20. Urat Malu lo Putus?

Începe de la început
                                    

"Andrian, tumben kamu kesini?"

"Mau bersenang-senang denganku, hm?" Ucapnya lagi dengan nada yang menggoda, tak lupa tangan nakalnya itu mulai meraba dada bidang milik Andrian.

Meski begitu, Andrian masih bisa mengenali suara perempuan itu. Ya, Nashwa.

"Mau apa lo kesini, hah?!" Sentak Andrian dengan nada yang ketus.

Nashwa menaruh jari telunjuknya di bibir pria di depannya itu, "Syutt,"

"Jangan ketus-ketus, mending kita have fun, kamu mau kan?" Nahswa, kini dirinya sudah menjelma menjadi seperti Jalang.

"Lo gak malu?" Tanya Andrian dengan nada yang bengis.

"Gue lupa, urat malu lo kan udah putus." Nashwa yang dibilang seperti itu hanya tersenyum dan ada raut bangga di wajahnya.

"Kamu mabok, jadinya ngelantur gini ya sayang.." Kini Nashwa sudah meloncat ke pangkuan Andrian, tangannya menerobos masuk kedalam kaos yang Andrian gunakan. Lalu ia mengelus terus menerus bagian sensitif milik Andrian.

"Shit!"

"Berhenti, bangsat!" Kesadaran Andrian mulai melemah, suhu badannya mulai berubah menjadi sangat panas.

"Kita nikmatin sama-sama ya" Bisik Nashwa di telinganya, saat Nashwa tengah bangun ingin membawa Andrian ke ruangan Private, dengan cekatan Andrian bangkit dan mendorong Nashwa hingga tersungkur.

"Andrian! Jangan kabur!"

"Arghh, Fuck! Gue gagal buat milikin Andrian seutuhnya."

Andrian terus berjalan, dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa dan kepala yang sangat amat pusing. Beberapa kali kepalanya menengok ke belakang, takut-takut Nashwa mengejarnya.

Di rasa dirinya sudah sampai di tempat aman, Andrian meraih ponselnya dan menghububgi Nando.

"Hallo? Kenapa Ian?"

"T-tolongin gue, gue ada di Club ******. Tolong bawa mobil ya Ndo"

"Sialan, ngapain lo kesana anjir!"

"Oke, gue otw. Share lok sekarang"

Tut.

Panggilan dimatikan sepihak oleh Nando. Andrian menaruh ponselnya lagi di kantong celana, saat ini ia tengah bersandar di bawah pohon sembari memegangi pelipis dengan mata yang terpejam.

"Ellena.." Andrian meracau, menyebut nama gadisnya. Kini, di benaknya hanya ada Ellena. Persetan dengan perihal yang lain.

***

Dalam perjalanan, Nando terus menggerutu. Kenapa Andrian bisa bertindak bodoh seperti itu?, Nando akui, ini juga kesalahannya karena tak selalu ada di sisi sahabatnya itu. Nando juga menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu cuek pada Andrian.

"Sialan Andrian"

"Dasar rebek soang!"

Nando terus mengegas mobilnya sampai dimana kecepatan itu di atas rata-rata. Tak perduli dengan sekitar, kini Nando hanya ingin cepat sampai untuk menolong sahabatnya.

Aku Langit, Kamu Pelangi (On Going)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum