CHAPTER 32

2.4K 261 3
                                    

"Waktu habis, gadis-gadis," ucap lisa dan memberi isyarat agar si kembar datang kepadanya.

"Kita akan pergi ke mal sekarang, Dada?" tanya Luna.

"Ya, kita akan membelikan hadiah untuk nenek," jawab Lisa.

"Kalian ke sini dulu, biar aku lap keringatmu," kata Jennie sambil mengeluarkan handuk dari tas. Si kembar kemudian mendatanginya. Jennie mulai menyeka wajah, punggung, dan dada mereka. Jennie tidak ingin mereka sakit karena keringat. Setelah itu, jennie kembali membubuhkan bedak di punggung mereka dan menyemprotkan baby cologne ke baju mereka.

Lisa hanya memperhatikan mereka sepanjang waktu, masih merasa semuanya tidak nyata. Melihat Jennie merawat anak-anak mereka mungkin adalah adegan terbaik yang pernah dilihatnya sejauh ini. Itu melelehkan hatinya.

"Lili, tunggu apa lagi? Kemarilah," Ujar jennje, memberi isyarat agar Lisa datang kepadanya juga.

Lisa mengerutkan dahinya dan bertanya, "Aku? Kenapa?"

"Bodoh, biarkan aku menyeka keringatmu juga. Punggungmu sudah basah kuyup. Mungkin membuatmu sakit," jelas Jennie sambil mengambil handuk lain.

"Yah, aku ingin diurus olehmu jadi ..." Ujar lisa dan segera pergi ke depan Jennie. Kemudian jennie mulai menepuk handuk di punggungnya, tepat di dalam bajunya.

Yah, punggungnya memang basah oleh keringatnya sendiri. Itu sangat berharga karena lisa tidak hanya bersenang-senang tetapi lisa juga membuat jennie merawatnya. Bukankah itu luar biasa?

"Akhirnya, akhirnya, akhirnya..." kata Aelia tiba-tiba sambil bertepuk tangan kecilnya.

"Akhirnya apa, sayang?" tanya Jennie dengan manis.

Kemudian bayi itu menjawab, "Akhirnya, ada yang merawat Dada."

"Benar, benar, Dada selalu menjaga kami selain aunty Irene, aunty Jiwoo, dan aunty Heejin. tidak ada yang merawat dada. Sekarang, kami harus melakukannya tetapi jangan khawatir mom, dada akan menjagamu juga," kata Luna dan mengedipkan mata pada ibunya. Jennie hanya bisa menyeringai dan dia bertukar pandang dengan Lisa.

"Dada tidak mengurus dirinya sendiri saat mommy belum ada?" tanya Jennie.

"Sedikit. Kadang dada tidak makan karena sibuk di laptop Terus-terusan kadang ketiduran sambil nulis di kertas," kata Aelia cemberut. Jennie tiba-tiba merasa tidak enak pada Lisa. Dia pasti telah bekerja sangat keras beberapa tahun terakhir ini.

"Hei, itu tidak baik untuk kesehatanmu," kata Jennie dan memarahi Lisa sambil meletakkan tangannya di pinggang.

"Kau tahu aku hanya bekerja keras untuk masa depan kita," Ujar Lisa beralasan.

"Tapi kau masih harus menjaga kesehatanmu. Apa gunanya jutaan dan miliaran dolar jika kamu menghancurkan dirimu sendiri dalam prosesnya? Kadang-kadang kamu harus tahu cara istirahat."

"Oke, bos," Lisa mengedipkan mata pada Jennie.

"Ayo pergi!" Seru Luna dan mereka menuju ke luar dan berjalan menuju mobil mereka. Lisa membuka pintu untuk gadis-gadisnya. Kemudian membantu mereka duduk di kursi mobil sekali lagi. Kemudian,  membantu Jennie naik ke mobil sebelum dia pergi ke kursi pengemudi dan pergi.

Seluruh perjalanan menuju mal tidak pernah membosankan. Kedua gadis kecil itu tidak kehabisan cerita untuk diceritakan dan pertanyaan untuk ditanyakan. Jennie dan Lisa tidak mengeluh. Faktanya, mereka menyukai bagaimana mereka begitu cerewet dan terbuka untuk mereka. Jennie mulai bertanya-tanya apakah mereka akan seperti itu sampai mereka tumbuh menjadi wanita muda yang cantik.

"Love, apa menurutmu mereka akan tetap seperti ini saat dewasa nanti?" Jennie bertanya tiba-tiba.

Lisa meliriknya sebelum bertanya, "Apa maksudmu?"

HOW TO BE A DADDY | JENLISA ADAPTATIONWhere stories live. Discover now