BAB. 02.

55 3 0
                                    

Serial
JAKA LELANA
Pendekar pedang bayangan
( MUSTIKA RATU GENI )
Karya
Lisana Ulfa

  Senja mulai menggelincir ke arah barat, sang surya yang tadinya terang benderang kini sinarnya mulai tampak berubah memerah, satwa satwa liar yang menjadi penghuni gunung pun mulai beranjak dan mencari tempat yang biasanya jadi tempatnya bermalam.

  Sementara di bagian sebelah timur gunung agung yang tampak  menjulang tinggi ke angkasa, tampak lapang dan di sinilah sebenarnya terdapat puncak yang tertinggi dari bagian gunung tersebut.
  Siapa pun orang yang berada di tempat ini, akan mudah melihat apa saja yang ada di bawah gunung dengan jelas.
  Dan munculnya bulan purnama ke lima belas, akan sangat mudah di ketahui dari tempat ini.

  Dari sini pula, orang bisa melihat cahaya lampu kecil yang di nyalakan oleh warga kampung welirang aji, yang dua hari lalu sempat di singgahi Dewi angin merak biru dan ki sapu jagat.

No.  09.

  Satu lagi satu malam ki sapu jagat mencari Dewi angin merak biru di sekitar gunung agung.
  Dari lereng gunung hingga sampai ke puncaknya, si nenek belum juga di temukan, sosoknya seperti hilang di lebatnya pepohonan yang menjadi gunung itu.
  Setelah lelah mencari, namun tidak kunjung bertemu, dan merasa waktu untuk mencari sudah tidak memungkinkan lagi, karena hari sudah menjelang petang, malam ini lah, purnama ke lima belas dan bertepatan di bulan suro.
  Firasat si kakek mengatakan, malam ini akan terjadi sebuah keajaiban.

  Ki Sapu Jagat, kemudian memilih untuk istirahat dan memulihkan diri terlebih dahulu.
  Setelah mecari cari kian kemari, kedua matanya tertuju pada sebatang pohon mangga hutan berbatang besar dan berdaun sangat rimbun.
  Pendekar tua ini pun melompat ke atas pohon, ia memilih dahan yang tertinggi, dan dari sinilah dia bisa terus melihat dasar kawah gunung agung yang terus menerus mengepulkan asap panas dari dasar kawah.
 
  "Apa lagi yang harus ku lakukan..?" ucap ki sapu jagat di dalam hati.
  "Gusti..!"
  "Penguasa jagat raya.."
  "Mudah mudahan, engkau berkenan memberi petunjuk.." doa ki sapu jagat, masih di dalam hati.

No.  10.

  Lama sekali kakek sakti guru pendekar pedang bayangan ini duduk bersila di cabang pohon mangga hutan yang paling tinggi itu.
  Ia mulai memejamkan kedua matanya, karena larut dalam pikiran, bagaimana caranya mendapatkan cincin mustika itu,  kakek itu tidak menyadari kalau ada sosok nenek berjubah biru dengan rambut putih yang di Gelung dan di hiasi sebuah tusuk konde perak bergambar burung merak juga bersembunyi di dahan pohon yang sama, tepat di bawah si kakek.

  Mata Ki Sapu Jagat yang terpejam rapat, bibirnya selalu bergerak, walau hanya di dalam hati ia selalu menyebut nama yang maha kuasa.
  Pikirannya yang semakin bingung, membuatnya jadi kosong dan hanya memasrahkan diri segalanya pada sang maha pencipta.
  Tanpa dia sadari, hal ini juga lah yang membuat dirinya larut ke dalam alam yang tak kasat mata.
 
  Pada alam bawah sadarnya, ki sapu jagat terperosok ke dalam kawah  yang sangat panas, dari ujung rambut hingga ujung kakinya sudah di basahi oleh keringat, badan si kakek terlihat bergetar, hawa panas yang luar biasa itu membuat seluruh tubuhnya leleh aliran darahnya memanas, bahkan tulang belulangnya terasa hancur lebur dan melesat ke mana mana akibat lahar panas yang membakar dirinya, namun dari bibir si kakek tiada putus putusnya menyebut asma zat yang maha kuasa.

No.  11.

  Tiba-tiba, asap putih tebal muncul di hadapannya, pandangan matanya terasa gelap, bersama muncul asap itu, muncul pula harum bunga kenanga yang menyeruak, mengisi seluruh pernafasan ki sapu jagat .
  Kemudian guru pendekar pedang bayangan ini ingat aroma ini,

MUSTIKA RATU GENI,  Serial Pendekar Pedang Bayangan, JAKA LELANA Where stories live. Discover now