NSW: Permintaan Agnes

En başından başla
                                    

Vano keluar dari lift ketika baru selesai mandi. Pria itu melirik kearah ruang keluarga yang tidak melihat siapapun. Dari arah dapur Chika berjalan dengan membawa sebuah cookies. "Loh, anak-anak kemana mas?" tanya dia yang tidak melihat Alva ataupun Agnes.

"Aku baru mau tanya kamu," ujar Vano kepada istrinya.

Keduanya heran, kemana Alva dan Agnes? Tumben sekali mereka berdua tidak terlihat.

"AGNES!!!!" teriak Alva lantang dari lantai dua yang terdengar hingga ke bawah.

Vano dan Chika saling melemparkan tatapan, ada apa dengan mereka berdua? Dengan cepat keduanya pun langsung menuju kamar putra mereka yang ada diatas.

Chika membuat kamar Alva dan terkejut melihat kamarnya yang sangat berantakan. Dan yang lebih terkejut Agnes dan Alva saling berhadapan, Agnes yang berdiri diatas kasur, sedangkan Alva tidak.

"Hey, kalian berdua ini kenapa?" tanya Vano yang menghampiri mereka berdua.

"Bawa pulang deh dia, ngerusuh aja dikamar Al. Lihat aja tuh, kamar Al berantakan gara-gara bocil tengil ini," ucap Alva dengan menunjuk kearah Agnes.

Agnes berkacak pinggang. "Nesa bukan bocil!" Dia tak terima dikatain oleh Alva.

"Lo bocil," ejek Alva.

"Nggak."

"Bocil. Udah bocil, pendek, tengil lagi," sinis Alva.

Bola mata Agnes berkaca-kaca mendengar ejekan Alva barusan. Vano yang melihat itu menghela napas panjang, dia menutup kupingnya tiba-tiba. "HUWAAA!!! AGNES BENCI OM ALVA! OM JAHAT, AKU ADUIN PAPA SAMA MAMA HIKSS!!!" Jerit Agnes lantang yang menangis karna ulah Alva.

Alva memutarkan bola matanya malas. "Bacot, sana ngadu!"

"HIKSSS OMA!!!" Chika yang melihat itupun langsung membawa cucunya ke dalam gendongan dia, ia menatap putra bungsunya dengan tajam.

"Al jangan gitu, jadi nangis Nesa," tegur bunda lembut.

"Dia duluan bun, siapa suruh berantakin kamar aku," kata Alva santai.

Vano menggelengkan kepalanya karna tingkah mereka berdua yang tidak pernah akur. Alva dan Agnes memang sangat sulit untuk akur, ada saja yang membuat keduanya berantem seperti saat ini. Alva yang cuek dan pendiam, memiliki ponakan yang sangat jahil dan tengil.

Tangan Chika mengelus punggung cucunya agar berhenti menangis. Alva menatap kedua orang tuanya dengan tatapan datar. "Bawa dia keluar sana, aku mau belajar dengan tenang," ucap Alva.

Mereka pun keluar dari kamar Alva dengan Agnes yang masih di dalam gendongan Chika. Anak itu sudah berhenti menangis, tapi isakan kecil masih terdengar sangat jelas. Vano yang melihat itu kasian juga. Mereka kembali ke ruang keluarga.

Chika memangku cucunya yang kini masih dalam mode nangis. Agnes memang cengeng anaknyya, tapi kadang dia julid dan ngeselin juga. Chika mengelus rambut cucunya yang berantakan dengan lembut.

Vano menatap Agnes dengan bingung. "Nesa kenapa berantem sama om Alva?" tanya Vano. Walaupun sudah hal biasa, namun dia tetap penasaran dengan alasan keduanya berantem seperti tadi.

"Tadi Nesa au tidul, tapi cama om Al nda diizinin. Kalna om takut Nesa ngompol, hikss padahal nda opa..." adu Agnes.

Mendengar aduan cucu mereka membuat Vano dan Chika terkekeh pelan, memang sangat lucu kedua anak itu kalau berantem. Ada aja yang dijadikan bahan untuk berantem dan adu mulut, tidak heran mereka berdua dengan tingkah Agnes maupun Alva setiap ketemu.

Samuel dan Navya memasuki area ruang keluarga, keluarganya baru saja tiba dirumah orang tua Samuel. "Sore bunda, ayah," celetuk Navya.

"Eh kalian, tuh mama sama papa udah dateng buat jemput Nesa," ujar oma lembut.

NAVYA: Secreet WifeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin