4. Sandal gue copot

10 0 0
                                    

"Emang ada?" tanya Raina karena merasa tidak percaya bahwa persahabatan itu memiliki sisi keindahan.

"Ada dong." Kean melihat sel daun menggunakan satu matanya dengan bantuan lensa mikroskop. "Semut dan Pohon. 2 mahkluk hidup yang memiliki persahabatan paling indah bahkan bisa mengalahkan indahnya persahabatan manusia."

"Kok bisa?" Alis Raina saling bertaut, pertanda bahwa ia bingung dengan jawaban yang diberikan oleh Kean.

"Lo pernah mengamati keduanya nggak? Semut dan pohon itu memiliki kesamaan dalam hal persahabatan. Sama-sama cari makan dan nggak gampang menyerah meski badai pun mengguncang mereka."

"Semut dan kawannya bergotong-royong mencari makanan, bahkan ketika salah satu dari mereka mati, semut tetap nggak berhenti berusaha untuk mencari sesuatu yang bisa mengisi perut mereka."

"Pohon. Makhluk satu ini benar-benar baik. Akar, batang, daun, dan bunga, mereka saling bergotong-royong demi menghasilkan satu buah untuk manusia. Layaknya manusia, mereka juga bisa masak dan mencari makan sendiri."

"Sama seperti manusia juga, mereka memiliki seseorang untuk mendukung semuanya. Kalau daun yang mati, akar akan berusaha buat cari air disekitar dia lalu menyalurkannya pada batang dan lama-kelamaan batang pun memiliki anak yang bernama dahan, di dahan itulah daun akan tumbuh kembali."

"Terus kalau akar yang mati bukankah mereka juga akan mati?" tanya Raina.

"Ya. Batang, daun, bunga, dan buah, mereka tidak bisa hidup tanpa akar. Sama seperti sebuah rangkaian listrik, kalau rangkaian tersebut seri maka semuanya akan mati bila salah satu mereka tak ada. Namun, apabila dibuat paralel yang mati adalah yang tersambung dengan yang mengalami kerusakan/hilang. Begitu juga dengan pohon, yang akan mati jika hanya memiliki satu akar."

"Memang sih ada beberapa pohon yang memiliki banyak akar, tapi kalau satu pohon memiliki satu akar bagaimana?" pertanyaan itu diajukan oleh Raina, karena ia masih bingung dimana letak keindahan persahabatan yang terjadi pada pohon.

"Itulah yang menjadi PR manusia. Jika sebuah pohon memiliki satu akar, maka mereka bisa membuat beberapa akar di pohon tersebut."

"Dengan cara?" jawaban Kean tergantung atau mungkin Raina yang masih belum menangkap jawaban Kean.

"Metode cangkok. Dengan metode ini, pohon akan mengeluarkan akar lagi, sehingga bila akar yang dibawah tananh mati, maka akar dari hasil cangkok tersebut akan tetap hidup. Sang Kuasa pasti menurunkan hujan bila manusia tak memberi air untuk pohon."

"Hah? Maksudnya?" tanya Raina. Sungguh, ia tak mengerti dengan kalimat terakhir yang dikatakan oleh Kean.

"Mau lihat sel daun?" Kean menaikkan satu alisnya sambil menatap Raina.

"Boleh juga." Raina menghampiri Kean lalu melakukan hal yang sama seperti temannya tadi. "Ternyata gitu ya bentuknya." Senyum Raina mengembang dan itu tak lepas dari pandangan Kean.

Melihat senyuman indah Raina terbit, Kean pun ikut tersenyum. "Boleh bantu gambarin nggak? Badan gue capek banget."

"Okey." Raina melihat ke arah lensa mikroskop, tangannya menggambar pola-pola di atas kertas. Tanpa sepengetahun Raina, Kean mengambil gambar dirinya.

Tak berselang lama setelah ia jadikan swa, seorang temannya bernama Zero berkomentar. Keduanya bertengkar kecil dalam pesan. Kean tersenyum bersuara ketika membayangkan ekspresi kesal Zero.

"Lo kenapa, Ke?" ternyata Raina pun mendengar suara Kean ketika tersenyum tadi.

"Lagi chat ama temen gue." jawab Kean sebenarnya.

"Emang apa yang lo bahas sampai hampir ketawa gitu?" Raina bertanya sambil terus fokus ke arah mikroskop dan alas gambarnya.

"Ada deh. Kepo amat sama topik pembicaraan cowok." Kean menaruh ponselnya kembali ke dalam saku celana. "Udah selesai?"

TAKE MY HANDWhere stories live. Discover now