Chapter 40

1.8K 235 56
                                    

"Menurutku kau tidak becus mengerjakan bagianmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menurutku kau tidak becus mengerjakan bagianmu." Jiae melontarkan komentar muak sembari memungut pakaiannya yang tercecer di lantai dalam kondisi menyedihkan.

Seks dengan Jimin masih terasa menyenangkan seperti biasanya. Jiae tidak bisa berhenti membandingkan Jimin dengan Taehyung setiap kali mereka bercinta. Jimin memang sedikit agresif saat di ranjang, tapi pria itu selalu berhasil membuatnya orgasme. Jimin tidak pernah lupa bertanya apakah ia sudah mencapai puncak atau belum, gelengan maupun anggukan darinya sangat berarti bagi pria itu. Tidak seperti Taehyung yang hanya menginginkan kepuasan untuk diri sendiri tanpa memikirkan lawannya.

Kata-kata Jiae barusan kedengaran cukup pedas sehingga Jimin mengusapkan kedua tangannya ke wajah dan kembali berbaring malas. "Aku sudah mengerahkan seluruh tenagaku, kau tahu itu. Aku mengerahkan anak buahku. Mungkin wanita itu sudah mati, jadi sebab itulah dia tidak bisa ditemukan di mana pun." Lirikan sinis yang dilayangkan Jiae membuat Jimin berhenti bicara sejenak.

"Dia tidak mati. Kalau pun dia mati, aku ingin melihat jasadnya. Terserah utuh atau tidak. Aku hanya ingin mengenali wajahnya dan memastikan dia memang sudah mati."

"Kau dendam padanya?"

"Tidak. Aku hanya tidak suka Taehyung memujanya seperti orang sinting. Padahal dia jelas tahu wanita yang disukainya itu seorang lesbian." Jiae selesai mengenakan celana dalamnya sementara Jimin memandangi dengan perasaan kagum.

"Jadi wanita itu lesbian? Kalau begitu kau tidak perlu takut, bukan? Meskipun Taehyung menyukainya, tidak akan ada jalan bagi mereka untuk tetap bersama."

Jiae menghentikan kesibukannya sejenak sambil mendongak kemudian menyemburkan napas jengkel. "Seandainya begitu. Kau tahu sendiri Taehyung sering bertindak nekad. Dia bisa memaksa siapa pun. Dia bisa memaksa wanita itu untuk berpura-pura mencintainya."

"Well, kurasa kau ada benarnya. Terlebih lagi kita sedang bicara soal wanita. Orientasi seksual tidak akan jadi masalah ketika Taehyung memang benar-benar menginginkannya."

"Lalu bagaimana dengan wanita bernama Jayne? Kau sudah mencari tahu soal wanita itu?"

"Kau tidak perlu pusing. Dia cuma perempuan biasa. Aku tidak menemukan latar belakang menarik tentang dirinya. Aku bisa memastikan bahwa dia benar-benar hanya seorang pelayan baru di rumah Taehyung," kata Jimin sambil mencebik malas.

"Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Dia tampak tak asing," gumam Jiae, gelisah karena terus-terusan digerus rasa penasaran.

Jimin masih memandangi Jiae, mengamati wanita itu melanjutkan kesibukannya. "Bisa-bisanya Taehyung menyukai seorang lesbian dan mengabaikan wanita semenarik dirimu." Ketika memutuskan menoleh, Jiae mendapati Jimin sedang menopang pipinya dengan satu tangan. Senyuman manis membingkai bibir penuh pria itu dan membuat Jiae merasa sulit meraup udara selama beberapa sekon.

"Berhenti memandangku penuh minat seperti itu. Kita hanya bersahabat, oke? Aku tidak menaruh minat padamu."

"Sahabat yang tidur bersama dan melakukan hal-hal intim?" tanya Jimin menggoda. Jiae merotasikan bola mata, sekaligus lega karena pakaiannya sudah terpasang dengan benar melingkupi tubuhnya yang ramping.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang