01. Break up

529 26 0
                                    

❤️
Enjoy💘













"Kita putus aja ya" kataku sambil tersenyum tipis, melepaskan tangan Jeno lalu masuk ke kelas.

Tidak mungkin bisa aku menahan air mataku, aku merosot ke lantai dan menangis dalam diam. untung saja tidak banyak murid di dalam kelas, dan juga kebanyakan dari mereka adalah tipe2 anak yang tidak peduli.

Jeno yang mendengar ucapanku barusan pun shock luar biasa dan tidak berkutik, dengan mata melotot tidak percaya.

"Padahal niatnya buat ngerjain aja..." gumam Jeno pelan.

Aku menangis tanpa suara, aku sakit hati. Bukankah itu bodoh aku yang sakit hati setelah memutuskan orang.

Aku ingin membereskan mukaku. Kelas dimulai sebentar lagi dan penampilanku sudah kacau dari pagi. Aku bergegas keluar tanpa peduli pandangan orang lain, dan jalan ke arah toilet.

Menyusuri lorong yang mulai sepi, aku mengusap mukaku dan menahan air mata yang ingin keluar kembali. Aku ingin terlihat seperti baik2 saja, jelas tidak mungkin aku menunjukkan muka kacauku ke siapapun. Pasti nanti ditanya terus.

"Surprise!" Aku kaget saat terdapat tepung yang bertebaran seperti salju, dan teman2ku yang keluar memberikan selamat dan kue ulang tahun. Hari ini ulang tahunku? Aku saja tidak sadar.

"Happy birthday Ivy! Happy birthday Ivy!" Teman2ku– maksudku Karina, Winter, Giselle, Ningning, menyanyikan lagu ulangtahun dengan menepuk tangan mereka pelan. Aku jelas kaget, namun akupun tidak bisa tersenyum sekarang.

Tapi karena ini mereka, aku memaksakan senyum dan berterimakasih pada mereka. Sebenarnya aku senang, tapi karena kondisiku yang sedang seperti ini, acara kejutan ini menjadi biasa saja.

"Thankyou guys" kataku sambil memaksakan senyum kembali. "Okey waktunya serang Ivy!" Kata Ningning sambil kembali melemparkan tepung ke udara. Sebenarnya mereka meletakkan tepung di botol plastik yang tutupnya dilubangi, sehingga tepung keluar seperti asap dan salju. Aku tidak tahu siapa yang buat, tetapi itu cukup kreatif.

"Heh kalian, ngapain itu mainan tepung? Sudah mau masuk kelas, jangan kotorin area sekolah!" Ups, kita ditegur oleh guru bahasa, ms.Wendy. Well memang dia terkenal strict dan cerewet, namun sifat aslinya ramah dan ceria.

Akupun tidak jadi pergi ke toilet dan di geret Rinjelwinning masuk ke dalam kelas, karena 1 menit lagi kelas akan di mulai.

Semasuknya aku ke kelas, aku tidak menatap siapapun dan berjalan ke tempat dudukku. Ya, aku tidak sekelas dengan Rinjelwinning, satu pun.

Aku kaget. Jeno terlihat seperti, depresi? Ia menidurkan kepalanya di meja dengan tangan kiri menopang kepalanya dan tangan kanan dijulurkan. Aku diam. Aku tidak tahu bahwa Jeno akan seperti ini. Ah iya, aku baru bilang jika Jeno sekelas denganku. Even aku tidak sekelas dengan Rinjelwinning, aku punya Jeno. Tetapi sekarang tidak lagi. Aku benar2 sendirian.

Alasan ke 2 mengapa aku diam ditempat adalah karena aku tidak bisa duduk di bangkuku. Meja Jeno sangat mepet pada bangkuku, sehingga menarik kursi untuk duduk saja tidak bisa.

Memang biasanya Jeno seperti itu, mendempetkan mejanya ke bangkuku agar ia bisa sekedar memegang tanganku, memainkan rambutku, ataupun kegiatan bucin kecil lainnya.

Aku yang bingung bagaimana cara duduk di bangkuku, akhirnya membereskan buku2 yang kuletakkan di laci bawah meja dan bergegas pindah.

"Loh kamu pindah?" Tanya Jaemin, teman sebangkuku. Aku mengangguk dan menunjuk Jeno menggunakan daguku. "Aku duduk di sebelah Haechan aja" kataku dan bergegas pindah di kursi sebelah Haechan. Well, tempat duduk Haechan hanya di sebelah, atau sebrang(?) Jaemin jadi tidak terlalu berubah sih. Mungkin penggambarannya seperti ini.

Jeno yang mendengar aku pindah hanya flinch sedikit, namun tidak mengangkat kepalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno yang mendengar aku pindah hanya flinch sedikit, namun tidak mengangkat kepalanya. Renjun, teman sebangku sekaligus best friend Jeno, melihat kita bolak balik. Sepertinya ia mengerti situasi dan ingin menepuk bahu Jeno untuk membangungkannya, yang kuhalangi dengan menggelengkan kepala.

Tetapi Renjun tetap Renjun. Ia berbisik ke arah Jeno dan akhirnya Jeno memundurkan sedikit bangkunya agar kursi depannya longgar.

Melihat hal itu, aku menjadi sungkan dengan Renjun dan menatapnya seperti ingin bilang sorry. Renjun menggeleng dan tersenyum, seperti mengatakan tidak masalah.

"Loh, pindah balik?" Tanya Haechan saat aku kembali berdiri dan membereskan bukuku. Aku mengangguk. "Nanti di marahi guru kalo aku seenaknya pindah tempat" kataku sambil tersenyum tipis ke arah Haechan yang dijawab anggukkan olehnya.

Benar2. Aku sendirian. Walaupun aku kenal Renjun karena Jeno dan walaupun Jaemin sudah menjadi teman sebangkuku selama 3 bulan, tetap saja aku tidak bisa berbicara dengan mereka. Maksudku, aku orang yang cukup pemalu dan tidak terlalu bisa sksd. Jadi walau aku mengenal mereka, aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Paling aku hanya menjawab dan ramah jika mereka membutuhkan sesuatu.

Hari pertama tanpa Jeno juga bertepatan dengan hari ulang tahunku. Sekarang apa yang harus kulakukan? It feels like my world is falling apart.











Book baru lagi!!!

Halo guis, aku nulis buku ini karena aku mimpi adegan ini persiss semalem. Bangun2 pun aku bingung, hah ini mimpi apaan, bisa dijadin Wattpad ygy anjayy

Yaudah aku jadiin wetpet wowkowkw

I think buku ini ga bakal panjang2 banget, gatau lagi nanti

I think buku ini ga bakal panjang2 banget, gatau lagi nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

:'











Vote and comment ya guis💘




Dehet😆

✔️Break up  |  [Lee Jeno]Where stories live. Discover now