala mengambil sebuah kunci di tasnya, dan memberikannya pada Regrian.

"Kak Re bisa tinggal disini kalau mau, itu kunci rumahnya kak Re"

Regrian menatap lama kunci ditelapak tangannya, ia memejamkan kedua mata, menghirup udara baru kemudian menghembuskannya perlahan, ia akhirnya menatap gadis yang dulu pernah menjadi alasan kebahagiannya, menggoda Kala saat itu bukan hanya permainan baginya, ia sungguh menyukai gadis itu, tapi Ayah Kala melihatnya berbeda, ia tidak menyukai Regrian  dan mengancam jika ia masih mendekati Kala, Regrian tidak akan diterima diperguruan tinggi manapun.

"Hanya ini?"

Kala mengerutkan kening, kemudian mengangguk. "Maaf, aku baru bisa kasi ini, aku akan bekerja lebih giat dan memberikan apapun yang kak Re mau"

"Apapun?"

Kala mengangguk pasti. "Apapun" Jawabnya yang membuat Regrian menaikkan satu sudut bibirnya.

"Tunjukkan jalannya" Ucapnya ketika ia sudah duduk di kursi penumpang.

Kala mengangguk lagi, kemudian memasang seatbelt nya, perjalanan yang cukup lama di lalui keduanya tanpa bersuara. Kala yang tidak tahu harus berbicara apa lagi dan Regrian yang tampak tidak ingin berbicara dengannya dan memilih menatap kearah luar jendela.

"Kak Re mau makan apa?" Kala bertanya sambil menutup pintu rumah.

"Kau bilang ingin memberikan apapun padaku"

Regrian yang semula membelakangi Kala sekarang menatap gadis itu, tidak tampak ekspresi apapun dari lelaki yang membuat Kala tersentak dan sedikit takut dengan kalimat yang diucapkan Regrian.

Kala menggenggam erat jemarinya untuk memberikan kekuatan pada dirinya.

Kala kemudian tersenyum. "Tentu, aku akan memberikan apapun"

"Termasuk tubuhmu?"

Kala membulatkan kedua mata, ia menghembuskan napas pelan, ia harus tenang. "K-kk-kka—" Bahkan kata yang keluar tidak bisa menyembunyikan bahwa saat ini Kala sedang ketakutan dengan pertanyaan Regrian.

KALAWhere stories live. Discover now