Gadis itu tidak berani menjawab ucapan mamanya, gadi itu hanya menunduk tanpa mengeluarkan suara sama sekali.

Melihat tidak ada respon dari putrinya, Aida langsung berjalan ke lemari baju Fayra. Wanita paruh baya itu menemui sabuk sekolah Fayra dan karena sudah amat sangat kesal wanita itu langsung menyambuk Fayra dengan sabuk yang di pegangnya.

"BERANI SEKARANG KAMU SAMA MAMA HAH" bentak Aida.

Ctarrr..

"Ashh, ampun ma" ringis Fayra.

"SIAPA YANG NGAJARIN KAMU SIALAN, KURANG AJAR KAMU SEKARANG YA. JANGAN MENTANG-MENTANG PAPA KAMU SELALU MEMANJA KAN KAMU KAMU JADI BERANI SAMA MAMA"

Ctarrr..

Ctarrr..

Tak terasa air mata Fayra sudah mulai turun, namun gadis itu masih tidak melepaskan Moly dari dekapannya.

"Maaf ma, ashh.. Fayra janji nggak akan ngulangin lagi ma" ucap gadis itu memohon.

Namun seakan tuli oleh suara ringisan dan teriakan kucing Fayra, Aida masih terus mencambuk punggung Fayra hingga dirinya merasa puas dan langsung keluar begitu saja tanpa memperdulikan keadaan Fayra.

Fayra merasa punggungnya sudah mati rasa. Gadis itu merasakan kebas di sekujur tubuhnya, setelah itu Fayra hanya bisa menangis dan langsung pingsan.

...

"Iya gue udah di bandara, Lo jemput gue sama mama gue ya" ucap Aska pada El dari handphonenya.

"Gimana Aska, El bisa jemput kita?" Tanya Hani pada putranya.

"Bisa Bun, sebentar lagi dia berangkat ke sini" ucap Aska.

"Yaudah ayok kita tunggu El di lobby" ajak Hani pada putranya.

Keduanya pun langsung berjalan bersama menuju lobby, tiba-tiba Aska ingat dompetnya tertinggal di dalam toilet saat tadi dia pergi ke toilet.

"Bun Aska ke toilet dulu ya, Aska lupa dompet Aska masih di sana" ucap remaja itu pada ibunya.

"Tuh kan kamu ceroboh, yaudah sana buruan keburu hilang nanti dompet kamu" ucap Hani pada anaknya.

"Iya ma" Aska pun segera berlari kembali menuju toilet.

Hani pun langsung melanjutkan langkahnya menuju lobby, tiba-tiba padangan wanita paruh baya itu tertuju pada seseorang.

"Mas Bagas" gumam Hani.

Hani pun segera berlari mengikuti laki-laki paruh baya yang barusan Hani lihat itu, "aku nggak boleh kehilangan jejak mas Bagas ke dua kalinya" batin Hani dan sekuat tenaga terus mengejar laki-laki yang dia lihat tadi.

Hani langsung menarik tangan laki-laki itu saat sudah berada di depannya.

Laki-laki itu yang merasa ada yang menggenggam tangannya pun langsung menoleh.

"Mas di mana anakku" tanya Hani dengan cepat pada laki-laki di depannya itu.

Melihat keberadaan mantan istrinya tentu saja laki-laki itu kaget dan langsung menarik tangannya dari mantan istrinya.

"Kamu tidak perlu tau, anak itu aman denganku" jawab laki-laki paruh baya itu.

"Mas aku berhak mengetahui keadaan anak kandungku mas, pertemukan aku dengan anakku mas, dia anakku" ucap Hani yang sudah menangis memohon pada mantan suaminya.

15 tahun bukan waktu yang singkat untuk Hani terus mencari informasi keberadaan mantan suaminya.

"Tidak akan, jangan bermimpi kamu" sentak laki-laki itu.

"Dia anakku, aku berhak sepenuhnya atas dia. Jangan jadikan dia kambing hitammu mas agar kamu bisa bersatu dengan wanita pilihanmu itu. Aku sudah ikhlas kamu dengan dia mas, aku sudah ikhlas namaku rusak di keluarga besarmu dan aku sudah ikhlas menanggung malu atas kesalahanmu mas, tapi jangan menyiksaku seperti ini" mohon Hani.

"Aku tidak peduli Hani, aku tidak peduli. Ingat ini, sampai kapan pun kau tidak akan menemukan anak itu"  ucap laki-laki itu dan langsung pergi begitu saja.

"MAS BAGAS" teriak Hani terus menerus dan masih berusaha mengejar mantan suaminya itu.

Sampai akhirnya wanita itu menyerah karena sudah lelah dan membiarkan dia kembali kehilangan jejak untuk mencari anaknya.

"Bunda" panggil Aska dan langsung memeluk ibunya.

"Bunda kenapa?" Tanya Aska yang khawatir melihat mata sebab mamanya.

"Bunda nggak kenapa-kenapa nak" jawab Hani dan langsung menghapus air matanya yang masih terus mengalir.

"Bunda jangan bohong sama Aska, bunda kenapa?" Tanya remaja itu.

Hani tersenyum, "bunda benerann nggak kenapa-kenapa sayang, ayok kita ke depan. Pasti El udah nungguin kita," ajak Hani mengalihkan topik mereka.

Melihat bundanya yang tidak ingin menceritakan apa yang terjadi akhirnya Aska mengalah.

...

3 hari setelah kepulangannya dari Surabaya Aska belum mendapatkan kabar sama sekali dari pacarnya, Aska sudah mencoba menghubungi gadis itu namun selalu tidak ada respon sama sekali.

Aska juga beberapa kali mendatangi sekolah Fayra namun tetap saja, gadis itu sudah tidak berangkat sekolah 4 hari tanpa keterangan.

Remaja itu sudah berusaha berfikir positif kalau kekasihnya itu mungkin ingin menghabiskan waktu dengan papanya, tapi setelah di ingat lagi papanya sudah kembali keluar negeri bersama dengan kepulangannya.

Aska pun langsung memutuskan untuk mendatangi rumah Fayra sepulang sekolah nanti, Aska ingin memastikan gadisnya itu baik-baik saja.

Saat jam pulang sekolah tiba Aska langsung bergegas ke markas, dia akan meminta El menemaninya menemui Fayra hari ini.

"El mana?" Tanya Aska yang baru sampai ke markas Aodra.

"Di dapur kali bang, dia lagi panasin makanan dari bunda semalem" jawab Jay.

Laki-laki itu pun langsung berjalan menuju dapur menemui El.

"Anterin gue" ucap Aska pada El yang masih memunggunginya.

"Eh kaget" teriak El ketika kaget dengan suara Aska yang tiba-tiba.

Laki-laki itu langsung memukul pundak Aska dengan keras, "dasar anak anjing, kalau Sampek nih air jatuh di kaki gue Lo mau tanggung jawab hah, mana nih kaki mahal lagi," cerocos El pada Aska.

"Ah bacot Lo, buruan anterin gue ke rumah Fayra"

"Dih, ogah. Gue laper, berangkat sendiri nggak usah manja" ucap El dan lanjut memanasi rendang dari bunda Aska.

"Anjing Lo, awas aja nggak bakal kebagian makan Lo seminggu ke depan!" Ucap Aska dan langsung berlalu dari hadapan El.

"Woy Aska" teriak El yang membuat Aska langsung berbalik menemui El.

"Kenapa Lo, berubah pikiran? Mau nganterin gue?"

"Dih PD amat lu, nih lihat cewe Lo nelpon nih" ucap El menunjuk handphone Aska yang ternyata tertinggal di meja dapur.

Aska pun langsung mengubah atensinya melihat apa yang di bilang El  dan ternyata benar, terlihat nama Fayra di sana.

Laki-laki itu langsung mengambil handphonenya dan berlalu dari dapur entah ke mana El pun tidak peduli.

"Dih kaga terimakasih kek udah di kasih tau" dumel El dan langsung melanjutkan memanasi rendang dari bunda Aska.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now