13. PDKT

41 24 8
                                    


Mia sudah rapi dengan t-shirt dan celana jeans, siap untuk pergi ke pasar terlengkap di daerah situ. Pasar di mana ia berdebat dengan pedagang kentang. Mia merasa kehilangan sosok yang selalu menemaninya, Nela. Kini tidak ada tempat untuk keluhan Mia.

"Eh nona. Belanja?" tanya pedagang buah.

"Iya," jawab Mia singkat.

"Nona yang satu lagi kemana?" Pedagang buah menyusun ulang barang dagangannya.

"Sudah menikah."

"Wah... selamat ya kalau gitu."

"Iya, makasih. Saya mau beli deh jeruknya."

"Boleh-boleh."

Mia memilih dengan cermat buah jeruk lalu menimbangnya. Tiba-tiba seseorang berlari ke arah Mia lalu menarik tasnya.

"Hei copet!" teriak Mia langsung mengejar.

"Wah itu copet yang tadi ngambil dompet saya!" tambah seorang ibu tengah mengejar juga.

"Tolong!" jerit Mia.

Setelah masuk ke gang yang cukup sepi. Copet itu berhenti dan menodongkan pisau. "Jangan bergerak!"

"Haps!" Mia memeluk ibu tadi.

"Jangan ada yang mendekat!" Copet itu kembali lari namun terjatuh saat FIlipo menghadangnya.

"Filipo?!" Mia terkejut bukan main. Ia mengedipkan mata beberapa kali.

Copet itu bangkit dan menodongkan ke arah Filipo. Kaki Filipo menendang mengenai tangannya sehingga pisau tersebut melayang.

Copet menyerang Filipo. Keduanya berkelahi layaknya film action. Si ibu di sebelah Mia meniru gerakan meninju mereka.

"Mia!" panggil Filipo sambil melempar 2 tas yang dicuri.

Dengan cekatan Mia menangkap. "Tolong!" Mia meminta bantuan pengunjung pasar lain. "Filipo! Awas!" Dua orang rekan copet itu muncul dari belakang dan mengeroyok Filipo.

"Kurang ajar!" Emosi Mia meningkat. Ia mengambil batu lalu menimpuk salah satu dari mereka.

"Rasain!" si ibu juga ikut melempari. Dibantu lemparan batu dan berbekal ilmu taekwondo, Filipo menghajar mereka bertiga. Buk... dagu Filipo tertonjok.

"Ya Tuhan... kenapa jadi begini!" rengek Mia.

Kerumunan orang datang. Ketiga copet itu kabur. Mia menghampiri Filipo dan memperhatikan darah di dekat bibir Filipo. Ekspresi Mia menunjukkan bahwa ia sedang membayangkan rasa sakitnya.

"Terima kasih, Nak." Ibu tadi mencubit pelan pipi Filipo.

Mia menahan tawa.

"Kau pemuda yang sangat baik dan perhatian pada pacarnya." Si ibu melirik Mia.

Mia terbelalak. "Ta...tapi Bu-"

"Kalian baik-baik saja?" Filipo memotong.

"Iya, Nak. Syukurlah." Si ibu mengelus dada.

"Rumah ibu di mana?" tanya Mia.

"Dekat sini."

"Yah... aku bawa motor ke sini bukan mobil." Filipo menepuk jidat.

"Mmm... kalau gitu biar kamu antar ibu ini. Aku naik angkot saja."

"Heh! Siapa yang menyuruh kalian mengantarku?" Si ibu berlagak marah. "Anakku akan menjemputku. Jangan khawatir. Itu dia mobilnya. Sekali lagi terima kasih anak muda. Semoga hubungan kalian langgeng."

"Tapi kami-"

Filipo tersenyum geli. "Couple coming soon," ucapnya pelan.

"Apa?!" suara Mia sampai membuat pengunjung lain nengok. Mia menyengir. "Maksudmu?" Mia memelankan suaranya.

Dreamy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang