Baik-baik aja, kan? - 19 Juni 2021

Mulai dari awal
                                    

Puspa berjalan menghampirinya dan juga melakukan hal yang sama, bedanya ia sambil memainkan ponsel.

"Fotonya Ale banyak banget. Bukannya fokus nge-gol-in malah gegayaan." Puspa menunjukkan foto-foto tersebut padaku dan Nayya, membuat kami terbahak tak kuasa melihat ekspresinya karena ada beberapa yang aib.

"Foto kita kirim di grup, dong. Mau aku upload."

"Oke!"

Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela sekilas. Lalu menoleh lagi pada Nayya dan Puspa yang masih sibuk memilih-milih foto untuk di upload.

"Nisha, Kayla, sama Adhia masih di bawah?"

Nayya mengangguk. "Kamu mau kesana?" tanyanya tanpa menatapku karena masih fokus mengedit foto.

"Enggak, sih. Udah mau jam dua juga, kan?" aku melirik jam tangan. "Itu udah pada balik ke kelas juga."

Nayya mendongak sekilas. "Kalo Heru lewat bilang, ya, Jan."

"Lewat, tuh, sama cewek." ujarku jahil.

"Mana???" Nayya bangkit tiba-tiba. Membuatku tertawa kecil seraya geleng-geleng kepala. "Ih, nipu, ya?!"

"Takut banget digondol cewek lain. Makanya punya hubungan, tuh, yang jelas." timpal Puspa.

"Kita, tuh, udah komitmen."

"Kenapa gak pacaran aja, sih, Nay?" tanyaku seraya menopang dagu. "Bukannya Heru udah pernah nembak?"

Nayya menggeleng. "Belum yakin akunya. Enakan begini juga, sih."

Aku hanya mengangguk saja. Apapun itu, terserah ia ingin punya hubungan semacam apa asalkan Nayya baik-baik saja.

Tak lama, satu persatu anak kelasku datang ke kelas. Sebagian ada yang beristirahat, sebagian lainnya langsung mengambil tas dan turun ke bawah untuk pulang.

Aku dan Nayya yang memang belum mengumpulkan buku paket akhirnya lebih dulu ke perpustakaan, sedangkan Puspa, Nisha, Kayla, dan Adhia langsung pulang setelah berpamitan singkat.

"Jan, deg-degan banget."

Aku memandang guru penjaga perpustakaan-Bu Deka-yang tengah menumpu-numpuk buku paket di dalam sana.

"Gak papa. Yang penting lapor dulu."

Sebenarnya buku paket dianjurkan untuk dikembalikan kemarin. Tapi karena buku bahasa sunda Nayya menghilang entah kemana, jadi lah ia memintaku untuk mengumpulkan bersama hari ini agar perpustakaan sepi dan tak malu untuk lapor.

Kami akhirnya masuk setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan. Ternyata ada beberapa siswa yang baru mengumpulkan juga, jadi Bu Deka masih memberi toleransi.

Aku langsung menuju rak untuk mengembalikan buku ke tempatnya setelah diperiksa. Sedangkan Nayya masih berbincang dengan Bu Deka di depan mejanya.

Kali ini aku tak bisa membantu apa-apa. Tapi ku harap ia tak diomeli.

Sampai pada aku selesai menaruh buku, perbincangan Nayya dan Bu Deka tak kunjung selesai. Nayya mengisyaratkanku untuk keluar lebih dulu saja dan menunggu di depan.

Aku pun mengikuti perintahnya karena masih ada siswa yang juga ingin mengumpulkan buku dan harus bergantian dengan siswa di dalam.

Ketika ke luar, seperti biasanya, lapangan masih ramai dengan anak basket yang asik bermain. Entah kapan mereka berhentinya, pernah ku lihat sampai langit hampir gelap pun mereka masih asik saja.

Karena letak perpustakaan berada tepat di samping lapangan, jadi aku hanya duduk seraya mengamati mereka bermain.

"Ka, oper!"

Satu Cerita Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang