14. Bagai Cinderella

47 25 11
                                    

Hola kind readers... apa kabar? Semoga kalian dalam keadaan baik yaw. Sekarang kita udah ada di bab yang pastinya seru buanget. Langsung aja happy reading 😁

Pulang-pulang Filipo dihampiri oleh ibunya dengan pertanyaan serius. Ibunya menanyakan berapa umur Filipo sekarang. Filipo menjawab polos belum curiga maksud ibunya. "Itu artinya sudah waktunya kamu untuk menikah." Filipo terdiam.

"Apa kamu sudah menemukan calonnya?"

Filipo teringat satu nama tetapi ia ragu.

"Ibu tidak memaksamu hanya mengingatkan. Setidaknya kamu bisa kenal-kenalan dulu."

"Baik, Bu."

"Oh iya... anak Bu Tyas yang punya katering. Siapa namanya?"

"Mia," jawab Filipo cepat. Tampaknya ia ingat betul nama itu.

"Nah... Dia gadis yang baik. Satu lagi siapa sepupunya?"

"Nela? Dia baru aja nikah."

"Wah... kapan?"

"Waktu itu aku sedang mengobati tangan ibu yang-"

Laura ingat peristiwa dimana Filipo membalut tangannya yang terluka dengan kain basah. "Kapan terakhir kamu bertemu Mia? Waktu nganter katering Bu Tyas jadi?"

Filipo mengangguk sambil menahan tidak senyum. Mau disembunyikan bagaimana pun seorang ibu pasti mengenali gelagat anaknya.

"Oh... Terus?"

"Ya cuman makan siang aja."

"Mmm... Kata kamu pernah hampir dicopet?"

"Iya, Bu. Di pasar yang biasa kita kunjungi."

"Lalu berhasil kembali barangnya?"

Filipo mengangguk. "Iya dengan sedikit perlawanan."

Agar lebih dekat dengan Mia. Filipo menawarkan jadi pengantar katering. Filipo menjadi penangkal masalah bagi Mia. Pernah sesekali jumlah kateringnya kurang tetapi karena tampang Filipo yang menawan pelanggan itu merelakannya. Benarkah Filipo dapat mengangkat semua masalah hidup Mia?

Di suatu siang, Filipo bersama orangtuanya datang ke rumah Mia membawa proposal. Bi Tyas langsung menyetujui lamaran keluarga Cruz tersebut. Bi Tyas sangat lega karena tanggungan biaya hidup bisa berkurang.

Di ruang tamu, Filipo duduk di antara Nyonya Laura dan Tuan Eddie. Mereka berhadapan dengan Bi Tyas dan Mia. Mia hanya tertunduk dari tadi. "Maksud kedatangan saya kemari adalah..." Filipo mulai bicara.

Akhirnya Mia mengangkat dagunya. 

"Dengan restu dari kedua orangtua saya, saya hendak melamar keponakan Bibi yaitu Mia."

Bi Tyas melirik Mia. Sedangkan Mia seperti disihir menjadi patung. Masih bertanya-tanya apakah ini mimpi, khayalan, atau kenyataan?

"Apakah Bibi dan Mia menerimanya?

Bi Tyas "Kalau saya jelas setuju. Yang penting keponakan saya bahagia."

Filipo menunggu jawaban Mia. Mia menatap Filipo.

"Kalau kamu Mia?" tanya Filipo pelan.

Mia menoleh ke Bi Tyas lalu kembali menatap Filipo. "Ya, saya menerimanya."

"Congratulation!" tiba-tiba Bi Tyas bisa bahasa Inggris.

Nyonya Laura dan Tuan Eddie tersenyum.

"Tidak perlu terlalu tegang. Saya sudah mengenal Mia sejak bibimu masuk rumah sakit. Mia anak yang baik dan pandai memasak."

Mia tertegun. Namun Bi Tyas langsung menutupi. "Iya benar. Katering berjalan lancar berkat Nela dan Mia.

Dreamy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang