CH 2

830 96 8
                                    

Aether pergi ke atap sekolah dengan membawa  beberapa air, ia bersiap agar tidak disuruh turun untuk membelikan mereka minuman. Tapi sepertinya dia akan terkena masalah yang lebih besar lagi sebentar lagi.

*clek

Membuka pintu dengan perlahan tapi pasti, membuat para pemuda yang tadinya tertawa lalu diam dan menyeringai. Menyambut Aether dengan penuh maksud.

Disana ada Kaeya yang pasti.

"Haha lihat si cebol ini, sudah bersiap siap membawa minuman. Sepertinya dia malas untuk kembali kebawa " itu suara kakak kelas nya yang membuatnya jatuh di tangga tadi. "Hey, bagaimana keadaanmu? Apa kau terluka? " tanya Childe.

Aether menunduk dan sedikit gemetar.

"Jawablah pertanyaan nya, dia bisa membuat mu lebih parah dari ini. " suara kakak kelasnya yang lain. Walau dia bagian dari mereka namun dia belum pernah main fisik dengan Aether, hanya sekedar diam dan memperhatikan saja.

"A-aku baik.. " menjawab dengan kata kata normal saja sudah tak sanggup, oh archon dirinya ingin sekali kabur dan ke toilet sekarang karena menahan rasa sesak ingin buang air kecil. Dia takut mereka bertindak lebih, dia lebih takut kalau sesuatu terjadi dengan adik atau temannya menjadi lebih buruk. Meminta pertolongan kepada mereka membuat mereka akan terkena dampak yang lebih parah, Aether tidak menyukai nya.

"Woi Diluc, gua belum pernah liat lu ngasih ni bocah pelajaran. Coba dong contohin hasil latihan bela diri lu ke dia, kami bakal belajar banyak darimu" Childe menyuruh orang diam tadi bergerak menghajar adik kelas mereka.

Diluc mengangguk dan membuat Aether lebih takut lagi, bukanya memukul Aether si rambut cabe malah memukul adik angkatnya yaitu Kaeya.

"Ughh.. A-pa apaan! "

"Pfft- buset salah sasaran apa gimana bang? "  Childe menertawakan Kaeya yang terkejut dan kesakitan.

" sudah kan? Dia jg adik kelas. " Diluc membopong Kaeya.

Kaeya hanya mengendus kesal, bisa bisa nya dipermalukan didepan orang yang dia tidak suka. Suara marah Kaeya seperti anjing, terlalu brisik.

Kedua bersaudara itu pergi meninggalkan Aether yang mematung dan Childe yang meneguk habis air yang ntah kapan ia rebut dari Aether.

"Apa yang kau tunggu? Pergi sana. " usir Childe.

Tanpa basa basi Aether pergi meninggalkan atap.

Kejadian tadi membuat nya tidak tau harus bagaimana, apakah kaeya sangat kuat hingga sanggup menahan bogem dari Diluc yang berisikan dendam tersebut?..

"Hah.. Memikirkan nya membuat lelah saja. "

Aether berjalan ke toilet, menuntaskan apa yang dia tahan tadi dengan cepat. Ia tak mau menghabiskan waktu istirahat nya dengan sia sia jadi dia putuskan setelah ini ia ke kantin dan membeli beberapa makanan lagi.

Setelah selesai Aether pergi dari toilet, namun ntah nasib apa lagi yang dialami dia malah menabrak seseorang lagi.

"Hueee... I-itukan ketua osis!"  tangis Aether dalam hati.

"Maaf senpai.. " Aether menunduk

Tak mendapatkan balasan orang tersebut langsung masuk ke dalam toilet, sepertinya tidak akan ada masalah oleh itu.

Aether sedikit sedih dan kesal. Karena tidak di respon. "Dih.. Gatau sopan santun ngapa jd osis dh " gumannya

"apa masalah mu? "

Suara orang tadi yg kembali menusuk telinga Aether. Berbalik menghadap toilet dengan perlahan dan meilhat orang yg menatapnya tak suka.

"K-kau bicara pada siapa? "

Aether ingin menarik kata katanya dan pergi begitu saja, pelajaran buat dirinya agar tidak membicarakan orang dibelakang nya.

"Namamu."

"Huh?.. O-ohh Aether, salam kenal? " Aether mencoba ramah seperti biasa, dengan senyum palsu yg ia usahakan untuk menutupi kesalahannya.

Setelah Aether menyebutkan namanya orang itu pergi begitu saja.

"Huh.. Semua orang sama saja, siapa tadi namanya ya?.. Xiaomi? Untung aku sempat baca namanya. Namanya aneh, seperti nama merek barang?.. " Aether melanjutkan kegiatan bergumam nya.

Aether lanjut berjalan ke kelas nya, ia ingat pelajaran berikutnya adalah pelajaran sejarah. Gurunya terkenal dingin dan galak, siapa lagi kalo bukan Zhongli.

Aether membuka pintu, semua perhatian menuju kepadanya. Untung lah gurunya belum datang, lalu dia langsung ngacir ke tempat duduknya.

Tak lama kemudian guru yang tadi disebutkan membuka pintu dan masuk dengan santai, sembari mengularkan aura khasnya yang membuat semua orang di kelas diam tak bersuara.

"Selamat siang, Kita mulai kelas nya. "
.
.
.
.
.

Kelas tersebut berjalan seperti biasa. Pelajaran telah usai  5 menit yang lalu, seperti dia mendapatkan jamkos sekarang. Murid lain mengobrol dan melakukan kegiatan lainnya, sedangkan Aether melanjutkan makan rotinya yang tertunda tadi pagi.

Kaeya menghadap belakang dan memperhatikan wajah Aether. Aether tidak tau bahwa dirinya ditatap tajam oleh seseorang, ia hanya fokus menikmati makanannya.

Kaeya menggapai lengan Aether, seketika Aether terkejut dan melihatnya.

"Suapi aku. "

Eh? Apakah dia tidak salah dengar?

"Apa kau tuli? Aku minta. "

Ucapan Kaeya membuat Aether heran, namun ia tetap menyuapi Kaeya dengan menyobekan rotinya dan membaginya dengan kaeya. Kaeya memakannya langsung tanpa melepas tangan Aether, entah apa yang dipikirkan nya.

"Kau mau lagi? Aku punya beberapa-.. "

"Tidak."

Karya enggan melepaskan genggaman tangannya, sampai Aether berfikir setelah ini dia akan di tarik.

"Besok kau ada wa-.. " sebelum menyelesaikan kalimatnya, Kaeya di salip oleh guru kimia

"Selamat siang anak anak! Maaf saya terlambat!" guru perempuan yang memakai kacamata, rambut hijau sedang yang digerai dan pakaian sedikit berantakan.

"Tidak apa bu, lebih baik ibu duduk dulu.. " -murid A

Setelah istirahat sejenak guru itupun memulai kelasnya. Kaeya menatap tak suka, namun ia menyudahi kegiatan 'mengganggu' mainannya.

Setelah tau genggaman Kaeya terlepas Aether berfikir dirinya akan di tanyakan sesuatu nanti.

.
.
.
TBC

Hope? Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin