Chapter 18

3.8K 743 115
                                    

[Song : Ariana Grande - One Last Time]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Ariana Grande - One Last Time]

***

Sean benci mengakui fakta⸺bahwa dirinya memang tak pandai dalam hal memasak pun membersihkan rumah. Ketika tuannya terbangun dan tampak begitu lelah, Sean hanya bisa melipat bibir sambil menatap nanar ke arah bahan makanan yang ia beli dari toko serba ada sejak sepuluh menit lalu. Jungkook menggaruk bagian belakang kepala dan sama terlihat bingungnya. Dalam situasi seperti ini, dua orang pria yang tak bisa memasak jelas tak akan memiliki pilihan selain memasak mi instan dan menyeduh kopi. Keduanya lekas bergerak dan membagi tugas. Jungkook tak bisa membiarkan Sean bekerja seorang diri di dapur karena ia yakin pria muda itu pasti akan mengacaukan segalanya.

Jihwan datang setelah mendengar suara berisik yang berasal dari dapur terus memanggilnya untuk ikut andil dalam menyiapkan sarapan. Dia menatap dua pria di depannya secara bergantian lalu membongkar isi belanjaan kemudian mendengus. "Apa yang akan kau masak, Jun?" tanya Jihwan sambil mendekati pria itu. Jungkook diam sejenak, masih terlihat bingung. Tangannya stagnan dalam keadaan menggenggam sebutir telur utuh.

"Entahlah. Telur mata sapi, kurasa, untuk teman makan mi instan," jawab pria itu seadanya, sukses membuat Sean mengulum senyum geli. Bibir Jihwan segera mengatup membentuk sebuah garis lurus kemudian melepaskan simpul tali apron yang memeluk tubuh Jungkook, kontan membuat pria tersebut menunduk saat Jihwan hendak menanggalkan apron dan lekas mengenakannya.

"Jun, tugasmu adalah mencincang daging. Kerjakan sekarang." Jungkook terpana sekejap.

"Sean, potong halus bawang bombai dan potong dadu tomat." Jihwan menengok ke arah Sean yang juga sedang terpana. "Kerjakan sekarang juga, Tuan-tuan. Kita tak boleh kelaparan walaupun terjebak di sini tanpa kehadiran asisten rumah tangga." Selang beberapa sekon kemudian, Sean bergegas menuruti titah Jihwan sementara Jungkook masih diam di atas pijakan.

"Kau bisa masak?"

"Sedikit. Aku bercita-cita memiliki anak dan aku harus tahu beberapa resep masakan untuk memanjakannya." Jungkook menyungging satu ujung bibirnya kemudian mendapati tatapan tajam dari sang lawan. "Kenapa malah tersenyum? Ada yang aneh?"

"Tidak. Aku hanya berpikir bahwa ternyata kau bisa memiliki kemauan yang kuat juga, ya?"

"Itu karena aku mulai memiliki mimpi dan aku harus membuat banyak persiapan sebelum mimpi itu berhasil kuraih."

Jungkook tersenyum dengan manik yang senantiasa mengamati Jihwan, lalu dia mendekat pada Sean dan berkata lirih. "Aku lupa sesuatu. Bisa kau belikan rokok untukku, Sean?" Pria muda di sampingnya seketika menoleh seraya mengerutkan kening.

"Kalau tak salah, saya melihat sekotak rokok tergeletak di dasbor⸺"

"Ssstt ... aku ingin barang baru, Sean. Biar aku dan Jihwan yang menyiapkan sarapannya." Kilatan di mata Jungkook menorehkan keputusan yang kuat sehingga membuat Sean patuh. Pria muda itu berhasil mengambil satu kesimpulan bahwa tuannya ingin ditinggalkan sejenak⸺hanya berdua dengan sosok wanita di sana. Sean segera melepaskan apron yang membalutnya kemudian bergegas meninggalkan dapur dan membuat Jihwan melirik bingung selagi tangannya sibuk mengeluarkan pasta dari kantong belanjaan.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang