EPISODE 6 Kuil Suci

5 0 0
                                    

"Hati nurani seseorang adalah satu-satunya pengadilannya; dan dia seharusnya tidak peduli lagi pada 'pendapat' hantu itu daripada dia harus takut bertemu hantu jika dia melintasi halaman gereja saat senja." — EDWARD BULWER LYTTON

***Keesokan harinya***

***Di Kediaman Hortensia***

Irene, Noel, dan Ancia terlebih dahulu sarapan bersama duke Ruslan dan duchess Juju. Irene pertama kali mau sarapan bersama setelah ia hanya terkurung di dalam kamar tidurnya sendiri gara-gara perlakuan keras dari orang tua sebelumnya. Sarapan hari ini adalah ban mian, yaitu semacam mie Tiongkok yang sangat terkenal di dataran daerah timur.

"Irene, apakah kamu lebih nyaman di sini atau di sana sebelumnya?" tanya duchess Juju penasaran.

"A—a—aku baik-baik saja, Yang Mulia." Irene terbata-bata menjawabnya.

"Irene, kamu mulai sekarang panggil ibu dan ayah saja karena kamu sudah resmi menjadi anggota keluarga." Duchess Juju mengelus rambut Irene dengan lembut.

"Baiklah, Bu." Irene mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Oh, ya. Ancia, benarkah kamu katanya mau ikut bersama Noel dan Irene ke sana?" Duke Ruslan melirik Ancia yang sedang menyeruput ban mian.

"Benar, ayah." Ancia mengangguk pelan sambil menyeruput ban mian. "Aku bahkan ingin mencari sesuatu di sana terkait kasus kemarin."

"Kasus kemarin? Apa jangan-jangan ini berkaitan dengan kekuatanku sebelumnya?" gumam Irene penuh bingung hingga tangannya sempat berhenti mengambil seuntai ban mian.

"Ya, sudahlah. Kalian lebih baik melanjutkan sarapan. Saya mau mempersiapkan dokumen penting untuk dibawa ke kerajaan Orchidee," ujar duke Ruslan mengalihkan pembicaraan.

"Dokumen penting apa, ayah?" tanya Irene penasaran.

"Maaf, Irene. Ini soal yang sangat sensitif," jawab duchess Juju sambil menangkupkan kedua tangan Irene. "Jadi, kamu lebih baik menghiraukan saja daripada penasaran lagi. Suatu saat nanti, kamu akan mengetahui jawabannya."

"Baiklah, Bu." Irene hanya mengangguk pelan, lalu ia bertanya, "Tapi, bagaimana dengan kalian? Apa kalian tidak punya kereta kuda lagi?"

"Jangan khawatir, Irene! Kereta kuda kita masih banyak," jawab duke Ruslan mudah. "Jadi, kamu tidak perlu khawatir lagi."

Irene hanya mengangguk pelan sehingga mereka melanjutkan makan hingga habis. Setelah acara sarapan bersama selesai, Ancia, Noel, dan Irene bersiap-siap berangkat menuju kuil suci Hondroos yang berbatasan langsung dengan kediaman Sleutelbloem. Irene tidak lupa mencium kening duke Ruslan dan duchess Juju berurutan.

"Jaga dirimu baik-baik saja di sana, Irene!" Duchess Juju mencium kening Irene.

"Baiklah, Bu." Irene hanya mengangguk pelan.

"Irene, kita berangkat dulu sebelum matahari terik." Noel mengulurkan tangannya pada Irene.

Irene hanya mengangguk pelan sambil menerima uluran tangan Noel sehingga ia menaiki anak tangga kereta kuda perlahan, lalu Noel langsung naik ke depan kusir kereta kuda. Kereta kuda pun berjalan meninggalkan duke Ruslan dan duchess Juju yang hanya melambaikan tangan. Perjalanan dari kediaman Hortensia menuju kuil suci Hondroos selama dua jam kalau mereka naik kereta kuda.

***Di Kuil Suci Hondroos***

Sesampai di kuil suci Hondroos, Noel membantu Irene turun perlahan dari kereta kuda dengan mengulurkan tangannya pada Irene. Bersamaan dengan itu, sebuah kereta berlambang bunga tulip putih di tengah pedang bersilang. Mereka pun penasaran siapa yang tiba-tiba datang ke kuil suci Hondroos. Pintu kereta kuda pun terbuka dan muncullah ratu Penelope yang datang bersama Sofia dan Nadja. Irene sangat terkejut bahwa ia pernah bertemu dengan ratu Penelope terakhir kali di kerajaan Orchidee sebelum ia tewas pada kehidupan pertama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Abandoned PrincessWhere stories live. Discover now