Raut wajah yang awalnya masam serta awan hitam yang mengerumuni mereka perlahan menghilang. Kuroo menatap bangga semua rekan timnya. Dalam hati ia mengucap syukur berkali-kali karena bisa mendapatkan tim sehebat timnya.

Mungkin mereka tak akan bisa dibandingkan dengan tim-tim yang lain yang memiliki pemain-pemain hebat yang selalu masuk ke dalam jajaran pemain top nasional, tetapi Kuroo senang karena kegigihan dan semangat semuanya mampu menghantarkannya sampai sejauh ini. Walaupun mimpinya semasa tahun pertama dahulu tak dapat ia capai, setidaknya ia mendapatkan teman dan pengalaman yang tidak bisa ditukar dengan apapun.

Dari arah samping tiba-tiba Inori muncul dengan suara, "Sayang sekali kalian kalah."

Decakan tak suka terdengar dari mulut Kenma. Muncul juga rubah licik ini, batin si puding. Sementara Lev menatap terkejut ke arah kakak kelas bersurai pudingnya tersebut.

"Tidak apa-apa, kalian sudah melakukan yang terbaik," bela Alisa yang entah bagaimana datang bersama Inori. Inori memicing tak suka ke arah Alisa yang hanya dibalas senyum lembut milik gadis bersurai abu tersebut, sungguh aura kedewasaannya muncul saat ini.

"KENMAAA!!" teriakan jeruk mandarin di depan mereka berhasil mengalihkan atensi semuanya.

Hinata berlari memeluk Kenma dengan semangat. Sementara Daichi menegur pelan Hinata yang berteriak sembarangan.

"Permainan bagus," kata Daichi sembari berjabat tangan dengan Kuroo.

"Kalian juga. Aku tidak menyangka kami akan dikalahkan oleh kalian," balas Kuroo.

Perbincangan singkat lantas mengalir di antara kedua ayah tersebut, membahas betapa menakjubkannya pertandingan yang mereka hadapi tadi. Pertandingan di tempat sampah yang sudah menjadi janji kedua pelatih mereka kini terlaksana dengan kepuasan di masing-masing pihak.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit pergi dulu," ucap Daichi dengan tangan melambai singkat ke arah semuanya. Tangannya penepuk bahu Hinata dan mengajak laki-laki bersurai jingga tersebut untuk mengikutinya pergi kembali ke bis mereka.

Hinata kembali menoleh ke arah belakang ketika mengingat sesuatu. Ia lantas berujar, "Ngomong-ngomong, aku tidak melihat [surname]-san. Apa [surname]-san tidak ada?"

"Dia..."

"Hinata!" teriak Shimizu dari pintu bis. Hinata lekas berpamitan dan segera menyusul masuk ke dalam bisnya.

Sepeninggalan sang jingga, Kuroo mengedarkan pandangannya. Tak menemukan yang ia cari, dahinya mengerut tak sedap.

"[name] tidak datang?" tanya Kuroo.

Tak ada jawaban, semuanya juga baru sadar akan hal tersebut. Kenma diam sembari melirik ke arah Alisa, menimbang sesuatu di kepalanya.

"Wah bagaimana bisa [surname]-chan tidak datang. Padahal hari ini adalah pertandingan yang penting," kata Inori diikuti decakan setelahnya.

"Jangan asal bicara. [surname]-san mungkin sedangkan ada kepentingan." Yamamoto ikut tersulut. Inori mengatakan bahwa [name] sengaja tidak datang tentu saja membuatnya marah. Tadi pagi saat akan berangkat, Alisa sudah mengatakan bahwa [name] memiliki beberapa urusan dan mungkin akan melewatkan pertandingan kali ini. Inori yang tidak mengetahuinya jelas-jelas hanya ingin membuat [name] terlihat buruk.

Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅Where stories live. Discover now