"Gara, sini Nak." Oma menggerakkan tangannya, memberi isyarat agar Gara mendekatinya.

"Ke Oma dulu Tante," Gara menunduk sedikit, memberikan senyumnya sebelum melangkah mendekati Oma.

Mencium tangan Oma, Gara mendapat elusan lembut di kepalanya. Ia juga meletakkan barang bawaannya di nakas dekat ranjang Oma.

"Gimana Oma, mulai baikan?" Tanya Gara pelan, ia menggenggam tangan Oma yang semula meraih tangannya.

"Alhamdulillah, sudah mulai bisa di bawa jalan." Oma ingin sedikit menyandarkan tubuhnya, yang dengan sigap segera Gara bantu.

"Oma harus banyak-banyak istirahat, jangan banyak pikiran. Gara juga bawain buah sama sayur yang bagus untuk kesehatan Oma."

Oma tersenyum, "makasih Oma sudah di jengukin dan dibawain segala macamnya. Maaf ya, kalau akhir-akhir ini Syila ngerepotin kamu."

Gara tersenyum, ia berjongkok di hadapan Oma dan mengelus tangan keriput itu.

"Gara suka di repotin cucu Oma, jadi nggak papa."

Syila dan Rindu yang melihat interaksi itu saling tatap. Rindu dengan segera menghampiri putrinya yang masih terdiam.

"Pacar Syila?" Tanya Rindu sekali lagi.

Syila mengangguk, "iya Ma."

"Kok bisa udah sedekat itu sama Oma?" Rindu kembali bertanya, ada banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya yang ingin ia tanyakan pada putrinya.

Syila mengerjap, ia memperhatikan interaksi Oma dan juga Gara yang begitu akrab. Pacarnya itu berkepribadian dua atau bagaimana, pintar sekali bersikap di hadapan Mama dan juga Omanya. Banyak bicara, padahal saat bersamanya saja pelit sekali mengeluarkan kata dan berekspresi seperti itu.

"Soalnya pacarannya gara-gara Oma." Jawab Syila lugu, yang malah membuat pertanyaan di kepala Rindu makin menumpuk.

-o0o-

Percaya atau tidak, saat ini Syila tengah memijati Gara di sofa ruang tengah rumah Oma? Harus percaya, karena itulah yang saat ini terjadi.

Jika ditanya bagaimana bisa terjadi, atau apakah Mama Syila memperbolehkan anaknya pacaran dengan bebas di rumah. Maka jawabannya hanya satu, Mama Syila pergi, wanita yang selama ini sudah membesarkan Syila itu mendapat panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskannya pergi saat itu juga.

Maka dari itu, Gara memutuskan untuk tetap tinggal sampai nanti Omnya Syila pulang. Cowok itu bahkan sudah mandi, sudah mengenakan pakaiannya sendiri yang tadi di antarkan oleh supir keluarga Pratama.

"Kerasa nggak Kak aku mijatnya?" Tanya Syila dari balik punggung Gara, ia sudah mengerahkan tenaganya, bahkan jari-jarinya rasanya akan lepas saat menekan bahu Gara. Jika masih tak berasa juga, maka ini bukan lagi salahnya, melainkan salah daging Gara yang begitu alot.

"He'em." Gara begitu menikmati, matanya terpejam nyaman saat jari-jari lentik dan kecil Syila memijat bahunya.

Posisi mereka saat ini, Syila tengah duduk di sofa, sementara Gara duduk di lantai tepat di bawah Syila.

"Bahu kanan Yang."

Syila berhenti memijat Gara, kalimat cowok itu membuat Syila mengerjapkan matanya berulangkali dan menggosok telinganya takut salah dengar.

"Yang?" Ulang Syila, ia menatap rambut hitam legam Gara yang begitu tebal dengan bingung.

Gara mendongakkan kepalanya, membuat kepalanya jatuh tepat di kaki Syila yang tengah duduk dengan menyilangkan kakinya.

Mereka berdua saling tatap, membuat Syila tambah gugup saja hingga pipinya bersemu merah. Sungguh, mendapati tatapan dalam Gara seperti ini adalah hal yang sangat mendebarkan setiap saatnya.

"Kan udah dapat izin, nggak suka gue panggil sayang?" Tanya Gara, ia menatap tepat pada manik mata Syila yang jernih.

Syila gelagapan, ia mati kutu karena merasakan perutnya di aduk yang bukannya membuat mual, malah membuat Syila rasanya ingin terbang karena efek tersebut memicu kerja jantungnya makin cepat.

"Kak Gara, apa sih?" Syila memalingkan wajah, pura-pura tak paham padahal aslinya tengah menahan diri untuk tidak loncat-loncat di atas sofa. Malu, dirinya malu.

Gara menarik kepalanya pada posisi semula, ia berbalik, meletakkan kedua tangannya di masing-masing kaki Syila untuk menyangga kepalanya.

"Nggak suka?" Tanya cowok itu dengan posisi yang begitu dekat dengan Syila, membuat cewek yang sibuk mengendalikan diri dan perasaannya itu malah di buat makin jumpalitan tak karuan.

Apa Gara tak sadar, suaranya yang begitu lembut serta tatapannya yang begitu dalam itu benar-benar menghanyutkan? Belum lagi wajah tampan itu benar-benar terpahat sempurna, Syila rasanya mau pingsan saja.

Syila diam-diam melirik Gara meski sesekali mengalihkan tatapannya, cewek dengan piama bergambar bintang itu mencicit kecil. "Suka." Ungkapnya malu.

Gara gemas, apalagi ketika melihat wajah memrah Syila yang bersemu merah itu. Jarang sekali ia melihat pacar cantiknya seperti itu. Biasanya selalu berani dan cerewet, tapi kali ini lihatlah, begitu imut.

Sedikit mengontrol dirinya, Gara meraih dagu Syila, membawa pacarnya itu agar mau menatapnya. "Hm? Apa sayang? Gue nggak denger." Gara sengaja menggoda, ia begitu senang melihat rona merah itu bahkan sampai ke leher Syila.

Syila mencebik, "Kak Gara..." Keluhnya kepalang malu, ia ambil bantal yang tergeletak di sampingnya dan menutupi wajahnya.

Gara terkekeh, suaranya terdengar begitu merdu di telinga Syila.

Masih belum puas, Gara dengan mudahnya merebut bantal sofa yang menutupi wajah Syila. Cowok itu dengan beraninya melingkarkan tangannya di seputaran pinggang Syila, padahal, mereka saat ini tengah berada di rumah Oma Syila.

"Coba ulang, suka nggak gue panggil sayang?" Raut menggoda itu, membuat Syila memukuli bahu Gara saking kesalnya terus di jahili. Tak tahu apa cowok itu bahwa ia hampir gila karena godaannya.

"Aws, sakit Yang." Gara mengeluh, tapi tak ayal ia juga tertawa.

Syila kesal, ia gigit bahu cowok itu yang malah makin membuat ringisan Gara tambah kuat.

"Ngeselin! Gue bilang suka juga, masih aja di godain." Syila menggerutu, membuat tawa Gara makin jadi meski harus menahan sakit di bahunya.

Meredakan tawanya, Gara mengelus pipi Syila yang terlihat lucu saat cewek itu merengut.

"Jangan gemes-gemes, gue nahan diri banget buat nggak bawa Lo pulang, ngerti?" Ungkap cowok itu apa adanya, yang untuk kesekian kalinya membuat semu merah di pipi Syila makin menjadi.

TBC

Gara My BoyfieWhere stories live. Discover now