Bab 9

359 97 14
                                    

Senyuman kecil terukir, Yunho bukannya bermaksud menertawakan curahan hati Jaejoong, ia hanya merasa lucu dibagian wanita itu mengatakan babu corporate. Astaga, apakah Jaejoong merasa demikian? Menurutnya ia sudah bersikap baik kepada wanita ini. Tapi, ia juga tahu mungkin Jaejoong melebihkan saja, mengingat watak wanita ini. Meski belum lama mengenal, Yunho sudah melihat sikap Jaejoong bagaiman dan tentu itu tanp dibuat-buat. Justru, ia menikmati ketika tiap ekspresi diperlihatkan Jaejoong.

Tidak ingin wanita itu merasa diejek karena senyumannya, Yunho menatap sejenak kepada Jaejoong. Wajah cemberut wanita itu khas, ingin rasanya ia mencubit pipinya dengan gemas. Namun, itu tidak sopan. Ia harus menjaga sikap sebagai seorang pria. "Baiklah, kau benar. Tidak ada salahnya bekerja di perusahaan orang lain. Kau juga benar bahwa pilihan pasangan ada ditanganmu, kelak kau lah yang akan menjalaninya, aku hanya mengatakan apa yang biasa dikatakan orang lain jika mendengar perjodohan dan berusaha menguatkan."

Jaejoong menoleh kepada Yunho, semestinya memang begitu. Ia cukup senang mendengar itu dari Yunho. "Iya kan? Uugh, aku akan protes kepada orang tuaku!"

Mengangguk, Yunho kembali tersenyum. Jaejoong membawa moodbooster untuknya. Wanita ini dikatakan pembuat onar, namun selama bekerja Jaejoong tidak demikian, bisa berbaur dan mudah akrab. Bukan type anak manja yang memilih berteman, Jaejoong juga melakukan tugas dengan baik, itu laporan karyawan yang bekerja dengan Jaejoong langsung.

"Sekarang kita mau ke restoran mana? Kau belum kan?"

Pertanyaan dari Yunho mengejutkan, Jaejoong spontan kembali menatap pria itu, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Ya, Jaejoong senang. Yunho sangat perhatian. "Aku bosan makan direstoran terus!" menjawab dengan sedikit pelan, Jaejoong merasa kacau jika mendengar nama restoran sekarang, kejadian tadi membuat ia merasa tidak ingin ke restoran mana saja untuk sekarang.

"Lalu, kau ingin kemana? Kau perlu tenaga untuk protes kepada orang tuamu, kan?"

Ah, benar. Ia perlu tenaga untuk perdebatan nanti. Jaejoong mengangguk pelan, ia kemudian menjawab dengan setengah tidak yakin, "Barangkali makan mie instan di minimarket juga boleh."

Mendengar itu, Yunho nyaris tidak percaya. Jaejoong makan mie instan? Wah, ia kira princess dari J-One tidak akan pernah merasakan bagaikan serunya hal-hal demikian, ternyata Jaejoong juga tahu. Namun, ia sedikit menelengkan kepala, bukankah itu berarti Jaejoong menawarkan mie instan padanya. Tunggu, Jaejoong tidak menawarkan makan mie instan di rumahnya. Jadi, itu tidak berlaku.

"Kau serius?"

"Hmm, sudah lama tidak makan mie instan dengan suasana seperti itu."

"Baiklah, tapi kau jangan protes jika tidak suka mie yang kau pilih nanti."

Terkekeh, Jaejoong tahu itu candaan. Mana ada ia tidak suka dengan mie yang dipilih sendiri. Ia tahu mie instan lezat mana dan kesukaannya.

———

Diluar dugaan, ia mengira Yunho pun akan memilih mie instan, tapi pria itu memilih nasi, Yunho juga membeli kimchi dan air mineral, bukannya bir. Karena Yunho memilih air mineral, ia pun jadi sungkan untuk mengambil bir. Membuat pilihan yang sama dengan pria itu mungkin lebih baik dari pada ia dilihat tidak sopan.

Mie instan dan nasi instan Yunho sudah siap disantap. Jaejoong mengaduk mie instannya lebih dahulu, sementara Yunho sudah menyantap nasi dengan menu lainnya dakgalbi. Ia memperhatikan pria itu makan dengan lahap. "Apa itu enak?" bertanya basa-basi, Jaejoong mulai menyuap mie instannya.

"Kau ingin coba?" tawar Yunho.

Menggeleng, Jaejoong hanya mencoba sopan. Meski ia ingin ia harus menahannya kan? Ia tidak ingin mencomot milik orang lain, meski biasanya ia akan sedikit mencicipi, sekedar hanya mau tahu bagaimana rasanya. Barangkali begitu lah wanita.

"Tidak, aku cukup makan mie saja," ujar Jaejoong dan ia begitu menikmati mie instan duduk di pinggiran mini market, apa lagi ada pria tampan di sampingnya. Ia sungguh tidak menyangka bahwa Yunho akan ada bersamanya di sini.

"Baik, aku akan—"

"Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?" Jaejoong tidak sengaja menyela, ia begitu saja hendak tahu lebih tentang apa yang akan dilakukan Yunho setelah ini.

Terdiam sejenak, Yunho kemudian menjawab dengan skeptis, "Mungkin akan ke tempat latihan boxing, atau gym itu pun karena aku sedang diluar."

"Boxing? Gym?" seketika Jaejoong menelan ludah, ia menatap Yunho, membayangkan pria itu, jika dilihat-lihat Yunho biasa saja. Bahunya memang tegap, dadanya bidang, tetapi ia merasa pria itu tidak memiliki otot yang menonjol. Memang, para pria hobi olah raga seperti itu, justru karena Yunho seorang CEO, biasanya olah raga mereka cukup menguras kocek, seperti berkuda atau golf dan semacamnya.

"Iya, aku biasa melakukan gym di rumah, ada beberapa alay gym yang aku miliki."

Tersenyum, Jaejoong berucap dengan suara pelan, "Boleh aku ikut denganmu, jujur aku sedang bosan dan tidak ingin cepat bertemu orang tuaku."

Nyaris saja Yunho tersedak kimchi, ia segera meminum air mineral dan kemudian menatap Jaejoong. Baru kali ini ada wanita yang ingin ikut dengannya, bukan berarti tempat seperti itu hanya didatangi para pria, tentu ada wanita juga yang suka boxing dan gym meski hanya untuk sekedar olah raga bukan untuk membentuk tubuh. "Kau ingin ikut?" bertanya untuk meyakinkan, Yunho menatap Jaejoong dengan lamat.

"Iya, aku tidak akan mengganggumu, sungguh!"

Bukan itu yang dimaksud Yunho, bukankah ke gym maka harus nge-gym dan perlu pakaian yang sesuai. Saat ini Jaejoong terlihat berbeda untuk ke sana. Wanita ini anggun dengan dress, tas branded, serta high heels. Bahkan, Jaejoong terlalu cantik untuk berada di tempat gym untuk sekedar melihat saja. Ia tidak bisa menolak, ya sejak awal ia tidak bisa menolak wanita ini. "Ah baiklah."

Satu kata itu membuat Jaejoong senang sekali. Ia bahkan hendak melompat-lompat karena girang. Bossnya ini sangat baik kepadanya, semakin begini semakin ia yakin Yunho memang suka padanya. Apa kah ia harus bersikap manis agar Yunho lebih menyukainya?

"Yeey, terima kasih Pak Yunho!"

Mendengar Jaejoong masih memanggilnya dengan sebutan pak, dan dalam situasi yang tidak cocok, ia rasa harus membuat penjelasan, "Kau bisa memanggil namaku saja, jika kita tidak sedang di kantor."

Menelengkan kepala, Jaejoong kemudian tersenyum senang. Ia mengangguk dan berucap dengan riang. "Bagaimana jika Yunho Oppa?"

Nah, Yunho segera menoleh kepada Jaejoong, mendengar wanita itu berucap demikian, ia sedikit berdesir. Apalagi suara Jaejoong terdengar manis sekali. "Boleh juga, hanya jika di luar kantor, mengerti?" membuat batasan antara hubungan boss karyawan dan sebagai diri sendiri menurut Yunho wajar. Ia tidak ingin wibawanya dihadapan para karyawan lain akan pudar jika karyawan yang menurut mereka baru seberani itu. Tidak ada yang tahu bahwa Jaejoong adalah anak dari keluarga Kim di perusahaan mereka, kecuali ia dan ayahnya yang menerima Jaejoong atas permintaan Kim Namgil sendiri.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Jangan pelit lah, aku jadi tidak bersemangat kalau pelit kelen u,u .

.
.
.

Princess In LoveWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu