#31 : Tindakan Utara

272 54 23
                                    

|
||

halo halo!
masih inget cerita ini nggak? maaf banget udah digantung lama, huhu~

seperti janji aku, mulai hari ini biru akan kembali melanjutkan cerita Mora dan Utara ini sampai tuntas, doain semoga happy ending, hehe..

so let's go!

*bonus pict gemes mas ceye(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*bonus pict gemes mas ceye(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

||
|

***

Senja mulai singgah, hari ini sudah hampir berakhir namun ponsel Mora tidak kunjung menunjukkan hilal keberadaan kabar sang kekasih. Usai malam kemarin, laki-laki itu tidak menghubungi Mora. Seakan dia benar-benar marah pada seisi dunia tanpa terkecuali, bahkan Mora yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah malam itu ikut dicuekin oleh Utara.

Tugasnya sebagai perawat sudah usai, kini jadwal pulang sudah tiba. Mora itu sangat menyukai jadwal pulang, tetapi untuk hari ini dia sangat tidak bersemangat. Bahkan dia berjalan lunglai meninggalkan rumah sakit. Bibirnya kian maju melihat tidak ada notifikasi dari Utara.

Dia kemana sih? Memangnya marahnya itu belum usai? Kenapa harus Mora ikut dicuekin?

Begitu rutuknya pada Utara. Namun yang terdengar hanya helaan napas yang lelah.

Saking tidak bersemangatnya Mora hari ini, dia sampai tidak memperhatikan langkahnya. Dia menabrak bahu seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Aduh maaf-maaf."

"Saya yang minta maaf, apakah ada yang sakit?" tanya laki-laki itu pada Mora yang terjatuh ke lantai karena tak sengaja terdorong olehnya.

Alih-alih menerima uluran tangan laki-laki itu, Mora malah menatap heran dia.

Kayak nggak asing...

"Anda tidak apa-apa?"

"Hm, tidak apa-apa."

"Baiklah kalau begitu, saya permisi."

"Tunggu, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Mora yang amat penasaran.

Laki-laki tersenyum, "Tidak, kita tidak pernah bertemu."

"Oh, oke. Maaf sepertinya aku salah paham." Mora berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan malu.

Sedangkan laki-laki itu, dia masih berdiri di belakang dan menatap Mora hingga menghilang. Samar-samar terbit senyum miring di bibirnya, "Sepertinya ingatan gadis itu sangat bagus. Pantas saja dia tergila-gila."

***

Laki-laki tinggi berbalut seragam tentara itu berlari menuju parkiran, setelah mendapat panggilan video dari seseorang yang bahkan dia tidak sangka akan ke kotanya.

Kepada Panglima || Wenyeol [HOLD ON]Where stories live. Discover now