19

7K 463 8
                                    

"Jo, saya tau kamu sangat mencintai pekerjaan serta perusahaan ini, saya juga tau kamu selalu memberikan yang terbaik,—"

"—tapi maaf, karna mengalami kerugian kami memutuskan untuk melakukan PHK ke beberapa karyawan dan kamu salah satunya, ini adalah keputusan resmi dan tidak bisa di ganggu gugat, saya minta maaf Jo." Ucap Andhika panjang lebar yang membuat Jordan melongo, dirinya baru saja sampai lalu mendapatkan kabar seperti ini? Rasanya sekarang ia ingin mengubur dirinya hidup-hidup.

Jordan berjalan keluar dari ruangan Andhika sambil menunduk, menatap sedih sepatu nya.

Dirinya masuk ke dalam ruangannya, membersihkan beberapa barang-barang karna besok adalah hari terakhir nya untuk bekerja di kantor ini, padahal bekerja menjadi seorang fotografer adalah impiannya.

Pria itu menghela nafas pelan, mulai membersihkan ruangannya, kemudian mengambil kamera yang selalu ia gunakan, kamera yang selalu ada di sampingnya.

'J & V'

"Halo dik? Gimana?." Tanya Venya kearah Andhika yang berada di sebrang sana.

'Aman-aman, udah sesuai sama yang lo mau.' Jawab Andhika santai, pria itu seperti nya sedang menyesap rokok.

Iya, pemecatan Jordan adalah rencana yang sudah dibuat oleh Venya dan dijalankan oleh Andhika.

"Sip, makasih." Ucap Venya kemudian mematikan sambungan telepon mereka berdua.

Tangannya bergerak mengirimkan pesan ke suaminya hanya untuk menanyakan kabar, wanita itu terkekeh saat melihat Jordan mengirimkan foto wajahnya yang sedang menangis.

"Lucu nya." Gemas Venya saat melihat foto milik Jordan dengan pipi basah dan hidup memerah serta mata berair.

'jordan & venya'

"Kenapa?." Tanya Venya saat membuka pintu rumahnya dan menemukan Jordan dengan wajah sedih duduk sendiri di sofa ruang tamu.

"Dipecat, uhm hiks."

Venya terkejut saat melihat Jordan menangis, wanita itu memeluk tubuh suaminya yang bergetar karena tangis.

"Kok bisa? Jangan nangis dong." Ucap Venya, wanita itu pura-pura tidak tahu akan alasan pemecatan jordan terjadi.

"Engga tau, perusahaan Andhika bangkrut." Jawab Jordan, Venya terkekeh pelan melihat Jordan yang nampak menyedihkan karna di pecat.

"Jangan sedih, kan bagus dong kalo lo dipecat. Si bayi jadi bisa ikut istirahat." Ucap Venya sambil mengelus perut rata milik Jordan.

Betul!!, Jordan sedang hamil muda. Mana mungkin Venya membiarkan pria itu bekerja diusia kandungan yang sangat renta?. Tapi Jordan tetaplah Jordan, pria itu sangat keras kepala hingga akhirnya Venya menggunakan cara seperti ini.

"Tapi—ugh." Jordan tidak sanggup melanjutkan perkataannya, pria itu malah menangis lagi.

"Iya-iya, cup-cup udah ya? Jangan nangis."

Venya memeluk lagi tubuh Jordan yang terlihat rapuh karena di pecat, tangan wanita itu bergerak mengelus rambut suaminya yang sangat halus.

"Mandi ya?." Tawar Venya yang membuat Jordan mengangguk, pria itu harus mandi karna tubuhnya berkeringat.

"Mau makan apa?."

Lagi-lagi Venya bertanya saat sedang berjalan ke kamar karna kehamilan Jordan, Venya memutuskan untuk menjadikan kamar yang berada di lantai dasar sebagai kamar utama.

Wanita itu takut Jordan kelelahan jika harus naik turun tangga. Maklum, baru anak pertama.

"Ngga mau apa apa, mual." Ucap Jordan sambil menggelengkan kepalanya.

Venya menghela nafas pelan, sudah sejak satu minggu lalu Jordan selalu memuntahkan makanan nya dan selalu kehilangan selera makan padahal kan pria itu sedang hamil.

"Gw pesen nasi goreng aja mau ga?." Tanya Venya yang kali ini membuat Jordan langsung menoleh kearah istrinya dengan tatapan berbinar tiba-tiba dirinya membayangkan betapa lezatnya makanan itu.

"Mau, mau, mau!." jawab Jordan yang membuat Venya terkekeh kemudian mengecup kening pria itu.

"Oke."

tbc, pendek dulu yh. Mager coy.

make a baby || a femdom story [✓]Where stories live. Discover now