Bab 21 Permintaan Maaf Seorang Ayah

253 18 5
                                    

Ayuda memandang Aca sendu, anaknya ini banyak berubah. Apakah Aca sudah melupakannya?

"Selamat Kak, jaga Naya baik-baik. Jangan menyakiti gadis seperti Naya sama seperti lo menyakiti gue," ucap Aca.

"Kakak minta maaf," sahut Kairos menyesal.

"Lagian semua udah berlalu," balas Aca.

Tiba-tiba Ayuda memegang tangan Aca lembut. Mata pria tersebut meneteskan air mata, persetan dengan anggapan semua orang jika harga dirinya tiada. Ayuda membutuhkan maaf dari putrinya. Meskipun dia tahu semua kesalahannya mana mungkin bisa termaafkan dengan begitu mudah.

"Papa minta maaf, Aca. Semua yang Papa lakukan baik sengaja maupun tidak. Papa mohon ampun," ucap Ayuda.

"Papa tahu sedalam apa luka yang papa torehkan di hati Aca. Berkali-kali pun Papa minta maaf pasti tidak akan mengobati luka tersebut. Aca, Papa siap memperbaiki semuanya."

Raut wajah Aca nampak begitu datar. Dia memandang ayahnya yang dulu dia sayangi tapi sekarang entah apakah rasa sayang itu masih ada atau tidak. Dulu sekali dia mengharapkan kata maaf keluar dari mulut Ayuda tapi baru sekarang setelah merasa kehilangan, Ayuda meminta maaf.

Bagi Aca semuanya sudah terlambat. Egois? Hey! Lukanya sampai kapanpun tidak dapat sembuh.

Tidak adil rasanya luka besar dibalas kata maaf.

"Ayuda, Ayuda baru sadar ya," ejek Galaxy.

"Semua orang berhak memiliki kesempatan kedua," sahut Ayuda pelan.

Alby tersenyum lebar, tangannya melingkar di pinggang Aca.

"Seorang ayah yang pernah melecehkan putri kandungnya apa pantas mendapatkan kesempatan? Berkacalah maaf pun rasanya tidak pantas didapatkan," kata Alby tajam.

Aca melepaskan tangan Ayuda. "Jangan merusak suasana bahagia Kakak. Lanjutkan acaranya."

Aca lalu beralih menatap Bundanya Alifa. Mengapa rasanya masih sangat sulit berdamai dengan masa lalu. Namun, sekarang dirinya berkali-kali lipat jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.

"Maafkan Bunda, Sayang. Tidak pernah mendengar keluhan kamu. Bunda sangat senang kamu hidup, berdiri dengan sehat dan berkumpul lagi bersama," tutur Alifa terharu.

Aca mengangguk. Hari pernikahan Kairos tersebut menjadi hari paling bahagia bagi semua orang karena kembalinya seorang Keysha sekaligus fakta jika Kesyha masih hidup.

Rhea dan Dara ikut meminta maaf dan memeluk Aca erat meskipun Aca sama sekali tidak membalas pelukan tersebut. Aca benar-benar berubah menjadi pribadi yang lebih dingin.

"Udah selesai belum acara tangis-tangisannya. Gue lapar," kata Galaxy mengusap perut.

"Langsung antri aja, Gal. Makan sepuasnya," suruh Kairos.

"Gitu dong dari tadi. Al, Ca. Ayo makan!" ajak Galaxy.

Galaxy tidak ragu makan diacara pernikahan Kairos. Sedangkan Aca dan Alby mengambil secukupnya untuk mengisi perut.

"Sayang, kamu menginap di sini, kan.. Kamar kamu sama sekali gak berubah. Tidak ada yang menyentuh kamar kamu, setiap hari Bunda selalu bersihkan," ucap Alifa sangat lembut.

Sikap mereka yang dulu melukai Aca sekarang sangat lembut dan hati-hati saat berbicara dengannya.

"Aca tinggal di rumah Buna," sahut Aca datar.

"Buna?" Alifa asing dengan namanya.

"Rumah Alby, Buna. Bunda Renata udah siapkan kamar untuk Aca jadi Aca gak akan tinggal di rumah ini," jelas Aca menatap Alifa serius.

Sorot mata Alifa sangat sendu, hatinya diremas kuat dengan penolakan halus sang putri.

"Rumah kamu di sini. Kalau tidak suka, Bunda bisa suruh orang buat pindahkan kamar kamu," ucap Alifa akan melakukan segala cara agar Aca nyaman.

"Definisi rumah itu seperti apa? Rumah bukan sekedar bangunan tempat berteduh bagi tubuh tapi jiwa juga. Dan di rumah Alby, Aca mengerti arti rumah sebenarnya itu apa," tutur Aca santai.

"Kalau sekedar tempat tidur, berteduh. Hotel dan penginapan lainnya pun bisa dikatakan rumah."

Sangat tajam menusuk hati. Alifa mengigit bibir bawahnya menahan tangisan. Sebagai Ibu dia gagal memberikan rumah dalam arti sebenarnya, selama ini dia menaungi tubuh Aca dari hujan panas dan sebagainya tapi tidak dengan jiwa serta hati gadis itu.

Kairos memegang pundak Alifa.

"Bunda, biarkan Aca bebas. Di rumah Alby sangat aman. Kai tahu Alby tidak akan macam-macam ke Aca," timpal Kairos mencoba menenangkan hati Alifa.

"Rumah gue emang aman, banyak bodyguard dan catat semua penghuninya waras," balas Alby sinis.

"Baiklah. Sayang kapan pun kamu mau pulang. Pintu rumah ini selalu terbuka lebar menyambut kamu," tutur Alifa pasrah.

"Ya," sahut Aca malas.

Alifa dan Kairos meninggalkan Aca bersama Alby dan Galaxy. Ibu dan anak itu pergi ke dapur.

Di dapur Ayuda sedang melamun sambil memegang gelas berisi kopi.

"Yuda," panggil Alifa.

"Alifa, aku mau membatalkan penceraian kita. Mari kembali menata kehidupan lagi bersama Kairos dan Aca. Aku mau memperbaiki semuanya," ajak Ayuda bersungguh-sungguh. Dia sudah berpikir lama.

"Kesalahan aku memang tak termaafkan. Aku bodoh karena berselingkuh dan menyakiti putri kita. Alifa, kamu mau kan rujuk kembali?" tanya Ayuda.

Alifa memalingkan wajahnya. Dia bingung.

"Aku mau Aca memiliki orang tua lengkap. Mari tebus semuanya Alifa." Ayuda menggenggam tangan Alifa.

"Kai, kamu setuju?"

Kairos mengangkat bahunya, tidak terlalu mau ikut campur persoalan hubungan orang tuanya.

"Alifa aku memilih kamu buat tetap jadi istri aku. Kita perbaiki semuanya, ya," pinta Ayuda mengecup punggung tangan Alifa.

Alifa mengigit bibir bawahnya. "Baiklah demi Aca."

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 17, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Malus 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora