Bab 4

392 92 17
                                    


"谢谢,很高兴继续与您开展业务¹" Jaejoong tersenyum manis, ia menjabat tangan klien yang menurut bossnya sangat penting. Kemudian mundur ke belakang dan bisanya pun tersenyum seraya menjabat tangan klien itu.

"你的新助理不错,我觉得可以信赖²."

Pria itu terkekeh, ia mengangguk dan berucap, "谢谢你³."

Mendengar itu, Jaejoong terperangah hebat, apa yang barusan dilihatnya tidak salah kah? Bisanya bisa berbicara bahasa mandarin, bahkan mengerti dengan baik. Lantas, untuk apa dia disuruh menemani dan sedari tadi menterjemahkan setiap bahasa mandarin-korea-mandarin. Kedua boss besar itu nampak tersenyum lebar. Mengherankan, apakah tiap boss berhak mempermainkan karyawannya. Sungguh, ia tidak bisa terima, hal ini bagaikan mempermainkannya.

Jaejoong terlihat lebih kesal kala mereka sedang mengobrol dengan bahasa mandarin dengan lancar. Entah mengapa ia merasa pria ini tampan tapi mengesalkan, apakah karena si pria dengan nama Jung Yunho ini merasa terlalu hebat diperusahaannya hingga berbuat semena-mena? Benar-benata typikal boss menyebalkan jika benar demikian.

"Ayo Jaejoong, kita sudah selesai, Mr. Wang pun akan kembali ke Hotel," sang boss berucap seraya melangkah lebih dahulu, setelah bersikap sopan santun kepada klien mereka.

Jaejoong terkekeh tanpa suara, berani sekali pria ini membuat dirinya merasa disia-siakan, tidak dihargai serta dipermainkan. Ia tidak bisa terima. "Untuk apa kau membawaku jika kau bisa menangani klien seorang diri?"

Ya, Jaejoong tahu bahwa nada suara dan sikapnya saat ini tidak sopan sama sekali, bahkan terkesan sangat berani kepada boss. Jaejoong sudah tidak peduli jika ia diberhentikan bekerja sekarang.

"Mengetes kemampuan bahasamu," sahut Yunho dengan santai.

"Apa?!" Jaejoong mengernyitkan kening, mengetes kemampuannya? Apakah ia harus menunjukan berbagai sertifikat yang diraihnya untuk berbagai bahasa yang dikuasainya?

"Konyol, seharusnya aku di kantor saja, aku bahkan tidak tahu pekerjaan sesungguhnya untukku apa?"

"Hmm, tidak ada spesifik pekerjaan untukmu, kau tenaga tambahan saja!"

Apa lagi ini? Harga diri Jaejoong bak sedang dipertaruhkan, ia dianggap tenaga tambahan? Sungguh, Jaejoong merasa terhina. "Kalau begitu lebih baik aku—"

"Kau baru diterima menjadi anak baru magang, tidak mungkin aku mempercayakan pekerjaan sulit padamu, bahkan pekerjaan yang diberikan seniormu pun adalah sebuah tes, agar kau terbiasa kelak jika sudah mendapat posisi setelah lulus magang!"

Anak magang? Jaejoong tertawa kering, jadi ia masih belum diterima dengan sungguh-sungguh di perusahaan milik pria ini. Wah, ingin rasanya Jaejoong melampirkan surat resign saja! Tetapi, mengingat ia tidak mau repot-repot untuk melamar pekerjaan lagi, Jaejoong rasa ia harus bertahan. Toh, orang tuanya pun tidak akan menghukumnya berlama-lama kan?

Ia juga cukup mensyukuri lunch yang diberikan pria ini sebelumnya. Hanya saja jiwa nona besarnya sulit sekali di kesampingkan hingga ia merasa tidak betah jika selalu dianggap remeh. Jaejoong hanya diam tanpa membalas ucapan Yunho, ia dengan tertib memasuki mobil pria itu, tentu saja sebagai karyawan ia tidak layak untuk duduk satu jok dengan bossnya, dengan kata lain ia duduk di depan tepat di samping sang supir pria itu.

———

"Bagaimana hari pertama Nona bekerja?" Seulgi menyambut kedatangan Jaejoong dengan senang.

Melihat Seulgi, Jaejoong merasa ini bagaikan hukuman berat. Baru menjalani pekerjaan, ia merasa selanjutnya mungkin akan berat. "Aku ingin bersantai dahulu Seulgi, kuharap kau bisa menyiapkan keperluanku, kakiku mungkin lecet karena berjalan menuju halte!"

Mendengar itu ada rasa lucu serta iba, Seulgi tersenyum. Ia merasa luar biasa karena nona besar ini bisa melewati dengan baik. "Aku akan menyiapkan semua, Nona. Bersantai lah!" ujar Seulgi, ia segera bergerak dan akan melaporkan keadaan sang nona besar kepada Nyonya Dahee.

———

Bekerja dengan baik meski terus-menerus menjadi babu corporate, tak terasa Jaejoong sudah dua pekan bekerja di sini. Sejujurnya, ia selalu mengomel setiap kali ada pekerjaan yang tidak disukainya, serta selalu menjadi pesuruh bagi senior yang ada. Namun, Jaejoong bertahan karena ia merasa wajah Jung Yunho menarik meski membuat ia kesal setiap saat. Entah, ia merasa tertarik dengan pria itu, meski Yunho menyebalkan jika menyuruhnya macam-macam, namun ia mendapat lunch gratis sejak pertama masuk bekerja, lunch yang diberikan pria itu pun bukan lunch biasa, dari restoran yang dipesan Yunho untuk dirinya. Paling tidak jika bukan dari restoran maka dari makanan siap saji yang disukainya.

Well, meski ada kekurangan Yunho pun ada kelebihan. Uang saku dari orang tuanya, nyaris tidak tersentuh. Semua kebutuhannya di kantor di suplay secara gratis oleh Yunho. Coffee break pun diberikan percuma oleh sang boss. Ia tidak pernah dipungut uang untuk membeli kopi yang diinginkannya. Untuk bertemu dengan temannya dan nongkrong bersama tidak pernah Jaejoong lakukan, meski uang sakunya terkumpul menurutnya masih kurang banyak hanya sekedar untuk bertemu teman-temannya. Maka dari itu, ia memilih beralasan kerja menghindari pertemuan dengan mereka.

"Je, Pak Jung memanggilmu ke ruangannya," Geumbi memberitahu Jaejoong, ketika berpapasan dengan wanita itu yang baru selesai memprint berkas.

Mengangguk, Jaejoong mengerti. Pria itu selalu memanggilnya untuk hal yang sepele. Bahkan, hanya untuk diseduhkan kopi atau teh saja. Pertama membuatkan kopi pria itu ia selalu saja salah dan mengulang, karena menurut Yunho rasanya kurang pas. Hal itu membuat ia merasa kesal dan memutuskan untuk membawa kopi tanpa gula dengan toples gula, ia membiarkan pria itu meracik sendiri ukuran gula yang pas agar tidak selalu salah. Hal itu berhasil, Yunho tidak menjadi rewal dan mengambil sendiri gulanya.

Melewati Karina setelah meletakan dokumen yang baru di printnya, Jaejoong hendak masuk ke dalam. Karina menatap Jaejoong dengan pandangan was-was dan menghentikan pergerakan tangannya yang hendak membuka kenop pintu.

"Tunggu sebentar, Boss ada tamu!" Karina mencegah Jaejoong masuk, ia merasa kasian jika wanita ini terkena imbas andai tamu yang baru saja tiba itu masuk ke dalam.

"Tamu? Tapi, Pak Jung memanggilku!"

Mengangguk, Karina pun tahu Yunho memanggil Jaejoong ke dalam. Namun tamu ini pun cukup mendapat red flag dari tiap karyawan yang mengenalnya. "Aku akan menghubungi Pak Jung lewat interkom dahulu."

Menatap tak mengerti Karina, Jaejoong pun mengangguk saja, ia pun bingung antara masuk saja atau bagaimana, toh biasanya meski ada tamu pun ia biasa langsung masuk tanpa harus begini.

Karina menekan tombol interkom, dan kebetulan sekali, Yunho langsung menerimanya. "Pak, apakah Jeje boleh masuk ke ruangan Bapak?"

"Masuk saja, aku pun akan segera keluar dengannya!"

Mendengar ucapan itu, Jaejoong dan Karina bingung, tidak ada jadwal keluar untuk Yunho menemui klien atau semacamnya, tapi mengapa tiba-tiba ingin keluar. Jaejoong mengangguk kepada Karina menandakan ia akan masuk. Mengetuk pintu Yunho sebagai formalitas, Jaejoong kemudian membuka pintu ruangan.

Ia terkejut ketika melihat seseorang yang ada di ruangan Yunho, dan pria itu bak mengabaikan sang tamu, sejenak pandangan matanya dan Yunho bertemu, pria itu tersenyum tipis, dan bergegas menuju kepadanya.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Jangan pelit ya.

¹Terima kasih, senang bisa terus berbisnis denganmu
²Asisten barumu cukup baik, kurasa dia bisa diandalkan
³Terima kasih.

.
.
.

Princess In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang