Chapter 7 : Dinner

Start from the beginning
                                    

Mobil bagian kiri barisan depan menurunkan kaca mobil dan menunjukkan punggug tangan, di mana tato lambang The Greatest berupa naga asap hitam terpampang.

Mobil bagian kiri barisan depan menurunkan kaca mobil dan menunjukkan punggug tangan, di mana tato lambang The Greatest berupa naga asap hitam terpampang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penunjukkan tato lambang kelompok itu diperlukan dalam memasuki suatu kawasan sebuah kelompok kriminal. Hal tersebut ibaratkan membawa undangan untuk memasuki suatu wilayah.

Kedua wanita dan satu pria yang berjaga di gerbang menenteng senjata mereka dan berjalan mendekati mobil-mobil, di mana mereka menurunkan kaca, semua anggota menunjukkan tangan. Tidak seperti para bawahan, Double G hanya menurunkan kaca mobil sekejap dan menutupnya lagi. Setelah memeriksa, ketiga penjaga itu pun membukakan gerbang dengan menghubungi seseorang di dalam lewat walkie talkie. Gerbang otomatis terbuka dengan sendirinya, membiarkan kedelapan mobil itu melesat ke depan beranda, di mana terdapat Nieva bersama anak buahnya.

Alfred dan Wilbert langsung membukakan pintu mobil bos mereka. Anver mengedarkan pandangan ke seluruh mansion, sementara Ansell memperbaiki jasnya dan melempar senyum fake-nya ke arah Nieva.

"I didn't see your Blue Rose here," sindir Ansell masih tersenyum.

"You can see her up there thinking of stitching up your mouth to keep your pretty smile like that," ucap Nieva yang tersenyum tipis di akhir kalimat.

Ansell tersenyum miring. "Stunning isn't?" ucapnya mendongak ke atas melihat Lora berada di balkon dengan dres biru metalic-nya.

Nieva tidak menjawab. Ia menadahkan tangan agar orang-orang The Greatest itu masuk. Namun, Anver masih berdiam, membuat Nieva meliriknya. Pria berahang tegas itu mengarahkan pandangannya dari atas hingga bawah, tersenyum mengejek dan berlalu.

Nieva mengerutkan dahi. "What are you laughing at?"

Anver berbalik dan berbisik pelan, "Apa hanya itu baju yang kau punya, Nona?"

Nieva menatap tajam Anver yang berjalan di depannya. Ia melirik pantulan dirinya di cermin. Kemeja, rompi, jas, dan celana bahan. Ia berjalan cepat dan membalas, "I'm not going to fucking impress you if you think so."

Semua pasang mata tertuju pada Lora yang turun dari tangga. Namun, Anver dengan cepat melirik tajam anak buahnya yang segera menundukkan pandangan.

Meja sepanjang dua puluh meter itu dibagi enam puluh orang yang masing-masing sisi tiga puluh orang La Muerte dan tiga puluh orang The Greatest di sisi lain. Enam orang sisanya berada di belakang, berjaga jika sewaktu-waktu ada hal yang tidak diinginkan.

Para pelayan membawa beragam hidangan ke atas meja, mulai dari kerang, kepiting, lobster, daging domba, daging sapi, hingga ayam kalkun. Namun, Anver dan Ansell hanya menatapi hidangan itu, bahkan tidak menyentuhnya.

"Kalian bisa memakan makanan kalian," ucap Nieva tenang.

Anver menatap tenang Nieva. Dengan tiba-tiba pria itu menarik seorang pelayan di dekatnya dan mengambil kerang di atas meja, menyumpal makanan itu ke dalam mulut wanita tersebut dengan paksa. Ia berbisik tajam, "Makan atau kusumpal timah panas."

"What are you doing?!" jerit Lora naik pitam.

Anver tersenyum miring ke arah Nieva. Cukup selang beberapa menit, pelayan yang disumpal kerang itu kejang-kejang dengan busa keluar dari mulutnya. "Poison is woman's weapon," desisnya melepaskan dekapannya dan membuat pelayan tersebut jatuh ke lantai begitu saja.

Nieva tersenyum miring, menenggak wine-nya dan berucap, "You are smarter than I expected."

"And you dumb like I expected," balas Anver masih tersenyum smirk.

"Watch your mouth," tegur Lora dengan nada tajam.

Nieva mengerutkan dahi. "Buang semua seafood-nya," perintahnya pada para pelayan. "Now you can eat, baby boys."

"How can we trust a woman like you?" tanya Ansell masih tersenyum. Hening, semua orang hanya memerhatikan Ansell, lalu pria itu berdiri dan mengambil daging domba di garpunya. Ia berjalan dan mengarahkan garpu itu ke mulut Lora. "Let me make it easier, eat this." Lora melirik Nieva yang menatap tajam ke arah Ansell. Hal ini membuat Ansell tertawa sinis. "Or we can eat mouth to mouth?" desisnya dengan suara rendah sembari menyentuh bibir Lora dengan daging domba di garpunya.

Lora pun memakan daging di depan bibirnya dan mengangkat dagu angkuh. "Kau ingin aku mencoba satu per-satu, Double G?"

Ansell menyeringai lebar. "Yes please."

Nieva menghela napas kasar. "Can you sit on your fucking chair, Mr. Stone?"

Ansell mengedikkan bahu. "Well, I don't know, mungkin di kursiku pun ada racun karena kau tahu? Kau perempuan yang menggunakan racun sebagai senjata."

Nieva mengeluarkan pistolnya yang mengundang seluruh insan mengeluarkan pistolnya. "I have a gun. Can you sit on your fucking chair now?"

"You start it, Nieva," ucap Ansell dengan helaan napas. "We do nothing, but you pay us like this. I have a better idea. Apologize and we will forget about this."

Nieva mengepalkan tangan, kesabarannya benar-benar diuji. Namun, jika tidak berurusan dengan kedua orang ini maka habislah kelompoknya. Ia menghela napas kasar. "I'm sorry Double G this is not gonna happen again."

Lora yang melihat Nieva meminta maaf tercengang, tetapi berusaha menutupi kekesalannya. Ia benar-benar tidak menerima eksistensi mereka di sini, tapi bagaimana bisa Nieva meminta maaf pada mereka dengan semudah itu?

Makan malam dimulai ditemani suara biola indah menghalau kesunyian malam dan gemercik api sebagai pemanas di mansion tersebut, menimbulkan kesan menenangkan.

Nieva meletakkan garpu dan pisaunya, melirik Anger juga Ansell bergantian. "Baiklah, apa yang ingin kalian bicarakan?"

"Kami akan menjamin keamanan transaksi kalian dan tidak akan memonopoli bisnis kalian," jelas Anver tenang.

"Jika?" tanya Nieva seolah tahu sudah pasti ada syaratnya.

"La Muerte kembali menjadi aliansi The Greatest—"

"Tidak akan!" tolak Lora menyambar obrolan mereka.

Nieva terlihat berpikir sebentar. "Tidak semua aturan The Greatest dapat La Muerte kabulkan."

"Karena itu kita perlu bertemu sekarang," ucap Ansell menenggak wine-nya. "Pasal mana yang tidak bisa dipenuhi oleh La Muerte?"

"Nieva!" bentak Lora tidak terima dan berdiri dari kursi. "Apa yang kau lakukan? Aku sudah mengatakan keputusanku bahwa tidak akan-"

"Ssst," bisik Nieva mengarahkan jari telunjuknya pada bibir Lora. "Trust me, ok?"

Lora menyentak tangan Nieva. "You can't do this to me!" bentaknya dengan air mata, lalu pergi ke lantai dua.

Nieva terus meminta maaf pada Lora tanpa mengejarnya, lalu menyisir rambut hitamnya ke belakang, seolah frustrasi.

Ansell memerhatikan Lora yang berlari lantai atas dan berbisik pada Anver, "Jangan menungguku pulang."





#To be Continue...

170123 -Stylly Rybell-
Instagram: maulida_cy

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Queen in SuitWhere stories live. Discover now