Kapan kamu akan move on?

955 96 1
                                    

Waktu dengan cepat berlalu, dan saat ini Wonwoo sudah memasuki bulan kelimanya. Untuk bergerak dan melakukan beberapa aktivitas sehari hari saja mulai terasa sulit untuk Wonwoo dengan perutnya yang semakin membesar. Dia tidak selincah dulu lagi dan dia sama sekali tidak menikmatinya.

Punggungnya pun belakangan ini sering diserang rasa sakit dan pegal, ditambah lagi dengan rasa mual setiap pagi hari, itu semua tidak membuatnya lebih mudah menjalani sehariannya sebagai orang hamil. Wonwoo menghela nafas lelah dan meletakkan buku nama-nama bayi yang sedang dibacanya tadi sambil duduk bersandar di kasurnya. Bahkan bersandar pada bantal empuk tidak membuat punggungnya merasa enakan.

Wonwoo menghela nafas kedua kalinya bertepatan dengan masuknya Joshua ke dalam kamar, membawa nampan berisi secangkir teh chamomile hangat dan semangkuk bubur labu yang disiram saus apel dan selai kacang (ya, terdengar aneh memang, tapi mau bagaimana lagi, makanan aneh itulah yang Wonwoo idamkan belakangan ini).

"Kenapa menghela nafas seberat itu?Masih memikirkan kata-kata ayahmu?"

"Tidak... dan Ya...?"

"Jawaban macam apa itu?" Joshua tertawa kecil sambil meletakkan nampan di lemari samping tempat tidur Wonwoo, memberikan tehnya pada pemuda yang sedang hamil itu yang dengan senang hati menerima dan meminumnya.

"Aku sedang memikirkan apa yang harus kulakukan untuk mengusir rasa sakit sialan ini-"

"Jeon Wonwoo, bukankan sudah kukatakan kalau mengumpat tidak baik untuk bayimu?"

Wonwoo menyeringai seperti anak kecil yang ketahuan makan permen tanpa sepengetahuan orang tuanya. Joshua benar-benar melakukan perintah ibu Wonwoo dengan baik; mengawasi putranya agar tidak menonton film horor atau hal hal buruk lainnya, dan melarangnya mengumpat karena itu tidak baik untuk bayinya.

Ohya... ibu Wonwoo sama sekali tidak menentang ide putranya untuk mempertahankan bayi Mingyu dan keputusannya untuk tinggal bersama Joshua. Dan Wonwoo sangat bersyukur memiliki ibu yang mendukungnya di saat sulit seperti ini.

"Keceplosan~" Wonwoo terkikik pelan. "Aku hanya sibuk memikirkan tentang apa yang harus kulakukan untuk mengusir rasa sakit di punggungku ini... Tapi... Aku juga tidak bisa mengeluarkan kata-kata ayahku dari kepalaku..." Senyum di wajahnya goyah dan ia menatap perutnya yang membulat, mengusapnya dengan lembut. "Aku tidak percaya ayahku benar-benar berpikir untuk melepaskan bayiku dengan cara mencari keluarga baru untuk meng-adopsi-nya."

"Yah... sesungguhnya aku tidak kaget saat dia membuat keputusan itu, mengingat dia tidak pernah menyukai Mingyu sejak awal, dan sekarang kamu malah mengandung anaknya." Joshua duduk di sebelah Wonwoo. Dia segera memikirkan sesuatu untuk menghibur Wonwoo saat pemuda hamil itu terlihat begitu kesal. "Seandainya saja wajahku cukup menakutkan saat aku marah dan tubuhku cukup kekar, pasti aku sudah mengancam ayahmu untuk membuatnya takut dan berubah pikiran."

Wonwoo hampir tersedak oleh tehnya saat melihat Joshua yang tiba-tiba berusaha keras membuat wajah marah dengan mata melotot tajam namun itu malah membuatnya terlihat lucu. "Hentikan, kak! Wajah seperti itu tidak cocok untukmu, kau terlihat sangat konyol!" Tawa Wonwoo sambil menepuk lengan Joshua dengan pelan.

Joshua berpura-pura sedih karena gagal seram, tapi di dalam hatinya, dia lega karena berhasil membuat Wonwoo tersenyum lagi. Mata Joshua pun terarah ke buku berisi nama-nama bayi yang tergeletak di samping Wonwoo.

"Apa kau sudah memilih nama untik bayimu?"

"Belum... Memilih nama itu sangat sulit." Wonwoo menggeleng pelan dan manyun. Dia melirik ke arah mangkuk bubur karena mulai lapar dan Joshua yang peka langsung segera mengambilkannya untuk Wonwoo.

A Constant Reminder [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]Where stories live. Discover now