CH 7

587 79 22
                                    

Seminggu berlalu, kini Aether sudah mulai bisa berkegiatan yang awalnya selalu mengunci diri kini kembali bekerja seperti biasa.

Saat di toko dia dapat geplakan halus dari boss toko, selain itu dirinya juga mendapat belaian halus yang membuat dia benar benar akan terbiasa kepada orang orang lagi. Selain disuruh kerja ringan Aether malah dibuatkan teh setiap jam istirahat nya, seharusnya ia yang memberikan teh kepada boss toko.

"Nak Aether.. "

Boss toko menghela kan nafasnya, tatapan khawatir terpajang jelas di raut wajahnya.

Wajah Aether ditutupi perban di kepala dan plaster di hidungnya, sangat disayangkan wajah elok nya seperti ini.

"Kamu sudah seperti cucu ku, tolong jangan buat siapapun khawatir Nak.. Hidupmu masih panjang, masih banyak yang membutuhkan mu. Saya memang sudah tua namun saya tetap tidak bisa bertindak dewasa jika sesuatu menimpa mu. "

Boss menyentuh kepala Aether dan mengusap nya berulang kali, sungguh kasih sayang seperti ini yang Aether inginkan dari dulu.

.
.
.

Keesokan harinya Aether memberanikan diri ke sekolah guna mengejar mata pelajaran nya yang ketinggalan jauh minggu minggu lalu. Dia nekat karena hanya ingin masa depan yang lebih baik, bukan karena ingin bergaul.

Dengan niat dan mental yang cukup dirinya juga mendapat semangat dari sang adik membuatnya cukup yakin kembali kesekolah.

Saat memasuki ruang kelas dirinya datang paling awal lagi. Semenjak tidak hadir pun kelas tidak pernah dibersihkan oleh siapapun, padahal sekolah juga punya OB tapi mereka eggan membersihkan ketika masih banyak anak genk yang di kelas saat jam pulang.

Hanya butuh waktu setengah jam Aether sudah selesai menyapu dan membersihkan beberapa meja, melihat ada yang datang dia langsung duduk di kursinya dengan berpura pura fokus ke arah buku yang sembarang dia baca.

Setelah 10 menit berlalu kelas terisi ramai dan mulai brisik. Setiap kata kata yang didengarkan oleh Aether akan menjadi nada abstrak yang memenuhi volume suara di kelas tersebut.

Pelajaran yang pertama yaitu sejarah, kebetulan sekali Zhongli sensei akan terlambat masuk kelas untuk menyiapkan rapat yang di adakan mendadak setiap minggunya.

Bangku yang Aether duduki itu seperti lem yang merekat padanya, dirinya tidak akan beranjak kemanapun kecuali ke wc jika memang benar benar ingin. Aether yang bosan menunggu memutuskan menggambar sesuatu di sketchbook. Cukup untuk mengisi sedikit waktu luang nya dan dirinya cukup menyukai hal tersebut maka kegiatannya sangatlah menyenangkan untuk di nikmati.

"Ada yg memperhatikan ku namun aku enggan menatap siapapun saat ini juga. "  isi hati Aether

"Hey manis~ saat itu kau dibayar berapa hm? "

Kata kata yang tidak ingin Aether dengar, dirinya sangat tertekan oleh perlakuan orang orang ini namun dirinya tak dapat lari begitu saja.

"Maksudmu? " balas Aether tersingung.

Jika ini waktu yang tepat maka dirinya akan merasa panas akan kemarahan.

"Sudah merasa hebat ya? Kau malah terlihat seperti anak gadis ketika tidak mendapatkan uang mereka setelah mereka digunakan. " mata orang itu menyipit dan meremehkan Aether.

"Kau.. -"

Slap

Kalap akan emosi Aether menampar Kaeya, orang yang sedari tadi menggangu dirinya.

"Khe- berani juga kau ya. "

Kaeya langsung menarik rambut Aether dengan kuat ke arah lantai pijakan.

Aether langsung tersungkur dengan hidung yang mengeluarkan darah segar. Kesadaran Aether masih banyak mereka dilihat oleh seluruh penghuni kelas, ada yang kasihan sampai mem-video kan dirinya.

"Bangun. "

Kaeya menarik baju Aether dan mengangkat nya dengan mudah, karena tubuh Aether memang ringan dan kecil dirinya tidak dapat menyentuh tanah pijakan karena seluruh badanya diangkat begitu saja.

Mata mereka saling berhadapan terlihat Kaeya sangat marah, entah apa yang membuatnya marah segitunya. Apa karena tamparan Aether?

Orang orang menyoraki Kaeya sampai ada yang taruhan dengan Kaeya yang menang atau Aether yang pingsan duluan. Karena tidak mungkin Aether dapat mengalahkan Kaeya.

"Dengar ya sampah. Aku akan membuat hidupmu lebih buruk lagi karena ini, jadi mulailah menjauhi mereka karena aku-"

Ucapan Kaeya terpotong oleh pintu kelas yang terbuka dengan kuat.

"HENTIKAN! "

Zhongli masuk kelas dengan marah dan menghentikan seluruh kegiatan yang ada di dalam kelas saat itu juga.

"Turunkan dia. " ucap dingin Zhongli.

"Cih-" Kaeya menurunkan Aether dan saat itu juga Aether terbatuk batuk.

Kondisi Aether tidak banyak luka hanya saja seragamnya kendor karena ditarik ke atas oleh Kaeya tadi, al hasil memperlihatkan tubuh Aether yang kebiruan dan luka di tubuhnya. Aether panik dan menutupi lagi pundaknya dengan seragam kendor itu dan pergi belari keluar kelas.

Muka shock terpampang jelas oleh Zhongli dan Kaeya. Mereka membiarkan emosi mereka memakan diri mereka, hati mereka terasa di iris dengan melihat keadaan 'orang spesial'  mereka terluka seperti itu.

Siapa yang membuat Aether nya terluka seperti itu? Akan kah mereka tau apa yang terjadi padanya sebelumnya?

.
.
.
Tbc








Hope? Where stories live. Discover now