BAGIAN 2 (Saudara Kembar)

71 36 42
                                    

Ayesha sibuk berkutat dengan kesibukannya di dapur. Gadis itu tengah membuat adonan kue kering. Sepulang sekolah tadi, dirinya langsung pergi menuju dapur untuk membuat kue kering tersebut. Rencananya ia akan memberikannya sebagian kepada Alia besok disekolah, yaa hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih gadis itu karena telah memberinya oleh-oleh. Mahal lagi.

'Sepertinya toping coklat akan lebih bagus, Alia pasti akan menyukai nya.' Ucapnya sambil memegang dagunya sendiri.

Tampak apron yang dipakainya sudah kotor oleh tepung yang menempel dimana-mana. Bahkan sampai ke wajahnya.

"Sha? Ayah pulang."

Dapat Ayesha dengar samar-samar suara Ayahnya yang baru saja memasuki pintu depan.

Wijaya merasakan bau harum yang memasuki indra penciumannya, segera ia bergegas menuju dapur.

"Wah, lagi bikin apa anak Ayah? Wanginya sampe depan," kagum Wijaya menatap Ayesha yang tersenyum tipis lalu segera menuju westapel dan mencuci tangannya.

"Aku sedang membuat kue kering untuk temanku. Akan aku berikan sebagian untuk Ayah," jawab Ayesha setelah bersalaman dengan ayahnya.

"Kayaknya enak, pinter banget bikin kue nya ya," Wijaya memuji Ayesha yang hanya menampilkan deretan gigi nya.

"Tapi Ayah, aku hanya menggunakan toping coklat, apa ini terlihat menarik? Apa temanku akan menyukainya?" Tanya Ayesha menampilkan kue kering nya di atas nampan.

"Bagus. Kamu pintar menata toping coklat itu. Teman mu pasti suka." Wijaya menepuk pucuk kepala gadis itu.

"Terimakasih Ayah,"

"Ayah mau bersihin badan dulu, bau nih abis dari sawah. Nanti kalau sudah selesai, jangan lupa di bereskan, ya," Wijaya pamit setelah Ayesha menganggukkan kepalanya.

Ayesha memindahkan kue kering tersebut pada satu wadah untuk diberikannya pada Alia besok. Ayesha tersenyum.

"Semoga dia menyukainya."


***



Malam hari yang agak mendung. Seorang pemuda dengan punggung tegap itu nampak sedang melamun di balkon kamarnya. Minimnya penerangan disana hanya di sinari oleh cahaya bulan dan bintang yang bertebaran.

Tok... Tok... Tok...!!

Pemuda itu Arfan, ia menoleh kebelakang, terlihat seorang wanita yang berdiri disana, mengetuk pintu balkon yang terbuat dari kaca besar itu.

Mengenyampingkan semua pikirannya yang bercabang, dengan langkah gusar Arfan berjalan menghampiri bundanya yang juga datang bersama Ardan, kembarannya.

Tumben sekali, pikir Arfan. Biasanya kembarannya itu jarang sekali bahkan bisa dibilang tidak mau memasuki kamarnya.

"Apa Bun?" Tanya Arfan langsung sambil melirik Ardan yang terlihat datang dengan wajah kusut.

Liana tersenyum, "Ini, Bunda mau minta tolong sama Arfan, boleh 'kan?" Suara lembut bundanya membuat Arfan tidak bisa menolak, lantas ia menganggukkan kepalanya.

Walaupun dalam hati, perasaannya sudah tidak enak.

"Bunda mau, kalian sama-sama akur ya. Jangan saling berantem kayak kemarin-kemarin," ucap Liana sambil menatap kedua putra kembarnya.

Unspoken Love (Ayesha Gabriella)Where stories live. Discover now