Chapter 2

483 67 5
                                    

Rina telah diberitahu Dumbledore untuk membeli perlengkapannya secepat mungkin di Diagon Alley. Untuk identitas, nama nya dan juga beberapa biodata lain telah disiapkan oleh Rina sendiri. Dumbledore hanya akan mengatur semuanya menjadi sempurna.

Perlengkapannya sudah tertata. Rina tinggal di manornya dan menerima sebuah surat dari Dumbledore yang diantarkan oleh seekor burung hantu. Isinya adalah, ia berteleportasi ke ruangan kepala sekolah. Rina menyanggupi. Ia menuliskan jika Dumbledore harus menghabiskan waktu di ruangannya sendiri agar ia tak berteleportasi ke ruangan lain. Dikarenakan cara kerja teleportasi milik Rina adalah dengan menggumamkan atau menyebutkan dengan pelan nama dari orang yang ingin di temui.

Setelahnya, ia mengirimkan kembali sebuah surat kepada Dumbledore dengan burung hantu tadi.

Ia kemudian memasukkan semua buku ke dalam inventori dan juga beberapa perlengkapan miliknya. Ia mengenakan sebuah jubah yang berwarna hitam dan kemudian mengeluarkan sebuah tongkat yang dibelinya di Diagon Alley.

"Nak, aku tak yakin kau memerlukan sebuah tongkat untuk ini. Tetapi, aku membuatkan satu yang pas untukmu."

Rina tersenyum ketika menyentuh tongkatnya. Cukup lucu rasanya memiliki tongkat ketika ia sebenarnya adalah pengguna tangan alami. Ia hanya akan menggunakan tongkat jika memiliki kelas

Beberapa set pakaian ia masukkan kedalam koper. Aneh jika dia membawa koper dan tak terdapat apapun disana.

Kemudian duduk dan menunggu selama beberapa jam. Ia kemudian merasakan sentakan dan memejamkan mata.

'Albus Dumbledore'

Tuk.

Setelah suara itu, dia kemudian membuka mata dan melihat dia berada di sebuah aula! Astaga? Apakah burung hantunya belum sampai!?

Ia terlihat gugup ketika salah satu murid menotisnya. Pasalnya, ia adalah seorang gadis yang berdiri di jajaran murid yang belum di sortir. Dan itu mulai berkurang. Tetapi, dengan rambut emas miliknya, ia menjadi pusat perhatian.

Rina kesal dengan tatapan Albus kepadanya yang terlihat geli. Hampir saja Rina ketahuan jika berteleportasi kedalam Hogwarts. Bisa mati dia karena tak bisa menjelaskan.

"Fauntleroy, Katharina!" Namanya disebut dan dia maju untuk duduk. Ia kemudian dipasangkan sebuah topi dan topi itu mulai bergerak diatasnya.

"EHHHHH! Apakah kau adalah-"

"Katharina," potong Rina cepat. Ia tahu apa yang akan dikatakan oleh topi ini. Walaupun dunia dibohongi, tetapi kau tak bisa membohongi sebuah topi penyortiran. Ia bisa merasakan ke dalam jiwa. Barang-barang yang tidak bisa ditutupi sepertinya cukup merepotkan.

"Hm baiklah. Biar kupikirkan. Kau bisa menjadi lebih kuat ketika di Slytherin. Tetapi jati dirimu bukan hal itu. Padahal sangat cocok..."

Topi itu terlihat lama mempertimbangkan membuat Rina jengah duduk disini dan diratapi seolah ia adalah mangsa oleh calon teman temannya.

"Apakah Ravenclaw atau Gryffindor?"

'sudahlah―letakkan saja aku di asrama yang cocok-'

"BAIKLAH! GRYFFINDOR!!!"

Meja Gryffindor sontak bersorak. Rina menghela nafas dan menanggalkan topi itu ke tempat duduk. Ia berjalan pelan ke arah meja yang dipenuhi dengan anak anak berjubah merah.

Ia duduk di sebuah kursi kosong disamping seseorang dengan wajah yang cukup identik.

Rina duduk dengan nyaman dan menatap kearah topi penyortiran itu lagi. Bahaya sekali. Albus mungkin mampu mengelabui seluruh kalangan penyihir. Tetapi ia tak mampu menyembunyikan jati dirinya terhadap benda benda sihir.

[⏳] 𝐄𝐏𝐎𝐂𝐇 : Harry PotterWhere stories live. Discover now