Sweet mistake - 5 Januari 2021

10K 1.2K 207
                                    

"Le, belum selesai. Fotoin lagi."

"Astaga," Ale menyeka dahinya yang tak tampak keringat itu seraya menghela nafas lelah. "Udah seribu enam ratus tujuh puluh lima kali, nih, gue mencetin."

"Lebay!" balas Puspa seraya terkekeh. "Nanti, kan, gantian. Mau foto sama siapa, sih? Sama Lena?"

"Ogah!" seru Lena yang ternyata ada di belakang kami. "Mending foto sama kambing."

"Wah sekate-kate, lo, Len."

Ale menunjuk-nunjuk Lena, sedangkan Lena menjulurkan lidah meledeknya. Keadaan makin parah, kini Ale bergerak cepat memberi ponsel milik Puspa pada sang punya dan mengejar Lena yang sudah lari duluan.

"Loh, loh, loh." Puspa mengecek ponselnya. "Ale! Yang lo foto cuma tiga!"

"Iya, sisanya gue mencet angin!" seru Ale dari kejauhan.

"Udah mana motoinnya gak bener..." Puspa menunjukkan layar ponselnya pada kami. Benar saja, hanya ada satu foto yang bagus, sisanya blur semua. Astaga, Ale.

"Minta fotoin siapa, dong?" Nayya berucap seraya mengedarkan pandangan. "Heru aja kali, ya?"

Aku sontak langsung menoleh ke arah matanya tertuju, kemudian meringis pelan kala melihat Radipta berdiri tepat di samping Heru tak jauh dari kami.

"Nanti aja, deh, fotonya." ucapku mengalihkan.

"Nanti kapan? Ini kita udah mau balik ke penginapan, Jan." ujar Puspa yang memang benar adanya.

"Ya udah panggil aja, Nay. Yang lain kita gak kenal."

Nayya mengangguk atas saran Kayla barusan. Kemudian berteriak memanggil Heru.

Tentu keduanya langsung menoleh.

Heru berjalan mendekat pada kami, begitu juga Radipta yang mengintil di belakangnya. Sepertinya mereka berdua memang sudah sepaket.

"Kenapa?"

"Mau minta tolong fotoin."

Heru mengiyakan lalu mengambil alih ponsel Puspa. Aku merapat pada Nayya dan tersenyum pada kamera.

"Lagi, gak?"

"Lagi." ucap Nayya yang kini merangkul bahuku.

Radipta yang awalnya berdiri agak jauh, tiba-tiba mendekat pada Heru. Sepertinya ditempatnya berdiri tadi tengah ada siswa yang ingin berfoto juga, maka dari itu ia merapat. Tapi justru hal itu membuatku jadi tak fokus.

Mataku mati-matian menghindari matanya. Jangan sampai bertatapan kalau tidak ingin malu karena teringat kejadian di bus tadi.

Tapi tentu lagi-lagi aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri. Beberapa kali tak sengaja mata kami bertemu walaupun tak sampai satu detik karena aku yang memutuskan lebih dulu.

Ia tengah berdiri kaku di samping Heru seraya menyilangkan tangan di dada, sesekali ia melirik ponsel Puspa, sesekali juga mengalihkan ke objek lain.

Radipta tampak biasa saja setelah kejadian itu. Mungkin ia menganggap itu bukan masalah dan bukan suatu hal yang aneh. Tapi aku sebaliknya.

Rasanya aku ingin menghilang detik ini juga.

"Ta, fotoin gue sama Nayya, dong."

Kami berlima meminggir dan mempersilahkan mereka untuk foto berdua. Aku memainkan ponsel untuk sekedar buka galeri agar pikiran teralihkan.

"Yang itu, mau foto juga gak?"

"Jan,"

"Hah?"

Aku mendongak menatap Nayya dan Heru seraya mengangkat alis.

Satu Cerita Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang